Dengan menimbang hakikat Surat Al Fatihah ini, saya melihat sudah pada tempatnya jika padanya terdapat"tuntutan" sekaligus "ujian" seperti yang saya bahas di atas.
Logikanya, bagaimana mungkin kita dapat memilih jalan yang benar jika pada kenyataannya kita dalam situasi yang tidak fokus dan tidak memiliki kesadaran yang utuh dalam menghadapi situasi "memilih" tersebut?
Bagaimana mungkin kita berpikir dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah yang besar sedangkan menghadapi kasus yang sederhana saja, seperti kasus di atas, kita tidak mampu memberikan perhatian yang semestinya?
Bagaimana mungkin kita berpikir ingin berjuang menegakkan akidah dan ketauhidan, berjuang menegakkan yang benar dan melarang yang salah, sementara baca surat Al Fatihah saja kita masih keliru? :)
Pada kenyataannya, kita manusia memang cenderung memiliki sifat seperti ini, yaitu suatu ego yang mendorong untuk tertarik pada hal yang besar-besar saja, sementara hal yang kecil dan sederhana disepelekan begitu saja.Â
Sifat seperti ini yang tidak ingin berproses tahap demi tahap, dari menyelesaikan hal yang sederhana hingga hal yang lebih kompleks, disindir Allah dalam Al Quran surat Al Isra' ayat 11 : "...Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa."Â
Sekian  apa yang wajib saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 30 April 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI