Dukungan lain yang digunakan Lemaitre adalah gagasan entropi, yang menyatakan bahwa segala sesuatu bergerak menuju ketidakteraturan yang semakin besar.
Bagaimana pun, Gagasan Lemaitre tentu saja membuka lebih banyak pertanyaan, misalnya: Seperti apakah atom primordial itu? Dan mengapa bisa meledak?
Lemaitre mendalami topik tersebut selama beberapa waktu, bahkan menyarankan bahwa seharusnya "ada semacam radiasi latar di alam semesta," yang tersisa dari ledakan awal atom primordial tersebut. Dia menjadi lebih tertarik pada konsekuensi filosofis dari teorinya, yang mana itu sangat banyak.
Beberapa tahun kemudian sejak kemunculan teori big bang, terjadi perdebatan sengit antara mereka yang mendukung dan mereka yang menyukai teori "keadaan tetap" alam semesta (bahwa alam semesta itu abadi dan tidak berubah).
Perdebatan ini berakhir ketika Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan bukti adanya radiasi di latar belakang kosmik, yang telah ditentukan oleh Lemaitre dan ahli teori lainnya sebagai sisa ledakan big bang miliaran tahun yang lalu.
Pada tahun 1964, para peneliti di laboratorium Bell di holmdale New Jersey menggunakan antena tanduk raksasa untuk mendengarkan gelombang radio yang dipantulkan beberapa satelit. Pekerjaan ini menuntut ketelitian yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan para ilmuwan berusaha keras untuk menghilangkan semua kemungkinan gangguan dari sumber luar.
Tetapi upaya terbaik mereka itu diganggu oleh kebisingan terus menerus yang tidak dapat mereka hilangkan. Pada awalnya mereka pikir itu diakibatkan oleh kotoran burung merpati yang bertengger di antena yang mengakibatkan gangguan sinyal, atau mungkin gangguan dari kota New York tahun 1960-an yang ramai yang sekitar 50 km jauhnya.
Tetapi, akhirnya menjadi jelas bahwa suara itu bukan akibat burung merpati atau orang, itu datang dari luar galaksi kita. Itu adalah milik alam semesta yang sekarang kita kenal sebagai radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik. Radiasi ini adalah sisa ketika alam semesta masih sangat kecil dan sangat panas seperti yang diperkirakan oleh Lemaitre.
Demikianlah, semua pencapaian ini membuktikan Georges Lemaitre lebih dari sekadar seorang pendeta katolik. Dia juga seorang ahli fisika teoretis. Dia Seorang kosmolog yang terpesona dengan cara kerja Tuhan alam semesta yang sempurna.
Dia adalah satu dari sedikit ilmuwan besar yang dapat menunjukkan bagaimana agama dan sains dapat berjalan selaras dalam diri setiap individu. Pandangan saintifiknya tidak menjadikannya seorang sekuler, agnostik, apa lagi ateis. Begitu pula pandangan religiusnya tidak sampai membuatnya memandang segala sesuatu secara hitam dan putih.
Penolakan Fred Hoyle
Sebelum studi Lemaitre tentang kosmos yang mengguncang dunia kosmologis di awal abad 20, seorang filsuf dari abad ke-13 Sigerus de Brabantia mengemukakan pernyataan bahwa alam semesta itu abadi tanpa ada permulaan. Pandangan filsuf Brabantia yang dianggap sesat ini membuat marah para teolog saat itu dan membuatnya dikecam oleh Paus pada tahun 1277.