Mohon tunggu...
Rifadz Palinggam Djati
Rifadz Palinggam Djati Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat Pergantian Musim

Menulis apa adanya tentang sesuatu yang ada apa-apanya. \r\n\r\nPernah aktif menjadi blogger tahun 2007-2008 kemudian beralih ke facebook group. Menyenangi kegiatan dokumentasi dan analisa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebudayaan Hellenisme, dari Lembah Sungai Indus ke Minangkabau

20 Oktober 2009   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:34 4115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gandara Scrolls Motif (Gulungan Anggur dari Yunani)

Motif Si Kambang Manih dalam Ukiran Minangkabau Kota Kota Model Yunani dan Sistem Konfederasi Nagari di Minangkabau

Adalah suatu misteri sebelumnya ketika kita menemui bahwa di Minangkabau terdapat suatu sistem pemerintahan yang sangat asing untuk wilayah Nusantara. Kerajaan Minangkabau lebih merupakan konfederasi dari ratusan nagari, dan kedudukan raja sifatnya adalah simbol semata. Bahkan Lembaga Raja itu sendiri berbentuk suatu Triumvirat yang disebut Rajo Nan Tigo Selo dengan anggota-anggota Rajo Alam, Rajo Adat dan Rajo Ibadat. Pemerintahan sendiri dijalankan dengan bantuan dewan menteri yang disebut Basa Ampek Balai dengan anggota sejumlah 4 menteri dan sejumlah 7 lembaga negara yang disebut dengan Langgam Nan Tujuah yang berkedudukan di 7 nagari penting. Dalam kerajaan juga berlaku 2 mazhab pemerintahan yang disebut kelarasan yaitu Sistem Kelarasan Koto Piliang yang aristoktratis dan Sistem Kelarasan Bodi Caniago yang demokratis. Belakangan muncul pula Sistem Kelarasan Lareh Nan Panjang yang menggabungkan kedua mazhab yang ada sebelumnya.

Kerajaan-kerajaan Hellenistic yang berkembang disekitar lembah sungai Indus seperti Seleucid Empire, Bactria dan Gandhara mendirikan kota-kota menurut model Yunani, seperti di Ai-Khanoum di Baktria, yang hanya menunjukkan ciri-ciri khas arsitektural Hellenistic. Kota-kota ini juga diatur dengan sistem pemerintahan polis-polis ala Yunani kuno. Sistem inilah yang dibawa oleh nenek moyang orang Minangkabau yang sangat mengagumi Alexander Agung itu. Belakangan mereka menciptakan mitos bahwa mereka itulah keturunan langsung dari Alexander Agung.

Selain di Minangkabau, sistem pemerintahan berbentuk Konfederasi ini juga di temukan di Kerajaan Champa. Kerajaan Champa yang berdiri sepanjang abad ke 7 hingga tahun 1832 ini berbentuk Konfederasi Kota yang terdiri dari Indrapura, Amaravati, Vijaya, Kauthara dan Panduranga.

Sistem Matrilineal dan Jejaknya di Jalur Perdagangan India-China

Satu lagi kunci untuk mengungkap asal-usul dan diaspora nenek moyang orang Minangkabau adalah sistem kekerabatan Matrilineal yang dianut suku ini. Di sepanjang jalur perdagangan India-China sistem ini ditemukan di Kerala, Karnataka, dan Tamil Nadu di  India , sebagaian wilayah Siam (Thailand), di Kerajaan Champa di Vietnam sekarang dan di wilayah Naxi di China

Kesimpulan dan Hipotesa

Dari data-data diatas terjawab sudah keheranan selama ini tentang mitos asal-usul orang Minangkabau. Klaim sebagai keturunan Iskandar Zulkarnain itu bisa dipahami sebagai bentuk kekaguman nenek moyang orang Minangkabau yang berasal dari Gandhara di Lembah Sungai Indus terhadap sosok Alexander Agung yang mendirikan peradaban Hellenistic, peradaban perpaduan timur dan barat yang meramu unsur-unsur Yunani, Buddha, Kebudayaan Hindu India dan Kebudayaan Persia serta Zoroatrianisme.

Nenek moyang orang Minangkabau menurut Tambo Alam Minangkabau bernama (bergelar) Sultan Maharajo Dirajo. Dari nama tersebut sangat jelas bahwa dia berasal dari India. Dalam Tambo daerah asal ini disebut Tanah Basa atau dalam bahasa asalnya adalah Mahajanapada. Dalam rombongan tersebut ikut anggota-anggota bernama Cateri Bilang Pandai (asal India) berkasta ksatria, Harimau Campa (asal Champa), Kucing Siam (asal Siam), Kambing Hutan (asal Cambay, India) dan Anjing Mualim (asal Persia) sebagai navigator. Tiga daerah asal pengiring ini masih menganut sistem matrilineal hingga saat ini yaitu India (di Kerala, Karnataka dan Tamil Nadu), Siam/Thailand (pada beberapa daerah) dan Champa (Vietnam).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun