Sebagai tambahan, Menurut tradisi Arab, putra tertua Nuh, Sem (Sam), yang mendirikan kota Ma'rib, ibukota kerajaan Saba. Dan, orang Yaman kuno diketahui menyembah dewa matahari yang bernama Sham.
Ini kemungkinan terkait dengan riwayat dalam mitologi Persia [tr. Christensen, 1918-34, II, hlm. 60-67], yang menceritakan kisah tentang Yama/ Yima (atau juga disebut Jamsid, bentuk asal dari jem atau cem dalam Turki modern ), ketika dipanggil ke hadapan Allah, untuk diberi kekuasaan sebagai raja atas dunia dengan tanda kebesaran: cincin segel, takhta, dan mahkota.Â
Ketika kembali ke bumi, ia turun Gunung Alborz, dan orang-orang yang melihat ke arah itu melihat ada dua matahari, salah satunya adalah Yama.
Ini nampaknya juga terkait dengan makna lain dari "sunthaz" dalam bahasa Proto-Germanic, yang juga dapat berarti "sisi matahari" (sun-side).
Sejak hari itu, Yama memproklamirkan dirinya sebagai raja alam semesta tepat pada hari tahun Baru. Mitos ini kemudian dilestarikan dalam tradisi yang mengaitkan Yama dengan festival Hari Tahun Baru (Nowruz).
Dan ini lagi-lagi sejalan dengan budaya di Jawa yang menjadikan bulan suro (tahun baru dalam kalender Jawa) identik dengan tokoh Semar, dan atau dianggap sebagai saat yang baik untuk berziarah ke petilasannya.
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H