Memasuki masa kolonial, leluhur kita kemudian menyematkan istilah 'landa' kepada orang kulit putih yang datang dari benua Eropa. Saya pikir, leluhur kita pada saat itu memahami betul bahwa kedatangan orang-orang Eropa akan memulai lagi suatu zaman baru di bumi Nusantara. Di mana tatanan hidup akan berubah selamanya -- tidak akan pernah kembali seperti dulu.
yang menarik, nampaknya organisasi freemason pun nampaknya akan menggunakan terminologi "penempa", "perajin", atau sejenisnya. Jika sebelumnya mereka menyebut organisasinya "Mason" yang secara harfiah berarti "tukang batu", maka ke depan, mereka ada kemungkinan menggunakan nama sandi baru.
Ada dua kemungkinan, yaitu: 'Potter' (yang dalam bahasa Inggris berarti "perajin tembikar"), dan 'Craft' (dalam bahasa Inggris 'craftsman' berarti "perajin atau seniman").
Setidaknya itulah yang ditunjukkan jejak samar eksistensi mereka. Karena, walaupun pembicaraan mengenai organisasi ini telah begitu ramai tersebar di internet namun, organisasi ini seakan tetap diselimuti misteri.
Orang-orang banyak menyebut mereka sebagai "tangan yang bergerak di belakang layar" yang mengontrol tatanan dunia. Menguasai ekonomi dunia, perkembangan ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Tapi, hingga kini rasanya tidak ada satupun dari selebriti, pejabat atau petinggi level dunia yang secara terang-terangan mengatakan dirinya bagian dari Masonik.
Mungkin pembaca jadi bertanya-tanya, dari mana saya mendapat informasi bahwa kemungkinan mereka akan menggunakan nama sandi baru, 'Potter' atau 'Craft'? Sayangnya, untuk saat ini saya belum bisa jelaskan.
Yang saya heran, jika selama ini mereka dianggap sebagai "tangan yang bergerak di belakang layar", mengapa mereka tidak memilih menggunakan istilah 'puppeteer' saja?
Karena ungkapan "tangan yang bergerak di belakang layar" jelas adalah definisi bersifat figuratif yang tepat untuk sebutan 'Puppeteer' atau 'master of puppet' (yang berarti "dalang"). Tapi terserahlah jika ingin tetap menggunakan 'potter' atau pun 'craft'.... btw, craft-man or croft-er?
note: dua paragraf terakhir sebenarnya bukan untuk sahabat pembaca, tapi pesan untuk "mereka" ... :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H