Mohon tunggu...
Fadzul Haka
Fadzul Haka Mohon Tunggu... Wiraswasta - Follow Thyself!

Wirausahawan yang menyamar jadi penulis. Di samping tulis-menulis dan berdagang, saya mengaktualisasikan gelar Sarjana psikologi dengan merintis riset mengenai dramatherapy dan poetry therapy secara otodidak. Nantikan tulisan saya lainnya: Cerpen dan Cerbung Jum'at; Puisi Sabtu; dan Esai Minggu. Saya senang jika ada kawan diskusi, jadi jangan sungkan-sungkan menghubungi saya: email: moch.fariz.dz13@gmail.com WA: 081572023014

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menjelajahi Sebuah Wilayah yang Tidak Ada di Google Earth

17 Februari 2019   21:07 Diperbarui: 18 Februari 2019   12:00 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Lalu bagaimana akhirnya, apa yang terjadi pada Chevron setelah pertemuan mereka? Seperti halnya Ulu-Ulu yang pergi tanpa jejak dan menghilangnya Zasu, proyek Chevron dibatalkan pada tahun 2015 tanpa alasan yang pasti. Semua kembali menjadi misteri dan teka-teki, pesona gunung Ciremai itu sendiri yang menggoda para pendaki untuk membongkar rahasianya. Kisah setebal 286 halaman ini, dibuka dari dorongan kekuatan metafisik dan kenyakinan mendalam pada panggilan batin, untuk kemudian ditutup oleh kekuatan yang sama.

Semua cerita tersebut dituturkan dengan gaya bahasa yang sederhana, jelas, dan memiliki karakter sejalan dengan masing-masing tokoh yang menuturkan kisahnya. Penuturan yang dilakukan penulis memiliki nilai penting, tidak hanya dalam hal menyajikan isu/wacana sosial dengan cara yang segar dan bermakna filosofis, tetapi juga dalam hal penyajian misteri yang semula mengundang kita ke sebuah wilayah yang tak ada di google earth. 

Tokoh direktur mendekati misteri di gunung Ciremai dari sudut pandang objektif, menyertakan keterangan anekdotal, dan menjelaskan fenomenanya dari sudut pandang ilmu pengetahuan, untuk kemudian dibungkam oleh ketidaktahuan, mencapai batas-batas pengetahuan yang membawanya pada 'lompatan keimanan'. 

Lain halnya dengan si bocah bisu, misteri didekati secara mikro, personal, imajinatif, juga naif, dengan tujuan akhir untuk bertemu dengan orang tua kandungnya, namun tidak terjadi. Sedangkan dari tokoh Kiara kita menyaksikan misteri dalam lingkup makro-kosmos, antara yang nyata dengan yang gaib; meliputi latar belakang sejarah pejuang NII yang berhubungan dengan Kiara; terputusnya alam oleh adanya kebijakan tentang hutan lindung yang berdampak pada gaya hidup konsumtif pada masyarakat sekitar, dan tokoh Juju yang terlilit hutang juga terancam kehilangan tanah karena proyek Chevron; tidak ketinggalan misi Zasu sebagai pengembara dari alam lain. 

Penyingkapan misteri yang diceritakan oleh Kiara merupakan ikatan takdir pada gunung Ciremai yang diproses melalui perkembangan pribadinya, kemudian keikutsertaannya bersama gerakan aktivis lingkungan. Dalam kisah Kiara juga, segala misteri kembali ditutup, memudar menjadi kenyataan yang banal dan mundane.

Sebagai pemerhati lingkungan dan kesejahteraan sosial, tentunya Anda tidak boleh melewatkan novel ini. Tetapi saya kira novel ini perlu dibaca oleh orang banyak selama eksploitasi alam masih sering terjadi dan masyarakat justru lebih dirugikan ketimbang diuntungkan. 

Bagi saya pribadi novel ini mengajarkan bagaimana pengalaman estetis atas keterpesonaan pada alam memberi suatu kearifan, supaya kita dapat berelasi secara personal dengan alam dan terdorong untuk menjaga keseimbangan kondisinya.

Buku: Hamzah, Pandu. (2015). Sebuah Wilayah yang Tidak Ada di Google Earth. Tanggerang: Literati.

Jangan lewatkan pula review sekaligus bedah novel lainnya di blog pribadi saya:

Farewell Party (Milan Kundera): https://serpihan-catatan.blogspot.com/2018/02/selamat-tinggal-pesta.html

Kaas! (Willem Elsschot): https://serpihan-catatan.blogspot.com/2017/07/katakan-kaas.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun