Mohon tunggu...
Fani Tafia
Fani Tafia Mohon Tunggu... Insinyur - Pejuang melawan kebodohan

Hanya ingin hidup dalam damai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Unsur Intrinsik Cerpen

24 Februari 2017   16:07 Diperbarui: 24 Februari 2017   16:14 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bukti               :

- Saat itu usiaku baru menginjak enam tahun ketika Popo pertama kali menceritakan tentang seorang perempuan tua di belakang meja mahyong dan lilin merahnya.

- Popo sering mengajariku bermain mahyong, tapi aku tak terlalu berminat. Sebab aku, Bibi dan Nenek Yu—tetangga kami—tak pernah menang melawan Popo.

- “Permainan ini mengajarimu strategi. Bagaimana harus bersikap saat terpuruk. Bagaimana memanfaatkan kesempatan untuk menyerang. Bagaimana caramu untuk bertahan. Bermain mahyong sama seperti kamu menghadapi hidupmu.”

3. Ibu Ying-ying : Pembangkang

Bukti   : Popo sering bercerita tentang anak perempuan yang tidak patuh, keras kepala dan suka membangkang. Aku tahu sebenarnya Popo tengah membicarakan ibuku.

4. Bibi Mei      : Suka bercerita

Bukti   : Bibi Mei yang bercerita tentang ibu.

Nenek Yu  : Tidak pandai bermain mahyong

Bukti         : Sebab aku, Bibi dan Nenek Yu—tetangga kami—tak pernah menang melawan Popo.

e). Latar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun