Mohon tunggu...
Fadzul Haka
Fadzul Haka Mohon Tunggu... Wiraswasta - Follow Thyself!

Wirausahawan yang menyamar jadi penulis. Di samping tulis-menulis dan berdagang, saya mengaktualisasikan gelar Sarjana psikologi dengan merintis riset mengenai dramatherapy dan poetry therapy secara otodidak. Nantikan tulisan saya lainnya: Cerpen dan Cerbung Jum'at; Puisi Sabtu; dan Esai Minggu. Saya senang jika ada kawan diskusi, jadi jangan sungkan-sungkan menghubungi saya: email: moch.fariz.dz13@gmail.com WA: 081572023014

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Middlesex": Kedalaman Batin Sosok yang Lain (The Other)

31 Oktober 2019   13:48 Diperbarui: 31 Oktober 2019   14:20 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Middlesex - Dokumentasi Pribadi

Puncaknya, Calliope mengenal alam maskulin tanpa diiringi perasaan sebagai the other karena mengganggap kesadarannya merasuk pada tubuh Rex yang sedang menggagahi gadis pujaannya. Kondisi yang dianggapnya sebagai 'ekstasis', bukan rasa bahagia atau orgasme, melainkan perpindahan perasaan dan jiwa seperti yang dialami oleh para Oracel dari kuil Delphi (hal. 582). Dalam kondisi tersebut, Calliope tidak merasa bersalah atau pun mempertanyakan hasratnya. 

Akan tetapi, saat kembali pada tubuhnya yang sedang dijamah oleh Jerome, kakak Objek, dia mulai melihat alam maskulin dari posisinya sebagai perempuan karena penetrasi yang dilakukan oleh Jerome menyentuh penisnya yang tersembunyi. Bahkan Calliope dapat melihat alam maskulin ketika dikepung teror pikirannya sendiri, di saat dia mengira kalau Jerome dan Objek akan menjauhinya lantaran diketahui sebagai the other yang hanya dapat hidup dalam 'pelarian', namun pikiran tersebut terpatahkan dengan melihat senyuman Jerome yang diterjemahkannya sebagai kebanggaan khas anak laki-laki yang sudah 'berpengalaman'.

Hasrat tak wajar kembali membebani pikirannya lantaran Calliope mulai menyalurkannya sendiri dari posisi sebagai perempuan pada si Objek yang sedang tertidur. Sebagaimana Tiresias yang buta, dan dirinya the other yang ambigu serta terselubung dari segala pengertian, penjamahan pada tubuh Objek dilakukannya dalam kegelapan kamar tidur, di antara kenyataan dan mimpi. 

Melazimkan perilaku tersebut sebagai tindakan coba-coba ala remaja. Berbanding terbalik ketika dilakukan secara sadar dan atas izin Objek, dia belum bisa menempati posisi laki-laki tanpa dianggap the other oleh orang-orang, meskipun hasrat tersebut menjadi masuk akal dan dibenarkan baik secara biologis, psikologis, dan moral. Keputusan Calliope untuk mempertahankan status quo pada akhirnya dikonfrontasikan dengan sosok Jerome berkostum vampire yang memergoki kecabulannya. 

Penggambaran yang terkesan kartunis, ketika Calliope dikejar-kejar vampire setelah mereka berkelahi, sang gadis setengah laki-laki tampak diburu oleh perwujudan alam maskulin yang selalu dikiranya sebagai the other yang menerornya, sebab posisi tersebut seakan-akan baru bisa diperolehnya, jika dan hanya jika, dia 'mati' terlebih dahulu dan dibangkitkan secara tak wajar -- bersifat anti alam. Dan kematian pun mendekatinya...

 Singkat cerita, Calliope terlahir kembali sebagai laki-laki, sesuatu yang tidak diharapkan Milton sehingga mempertemukan mereka pada Seksolog bernama Dr Peter Luce. Selama pemeriksaan, dia berusaha meyakinkan dirinya sebagai anak perempuan, dengan memenuhi harapan sang ayah dia terhindar dari posisi the other. Namun pada akhirnya, dia harus merangkul posisi tersebut karena dia menemukan bahwa alam feminin yang dihuninya selama ini adalah rekaya, kebohongan, dan manipulasi. 

Seperti yang disinggung sebelumnya, rekayasa tersebut merupakan perbuatan Milton. Sedangkan kebohongan yang dimaksud selanjutnya adalah kebohongan yang dilakukan oleh Callie secara sengaja untuk tetap menjadi anak perempuan ayahnya (hal. 644-5). Sementara manipulasi adalah keputusan untuk operasi kelamin yang ditawarkan oleh Dr Peter Luce supaya kliniknya mendapat pemasukan lebih.  Dengan realisasi atas kondisi tersebut, Callie memilih untuk tetap menjadi Cal dan melarikan diri dari keluarganya, melakukan perjalanan seperti kakek-neneknya menuju the unknown other.

 Selama berkenalan dengan alam maskulin, 'hantu-hantu' dari masa lalu mengikutinya, sosok the other dalam figur kenalan homoseksual yang memberinya tumpangan, sampai dengan orang hermaprodit atau transgender lainnya. Bahkan dalam perjalan itu Cal sempat hidup bersama the other lainnya, remaja pelarian yang menjadi gelandangan, memiliki ikatan bersama berdasarkan grup band rock The Grateful Dead dan buku Siddharta karangan Herman Hesse. Sampai akhirnya berakhir di San Fransisco untuk menjadi tontonan di klab Sixty-Niners dengan nama panggung, 'Dewa Hermaproditus', didampingi dua putri duyung, Zora, laki-laki bertubuh bidadari lantaran menderita insensitifitas androgen, dan seorang waria bernama Carmen. 

Tentu saja semua ini merupakan gambaran dari marginalitas the other, namun dari lensa ini kita mendekati the other dalam wujud yang lebih jinak secara mitologis. Siapakah Hermaproditus itu? Pria tampan yang digoda peri air, tenggelam dalam nafsu si peri sampai akhirnya mereka menjadi satu entitas (hal. 754). Sejak kapan hermaprodit ada di dunia ini? Menurut Zora, sejak kemanusiaan itu ada, salah satunya digambarkan oleh alegori Plato tentang gender yang pada mulanya manusia 'kembar siam' pria-wanita, yang kemudian terpisah untuk menyatukan diri kembali. 

Dari sudut pandang tersebut, tampaknya the other adalah 'laki-laki' dan 'perempuan' yang terpisah-pisah daripada hermaprodit yang terbebas dari tuntutan untuk bereproduksi, lebih unggul secara spiritual, sehingga pada masyarakat zaman dulu mereka adalah seniman, tabib, dan shaman (hal. 751-2). Tetapi pada masyarakat modern, hanya pesona mitologislah yang bertahan, sisanya the other ini dibayang-bayangi oleh eksplotasi baik dalam industri pelacuran mau pun model.

Untuk meringkas keseluruhan topik ini, cukuplah dikatakan bahwa the other (dari golongan apa pun) merupakan bagian kemanusiaan yang hidup dalam pelarian dan mengalami tuntutan untuk berintegrasi dengan masyarakat budaya tertentu, dengan mengorbankan identitas diri seperti yang dilakukan Lefty dan Milton, atau menemukan kembali pemahaman atas identitas diri tersebut dan menerima sepenuhnya seperti Cal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun