Mohon tunggu...
Fadzul Haka
Fadzul Haka Mohon Tunggu... Wiraswasta - Follow Thyself!

Wirausahawan yang menyamar jadi penulis. Di samping tulis-menulis dan berdagang, saya mengaktualisasikan gelar Sarjana psikologi dengan merintis riset mengenai dramatherapy dan poetry therapy secara otodidak. Nantikan tulisan saya lainnya: Cerpen dan Cerbung Jum'at; Puisi Sabtu; dan Esai Minggu. Saya senang jika ada kawan diskusi, jadi jangan sungkan-sungkan menghubungi saya: email: moch.fariz.dz13@gmail.com WA: 081572023014

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menjelajahi Sebuah Wilayah yang Tidak Ada di Google Earth

17 Februari 2019   21:07 Diperbarui: 18 Februari 2019   12:00 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Bulan lalu saya sempatkan diri untuk mengunjungi Liga Buku Bandung yang diselenggarakan di gor Sabuga, Bandung. Setibanya di sana hanya ada satu buku yang memikat saya secara misterius, intuisi saya pun berkata "Ambilah, jangan ragu!" Setelah membaca isinya, keputusan tersebut saya syukuri dengan sungguh-sungguh. Satu kata untuk buku ini, "fenomenal!"

Sang penulis, Pandu Hamzah, membawa Anda berpetualang ke pelosok belantara misteri di gunung Ciremai yang tersembunyi di dalam hutan larangannya. Semua bermula dari pertemuan antara tokoh direktur radio dan televisi dengan dua orang misterius yang menyingkapkan mitos lokal di kawasan Ciremai, terutama tentang eksistensi semacam 'mahkluk hutan' yang disebut 'Ulu-Ulu'. 

Namun ini bukan sebuah cerita investigasi ala siaran misteri di televisi yang tayang sejak zaman saya SD. Kita diajak oleh penulis untuk mengenal Ciremai sebagai jantung kehidupan bagi masyarakat Kuningan dan sekitarnya. Pengenalan tersebut dinarasikan melalui arti penting sebuah pohon Kiara bagi mata air, hingga wilayah di kaki gunung Ciremai yang akan dieksploitasi karena potensi panas buminya oleh perusahaan Chevron dari Amerika.

Mungkin kita akan membayangkan demo dan protes besar-besaran dari aktivis lingkungan untuk membela kepentingan masyarakat, pertempuran kekuatan politik antara elemen masyarakat dengan pihak Chevron. Namun, kisah dalam novel ini tidak dimeriahkan oleh animo semacam itu, melainkan oleh mereka yang memiliki keintiman dengan alam dan tidak memiliki kekuatan secara politik. 

Mulai dari bocah bisu yang ditemani seekor anjing hutan betina (ajag), pengelana bernama Zasu yang kharismatik tetapi misterius, dan Octaviany Kiara yang menemukan takdir dan sejarah keluarganya di bawah bayang-bayang gunung Ciremai. 

Sebagai pengantar, tokoh direktur radio dan televisi memberi penuturan dokumenter mengenai berbagai hal yang terjadi di sekitar kawasan gunung Ciremai, mulai dari penampakan Ulu-Ulu, kisah tempat persembunyian pemberontak DI/NII (Negara Islam Indonesia), proyek-proyek yang mengancam ekosistem Ciremai, dampak kerusakan alam bagi kehidupan tokoh bernama Lasmi, dan hubungan pribadi dengan kawasan gunung yang mempesona batinnya. 

Sementara dari petuangan bocah bisu berkulit hitam kita tahu lebih dalam tentang kehidupan Lasmi selaku ibu angkatnya, yang kemudian mengilustrasikan perbandingan antara kasih sayang alam untuk mahkluk hidupnya yang tidak mengenal pamrih, dibanding kasih sayang manusia yang serba syarat.

 Kisah yang dituturkan oleh tokoh Octaviany Kiara bagi saya merupakan bagian yang istimewa. Pertama karena saya membaca kisahnya dari kacamata mahasiswa psikologi. Membaca kisah Kiara bukan lagi membaca narasi seorang tokoh dalam sebuah plot, tetapi juga membaca perkembangan pribadi dari seseorang yang tumbuh tanpa mengenal ayah dan garis keturunan dari pihak ibu. 

Di dalam perkembangan pribadinya, Kiara menghadapi kecemasan terdalam terhadap dirinya sendiri yang bermanifestasi sebagai sosok Emprak, dalam perspektif psikoanalisis Freud kita bisa melihat Emprak sebagai 'super ego' yang terus menerus menuntut Kiara untuk berwudhu secara obsesif-kompulsif dan melakukan hal irasional lainnya supaya dia dijamin masuk surga, dan terjaga kesuciaannya, sehingga mengurangi kecemasan yang dialaminya; sedangkan dalam perspektif psikoanalisis Jung, sosok Emprak merupakan arketipe bayang-bayang, mengingat imaji yang dimunculkan tentangnya memiliki jenis kelamin yang sama, dan memiliki potensi destruktif karena pada mulanya bersumber dari insting yang berevolusi bersama organismenya. 

Kedua, saya memahami dengan baik 'kelebihan' yang dimiliki oleh Kiara juga interaksinya bersama entitas yang antara ada dan tiada. Saya rasa inilah yang dimaksud oleh intuisi saya di awal. 

Dalam cerita, dinamika psikologis dan kelebihan Kiara tersebut dapat menyatukan penjelasan dokumenter tokoh direktur, sudut pandang bocah bisu, dengan pentingnya eksistensi Zasu yang mempertemukan mereka. Pertemuan yang sudah ditakdirkan, begitulah cerita dari Octaviany Kiara.

Lalu bagaimana akhirnya, apa yang terjadi pada Chevron setelah pertemuan mereka? Seperti halnya Ulu-Ulu yang pergi tanpa jejak dan menghilangnya Zasu, proyek Chevron dibatalkan pada tahun 2015 tanpa alasan yang pasti. Semua kembali menjadi misteri dan teka-teki, pesona gunung Ciremai itu sendiri yang menggoda para pendaki untuk membongkar rahasianya. Kisah setebal 286 halaman ini, dibuka dari dorongan kekuatan metafisik dan kenyakinan mendalam pada panggilan batin, untuk kemudian ditutup oleh kekuatan yang sama.

Semua cerita tersebut dituturkan dengan gaya bahasa yang sederhana, jelas, dan memiliki karakter sejalan dengan masing-masing tokoh yang menuturkan kisahnya. Penuturan yang dilakukan penulis memiliki nilai penting, tidak hanya dalam hal menyajikan isu/wacana sosial dengan cara yang segar dan bermakna filosofis, tetapi juga dalam hal penyajian misteri yang semula mengundang kita ke sebuah wilayah yang tak ada di google earth. 

Tokoh direktur mendekati misteri di gunung Ciremai dari sudut pandang objektif, menyertakan keterangan anekdotal, dan menjelaskan fenomenanya dari sudut pandang ilmu pengetahuan, untuk kemudian dibungkam oleh ketidaktahuan, mencapai batas-batas pengetahuan yang membawanya pada 'lompatan keimanan'. 

Lain halnya dengan si bocah bisu, misteri didekati secara mikro, personal, imajinatif, juga naif, dengan tujuan akhir untuk bertemu dengan orang tua kandungnya, namun tidak terjadi. Sedangkan dari tokoh Kiara kita menyaksikan misteri dalam lingkup makro-kosmos, antara yang nyata dengan yang gaib; meliputi latar belakang sejarah pejuang NII yang berhubungan dengan Kiara; terputusnya alam oleh adanya kebijakan tentang hutan lindung yang berdampak pada gaya hidup konsumtif pada masyarakat sekitar, dan tokoh Juju yang terlilit hutang juga terancam kehilangan tanah karena proyek Chevron; tidak ketinggalan misi Zasu sebagai pengembara dari alam lain. 

Penyingkapan misteri yang diceritakan oleh Kiara merupakan ikatan takdir pada gunung Ciremai yang diproses melalui perkembangan pribadinya, kemudian keikutsertaannya bersama gerakan aktivis lingkungan. Dalam kisah Kiara juga, segala misteri kembali ditutup, memudar menjadi kenyataan yang banal dan mundane.

Sebagai pemerhati lingkungan dan kesejahteraan sosial, tentunya Anda tidak boleh melewatkan novel ini. Tetapi saya kira novel ini perlu dibaca oleh orang banyak selama eksploitasi alam masih sering terjadi dan masyarakat justru lebih dirugikan ketimbang diuntungkan. 

Bagi saya pribadi novel ini mengajarkan bagaimana pengalaman estetis atas keterpesonaan pada alam memberi suatu kearifan, supaya kita dapat berelasi secara personal dengan alam dan terdorong untuk menjaga keseimbangan kondisinya.

Buku: Hamzah, Pandu. (2015). Sebuah Wilayah yang Tidak Ada di Google Earth. Tanggerang: Literati.

Jangan lewatkan pula review sekaligus bedah novel lainnya di blog pribadi saya:

Farewell Party (Milan Kundera): https://serpihan-catatan.blogspot.com/2018/02/selamat-tinggal-pesta.html

Kaas! (Willem Elsschot): https://serpihan-catatan.blogspot.com/2017/07/katakan-kaas.html

The Catcher In The Rye (J.D. Salinger): https://serpihan-catatan.blogspot.com/2017/05/menyingkap-kenaifan-dalam-diri-catcher.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun