Kenyataan ini menjadikan upaya pencarian asal usul suatu kata ke berbagai bahasa di dunia, mestinya, bukanlah suatu hal yang "tabu" untuk dilakukan.
Saya pikir sah-sah saja. Selama bentuk etimologi yang disampaikan memiliki dasar pertimbangan yang jelas.
Pandangan ini saya ajukan terlebih dahulu, soalnya, ini terkait dengan bentuk etimologi kata "sunda" yang ingin saya ajukan...
Pertimbangan "sunda" kemungkinan berarti "selatan", didasari adanya kata "sunthaz" dalam bahasa Proto-Germanic, yang berarti: selatan.
Kata ini merupakan bentuk kuno dari kata "south". Di sisi lain, dalam bahasa Iceland, terdapat kata "sund" yang berarti "selat".
Fakta bahwa "sunthaz" dan "sund" sebagai dua kata yang cukup homofon, dan juga menunjukkan makna yang sangat dekat jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, yakni: selatan dan selat, akan lebih dikuatkan lagi oleh tinjauan aspek historis tentang Nusantara di masa kuno berikut ini.
Pertama, ada banyak literatur yang mengatakan bahwa di masa lalu, pelaut-pelaut yang datang dari Nusantara disebut "cellates" atau "orang selat" oleh orang-orang di barat. Kedua, dalam konsep Lokapala, yaitu tentang dewa-dewa penjaga arah mata angin dalam tradisi Hindu, disebutkan bahwa, Selatan adalah wilayah kekuasaan dewa Yama.
Jika dalam tradisi Hindu, dewa Yama disebut sebagai penguasa arah selatan, dunia bawah, atau neraka, maka, pada bangsa Fenesia (phoenicia) ada nama dewa Melqart, juga disebut sebagai penguasa dunia bawah. Dan memang, keduanya diidentifikasi sama oleh para sejarawan. Begitu pula dengan Yima dalam mitologi orang Persia.
Dalam beberapa tulisan sebelumnya, saya pribadi bahkan telah lebih jauh mengidentifikasi Yama, Melqart, Yima, dan Semar dalam mitologi Jawa, sebagai analogi dari Sem bin Nuh.
Baca di:Â
Ini Asal-Usul Nama "Jawa" Menurut Konsep Lokapala
Nuansa Jawa pada Kata Ungu dalam Bahasa Phoenicia dan Bahasa Kuno Lainnya
Identifikasi Semar sebagai Analogi Sem bin Nuh (Bagian 2)
Kedudukan Yama atau Semar sebagai penguasa wilayah selatan (dunia bawah, atau alam kematian), yang nampaknya menjadikan Pulau Jawa sebagai pusatnya, memiliki korelasi yang kuat dengan sejarah kuno wilayah Yaman di semenanjung Arab Selatan.