Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tapal Kuda dan Omega Sebagai Simbol Kematian Atau Titik Akhir

30 Januari 2023   12:26 Diperbarui: 30 Januari 2023   13:29 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanah berbentuk kuda di titik center antara titik Jabal Rahmah di Arab dengan suatu titik di Hawaii. Pengukuran menggunakan Google Earth. (dokpri)

Tapi mengapa Datu Simapurusiang mengisyaratkan tempat yang dirahasiakan itu dalam "nama"nya?

Nama asli Simapurusiang adalah Sima Lingji. Ia adalah mantan permaisuri Kaisar Jing, kaisar terakhir dari Dinasti Zhou Utara.

Itulah mengapa dalam naskah Lontara Luwu, Simapurusiang dijuluki "Datu Cina", karena memang, sebelumnya jadi Raja di Luwu, ia adalah seorang permaisuri di negeri Cina. Tapi tidak lama. 

Tahun 579 Kaisar Xuan mengambilnya menjadi istri putranya (Kaisar Jing). Usia Sima Lingji saat itu tidak tercatat dalam sejarah (diperkirakan sekitar 9 - 11 tahun), namun Kaisar Jing saat itu berusia enam tahun. Pernikahan dini semacama ini umum terjadi dalam tradisi xianbei. Ini seperti pernikahan Temujin atau Jenghis Khan yang berusia 9 tahun dengan istri pertamanya Borte yang berusia 10 tahun.

Tahun 580 Kaisar Xuan meninggal. Yang Jian (Ayah dari istri Kaisar Xuan atau kakek dari Kaisar Jing) bergerak merebut takhta. Tahun 581 Yang Jian berhasil - lalu menghukum mati Kaisar Jing dan seluruh anggota dari klan Yuwen kekaisaran Zhou Utara. Sima Lingji sendiri tidak dihukum mati tapi status kebangsawanannya dicabut menjadi orang biasa.

Naskah Zhou Shu mencatat, Sima Lingji kemudian menikah dengan gubernur Li Dan. Setelah itu tidak ada lagi catatan tentang dia, selain bahwa ia masih hidup di masa kaisar kedua dinasti Tang (abad ke-7).

Kemunculan Sima Lingji tiba-tiba di Luwu tentu menjadi tanda tanya, tetapi, itu dijelaskan dalam naskah Lontara Luwu bahwa ia menikah dengan Patianjala, Seorang Pangeran Suku laut Bajou. Tampaknya Pangeran pelaut inilah yang membawanya ke Luwu.

Bisa jadi, Pangeran Patianjala inilah yang disebut dalam kronik Cina sebagai gubernur Li Dan, karena di Bastem, di kaki gunung Sinaji, (wilayah yang jadi pusat kedatuan Luwu di masa Simapurusiang) terdapat nama wilayah bernama Ledan.

Dan juga bisa jadi, keturunan Sima Lingji-lah yang pada masa sekarang menggunakan nama family "Linggi" (dari nama Lingji). Informasi yang saya dapatkan dari beberapa sumber mengatakan; rumpun 'Linggi' memang berasal dari wilayah bastem (perbatasan Luwu dan  Toraja).

Beberapa orang yang saya kenal menggunakan nama family "Linggi", semuanya  tampak berwajah etnis Cina (tampaknya diwariskan oleh Sima Lingji).

Rumpun 'Linggi' tampaknya bermigrasi ke Malaysia & membangun kampung Linggi di Negeri Sembilan. Seseorang dari sana yang membeli buku saya "LUWU BUGIS" mengatakan, rumpun keluarganya berasal dari Luwu, dan bahwa Orang  Luwu/ Bugis banyak di wilayah Linggi di Negeri Sembilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun