Untuk mereka-reka tahun mana yang dimaksud, saya pikir, kalimat "sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu"Â perlu mendapat penafsiran.
Selama ini beberapa kalangan umumnya menafsirkan sebagai berikut: sinungkalan dewa wolu (8), ngasta (2), manggalaning (9), ratu (1) -- yang berarti tahun 1928. Yang menarik, jika deretan angka ini dijumlah hasilnya: 20 (1+9+2+8). Apakah ini mengacu pada tahun 2020? silakan para pembaca saja yang menyimpulkan...Â
Bunyi kalimat "berwatak seperti Baladewa", adalah isyarat yang diberikan Prabu Jayabaya bahwa Satria Piningit atau Ratu Adil adalah seorang yang berwatak, tegas, keras hati, mudah naik darah tetapi pemaaf dan arif bijaksana, sebagaimana ciri watak Baladewa dalam pewayangan.
Di bait 160, Prabu Jayabaya menyebut Satria Piningit sebagai "putra Batara Indra". Untuk mencermati Frase ini, mencari tahu siapa nama putra Batara Indra bisa menjadi salah satu solusi.
Dalam kisah Ramayana disebutkan bahwa Raja bangsa kera (bangsa Wanara) yaitu "Vali" adalah putra spiritual Dewa Indra. di Indonesia Vali lebih dikenal dengan sebutan Subali. Ia adalah suami "Tara" (Ratu Kishkindha). (sumber: di sini)
Karena di bait 159, Prabu Jayabaya telah menyebutkan bahwa Satria Piningit "berparas seperti Batara Kresna" yang menyiratkan jika Satria Piningit berparas tampan dan berwibawa, maka dapat diduga jika ciri yang ingin diambil dari sosok "putra Batara Indra" tentulah bukan aspek sebagai Raja bangsa Kera, melainkan mungkin aspek nama "Vali" atau "Subali", atau mungkin juga aspek sebagai seorang suami yang memiliki istri bernama "Tara".
BERSAMBUNG KE BAGIAN 2
Artikel ini sebelumnya telah tayang di blog saya: fadlybahari.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H