“Parahnya ada orang yang berkampanye anti tambang. Anehnya mereka pakai motor. Kalau memang anti tambang mestinya pakai kuda.”
Kalimat itu keluar dari mulut Pak Edi Priowasono di akhir sesi presentasi pengenalan situs Batu Hijau. Sesi presentasi ini merupakan acara awal dari serangkaian kegiatan Sustainable Mining Bootcamp (SMB) hari ini. SMB merupakan program PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) yang bertujuan mengenalkan dunia pertambangan dan pengelolaan lingkungan tambang kepada publik. Selama seminggu lalu (4-11/11) saya berkesempatan mengikuti kegiatan ini. Saya tak sendirian, turut pula 16 peserta lain yang berasal dari berbagai latar belakang. Di hari pertama ini, sedianya kami akan menilik area pertambangan Batu Hijau yang telah beroperasi sejak tahun 2000.
Secara cukup mendetail Pak Edi menjelaskan situs Batu Hijau secara geologi. Dengan runtut beliau menjelaskan dari awal eksplorasi PT NNT mencari cebakan mineral hingga proses penambangan kini. Lalu dilanjutkan dengan pengenalan teknik penambangan yang dilaksanakan PT NNT di Batu Hijau. Termasuk pula dalam pengenalan ini adalah informasi tentang pengelolaan tailing (limbah tambang) dan proyek reklamasi lingkungan yang juga dilakukan PT NNT.
“Saat kita membuka area, selain menebang pohon kita juga mengambil top soil dan sub soil dari situ. Itu kita tampung dan nantinya akan digunakan untuk reklamasi.” Ungkap Pak Alva, manajer mining engineer PT NNT, dalam presentasinya.
Pernyataan Pak Alva tersebut seperti menegaskan apa yang diungkapkan oleh Pak Budi, general manager mining PT NNT malam sebelumnya. Dalam acara perkenalan malam itu, Pak Budi menegaskan, “PT NNT berusaha menjadi perusahaan tambang yang besar dan disegani dari segi pengelolaan lingkungannya.”
Stereotipe Awam Soal Tambang
Memang, jika tersebut kata tambang secara spontan kita akan berpikir juga tentang lingkungan. Selama ini di media-media informasi telah terlalu sering kita diperlihatkan panorama tambang yang khas. Gersang, berdebu, panas, limbah, air asam, hutan gundul, dan pencemaran. Itulah yang kemudian menjejalkan pertanyaan-pertanyaan dalam kepala saya. Seburuk itukah? Sementara jika saya melihat sekeliling, betapa saya telah dikelilingi oleh berbagai benda yang dihasilkan dari pertambangan. Kita begitu membutuhkan barang-barang ini, tapi di sisi yang lain lingkungan kita terusik.
Membuka tambang bukanlah perkara mudah. Butuh perhitungan yang cermat. Tak hanya soal bisnis, tapi juga lingkungan dan pengembangan masyarakat sekitarnya. Masalah yang sering muncul adalah ‘kenakalan’ pihak perusahaan tambang dengan pengabaian terhadap prosedur demi kepentingan ekonomis. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pertambangan, Pak Alva mengakui hal tersebut memang terjadi. Itulah yang kemudian merusak citra dunia pertambangan di negeri ini.
Mengedukasi Masyarakat
Pada hari kedua kunjungan berlanjut melihat-lihat proses pengolahan ore atau bijih hingga menjadi pasir tembaga. Peserta dipandu Pak Wira Darmaputra dari divisi metalurgi mill PT NNT. Saya mencatat pernyataan penting yang disampaikan Pak Wira dalam presentasinya sebelum ‘jalan-jalan’ melihat pabrik pengolahan.