Oleh "orang-orang khusus" tersebut, pemahaman tentang Lauh Mahfuzh menjadi hal yang sangat dirahasiakan, dan digunakan untuk kalangan yang sangat terbatas.
Lauh Mahfuzh sebagai suatu jaringan global, akhirnya mengemuka dan menjadi pembahasan umum di kalangan ilmuwan manakala Pierre Teilhard de Chardin (Seorang filsuf idealis Prancis, merupakan profesor geologi di Institut Catholique di Paris, dan dikenal sebagai Pastor Jesuit, paleontolog, dan paleoanthropologist) menghadirkan pemikirannya tentang konsep Noosfer (Noosphere).Â
Meskipun pemikiran ini membuat Teilhard pada akhirnya mendapatkan reputasi global, namun riwayat hidupnya diceritakan sebagai orang yang "terbuang" dan meninggal dunia di gereja pengasingannya di New York pada tahun 1955 di usia 74.
Akibat pemikirannya tentang noosfer, ia hampir dinyatakan sebagai bidah. Karya tulis Teilhard kemudian disembunyikan oleh pejabat Vatikan. Satu dekade kemudian setelah kematiannya, buku-buku Teilhard diajarkan di sekolah-sekolah Jesuit. Dan hari ini ia memiliki reputasi global dalam evolusi dan spiritualitas.Â
Menurut Teilhard (The phenomenon of man : 1959), noosfer adalah  selubung  pemikiran yang melingkupi bumi yang muncul melalui evolusi sebagai konsekuensi dari pertumbuhan kompleksitas/kesadaran ini. Dalam bahasa yang lebih sederhana, noosfer muncul melalui dan didasari oleh interaksi pikiran manusia.Â
Sir Julian Huxley dalam kata pengantarnya dalam buku "The phenomenon of man" mengomentari: Â [...] ia [Teilhard] merujuk noosfer sebagai lapisan atau membran baru di permukaan bumi, sebuah "lapisan pemikiran" yang ditempatkan di atas lapisan hidup biosphere dan lapisan tak bernyawa dari bahan anorganik, lithosphere (...)
Teilhard mengusulkan bahwa jika kehidupan terus ada maka planetisasi, sebagai proses biologis menghasilkan otak global, yang tentu juga akan menghasilkan pikiran global, yaitu: tingkat kesadaran planet baru dan jaringan pemikiran. Inilah yang kemudian disebutnya sebagai noosfer.Â
Oleh sebagian kalangan, lapisan teknologi yang diusulkan Teilhard ini diartikan sebagai suatu antisipasi dini dari kemunculan Internet dan Web. Tapi menurut saya, ini lebih merupakan keberhasilan Teilhard menangkap fenomena Lauh Mahfuzh lalu membawanya ke dalam alam berpikir manusia.
Kuat dugaan saya jika Nikola Tesla adalah satu-satunya orang yang telah memikirkan dan berniat membangun suatu infrastruktur yang memungkinkan manusia secara harafiah dapat mengakses jaringan noosfer.
Menara Wardenclyffe (juga dikenal sebagai Menara Tesla) yang dibangun Tesla, umumnya dipahami sebagai stasiun transmisi nirkabel, yang dimaksudkan berfungsi untuk mengirimkan pesan, telepon dan bahkan gambar, berdasarkan teorinya menggunakan Bumi untuk menyalurkan sinyal.Â
Dalam eksperimennya Tesla berteori bahwa jika ia menyuntikkan arus listrik ke bumi pada frekuensi yang tepat dia dapat memanfaatkan apa yang dia yakini sebagai muatan listrik planet itu sendiri dan menyebabkannya beresonansi pada frekuensi yang akan diperkuat dalam "standing waves" yang dapat disadap di mana saja di planet ini untuk menjalankan perangkat atau, sebagai pembawa sinyal.Â