Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bacalah Al-Fatihah dengan Benar Ketika Shalat

30 April 2020   19:34 Diperbarui: 30 April 2020   19:37 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: www.voa-islam.com)

Sejujurnya, jika saya ditanya lebih senang mana shalat sendiri atau berjamaah, saya bisa katakan bahwa saya lebih senang shalat sendiri. Alasannya, terutama karena jika shalat sendiri saya merasa lebih khusyuk. 

Selain itu, ada hal yang membuat saya kadang merasa tidak nyaman dan tidak tenang ketika shalat berjamaah, yaitu perasaan was-was akan diimami seseorang yang  ketika membaca surat Al Fatihah tidak terdengar melafalkan ayat pertama (kalimat " bismillahir-ramanir-raim") ... tapi langsung saja terdengar melafalkan ayat ke-2 surat Al-Fatihah "al-amdu lillahi rabbil-'alamin..." Yang mana bagi saya, hal ini adalah sebuah kekeliruan. 

Ada yang memberi alasan bahwa sang imam tentu telah membaca kalimat basmalah di dalam hati. Alasan ini pun dalam pandangan saya tetap suatu kekeliruan. Karena, tindakan itu sama saja dengan tanpa sadar telah memposisikan kalimat basmalah sebagai kalimat pengantar atau pembuka (sama seperti bacaan kalimat basmalah ketika akan mengawali membaca surat-surat lainnya).

Padahal, jelas... kalimat basmalah ( bismillahir-ramanir-raim ) pada surat Al Fatihah adalah merupakan bunyi ayat pertama. 

Jadi, seseorang yang ketika membaca surat Al Fatihah memulainya dengan mengucapkan kalimat basmalah di dalam hatinya, lalu mulai memperdengarkan pelafalan bacaannya pada kalimat "al-amdu lillahi rabbil-'alamin..." (bunyi ayat ke-2 surat Al Fatihah), dalam pandangan saya, orang itu tengah berada dalam kekeliruan yang besar yang tidak disadarinya.

Kasus ini dalam pandangan saya seperti sebuah "pengujian kesadaran dan pemahaman menyeluruh" terhadap orang-orang yang membaca surat Al Fatihah.

Bahwa sejauh mana setiap orang yang membaca surat Al Fatihah itu dapat menjaga pemahaman dan kesadarannya. Ketika di sisi lain, ia terbiasa menggunakan kalimat basmalah sebagai kalimat pembuka dalam membaca ayat suci Al Quran lainnya, apakah kebiasaan itu tanpa sadar akan terbawa ketika ia membaca Al Fatihah juga? yang dengan demikian berarti ia telah melupakan bahwa ayat pertama surat Al Fatihah adalah bacaan basmalah.

Al Fatihah sebagai induk al-Quran atau Ummul Kitab 

Kitab Al Quran dengan seluruh ayat-ayat suci yang terangkum di dalamnya adalah merupakan petunjuk yang nyata bagi seluruh umat manusia dalam menjalani hidup dengan sebaik-baiknya di muka bumi. 

Di sisi lain, Surat Al Fatihah dikatakan merupakan induk Al Quran. Fakta ini mengisyaratkan jika  surat Al Fatihah sungguh-sungguh  memiliki nilai dan posisi yang sangat tinggi. 

Fungsi Al Quran sebagai harapan petunjuk yang nyata bagi seluruh umat manusia sangat jelas tersampaikan dalam bunyi surat Al Fatihah ayat 5-6: 

"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus"

Bunyi ayat ini sesungguhnya membahasakan masalah paling klasik seluruh umat manusia dari awal kehidupan hingga akhir zaman nanti. Yaitu tentang "upaya mencari dan memilih jalan yang benar" di antara banyak pilihan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia.

Dengan menimbang hakikat Surat Al Fatihah ini, saya melihat sudah pada tempatnya jika padanya terdapat"tuntutan" sekaligus "ujian" seperti yang saya bahas di atas.

Logikanya, bagaimana mungkin kita dapat memilih jalan yang benar jika pada kenyataannya kita dalam situasi yang tidak fokus dan tidak memiliki kesadaran yang utuh dalam menghadapi situasi "memilih" tersebut?

Bagaimana mungkin kita berpikir dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah yang besar sedangkan menghadapi kasus yang sederhana saja, seperti kasus di atas, kita tidak mampu memberikan perhatian yang semestinya?

Bagaimana mungkin kita berpikir ingin berjuang menegakkan akidah dan ketauhidan, berjuang menegakkan yang benar dan melarang yang salah, sementara baca surat Al Fatihah saja kita masih keliru? :)

Pada kenyataannya, kita manusia memang cenderung memiliki sifat seperti ini, yaitu suatu ego yang mendorong untuk tertarik pada hal yang besar-besar saja, sementara hal yang kecil dan sederhana disepelekan begitu saja. 

Sifat seperti ini yang tidak ingin berproses tahap demi tahap, dari menyelesaikan hal yang sederhana hingga hal yang lebih kompleks, disindir Allah dalam Al Quran surat Al Isra' ayat 11 : "...Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa." 

Sekian  apa yang wajib saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Salam.

Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 30 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun