Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Metafora: Kebingungan yang "Direncanakan" dalam Bahasa Manusia

6 Agustus 2020   20:56 Diperbarui: 6 Agustus 2020   21:19 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandal Bersayap Hermes (sumber: www.ancient.eu)

Menurut Bucknell dan Stuart-Fox, dalam tradisi Vajrayana, yang sekarang dilestarikan terutama di sekte-sekte Tibet, telah lama diketahui bahwa ajaran penting tertentu diekspresikan dalam bentuk bahasa simbolik rahasia yang dikenal sebagai "Samdhya-bhasa" (Bahasa Twilight). (sumber di sini)

Apa yang telah saya ungkap dalam artikel "Makna Sakral di Balik Nama-nama Angka" dan "Formasi Unik dan Filosofi yang Dikandung Nama Angka dalam Bahasa Indonesia," ternyata terbukti sejalan dan memang diterapkan dalam tradisi tantra. Angka, numerologi, dan spiritualitas angka adalah kunci bahasa senja dan endemik Vajrayana, seperti halnya di seluruh agama India lainnya. 

Seperti yang dikatakan Bucknell dan Stuart-Fox, makna angka-angka tertentu secara implisit ditempatkan pada kelompok air, api dan ruang. Ini jelas berkorelasi dengan temuan saya dalam makna nama-nama angka dalam bahasa tradisional di Indonesia. Berikut kembali saya kutip:

(1; messa) satu
(2; daddua) dadu = bentuk simbolis dari takdir atau nasib
(3; tallu) selanjutnya atau kemudian (tallu = tarru; merupakan bahasa tae yang berarti selanjutnya atau kemudian)
(4 & 5; appa-lima) dituangkan atau dipindahkan (appalima merupakan bahasa tae' yang artinya dituangkan atau dipindahkan)
(6; annang) [di] tempat atau wadah (annang atau inang merupakan bahasa tae' yang artinya tempat atau wadah)
(7; pitu) [unsur] udara (rasi bintang biduk karena letaknya di langit menjadikannya mewakili unsur udara)
(8; waru) [unsur] air (waru terkait dengan nama Dewa Wa-runa sebagai dewa laut mewakili unsur air)
(9; siwa) [unsur] tanah (Dewa Siwa dengan nama lain Girisa yang artinya gunung, menjadikannya dapat dianggap mewakili unsur tanah)
(10; sangpulo) [unsur] api (dengan melihat morfologi bentuk kata dasar, dari bentuk "pulo", "pulu", "wara" hingga ke bentuk "bara" -yang mana "bara" kita ketahui identik dengan api, maka dengan demikian angka sepuluh mewakili unsur api).

Agar lebih jelas, ungkapan yang bermain simbol dan filosofi yang sangat tinggi dan kemungkinan bersifat rahasia ini, dapat kita ringkas menjadi kalimat: "SATU TAKDIR KEMUDIAN DITUANGKAN/DITEMPATKAN KE DALAM WADAH YANG TERBUAT DARI UNSUR ANGIN, UNSUR AIR, UNSUR TANAH DAN UNSUR API."

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun