Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Temuan Jejak Migrasi Nabi Ibrahim 4200-an Tahun Lalu

21 April 2020   17:01 Diperbarui: 31 Agustus 2023   17:06 6963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Assam yang berada di garis bujur 91 derajat (dokpri) 

Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Amr, beliau berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Akan ada hijrah setelah hijrah, manusia pergi menuju tempat hijrah Nabi Ibrahim Alaihissallam...."

Meskipun telah meluas dan terwariskan secara turun temurun pemahaman bahwa yang dimaksud sebutan 'Al-Sham' atau 'Ash-Sham' adalah wilayah suriah, namun opsi wilayah Benggala sebagai tujuan hijrah atau migrasi nabi Ibrahim di masa lalu kiranya patut pula dipertimbangkan.

Dengan pertimbangan bahwa di sana terdapat pula nama wilayah bernama 'Assam' (identik dengan bentuk Ash-Sham).

Dan terutama, "jika seandainya" umat Islam memberi sebutan Ash-sham pada Suriah, didasari penyebutan nama tersebut sebagai nama surat dalam Al Quran, yaitu surat "Asy-Syams", maka perhatikanlah bahwa surat itu berada pada urutan 91, dan pertimbangkanlah bahwa "mungkin" angka tersebut sesungguhnya menyiratkan posisi 'Assam' (di wilayah benggala) yang berada di garis bujur 91 derajat.

Assam yang berada di garis bujur 91 derajat (dokpri) 
Assam yang berada di garis bujur 91 derajat (dokpri) 
Demikianlah, hal yang perlu mendapatkan perenungan di sini, adalah bahwa, terekamnya peristiwa dan alasan migrasi leluhur orang Dimasa dari semenjak ribuan tahun yang lalu, menyiratkan jika hal itu bukanlah suatu hal yang biasa, baik dalam perspektif tinjauan "pelaku" maupun"peristiwa itu sendiri" .

Jika dugaan saya benar bahwa yang dimaksud leluhur orang Dimasa adalah nabi Ibrahim, maka, dapat ditafsirkan alasan peristiwa itu masih terekam dan dikenang dengan baik hingga hari ini, adalah karena "peristiwa" dan "tempat peristiwa" itu memang belum "tutup buku" (belum berakhir), dalam artian rekaman ingatan itu diperuntukkan sebagai rujukan atau petunjuk atas "peristiwa yang sama" yang akan terjadi di tempat itu di suatu waktu di masa mendatang.

Sekian  apa yang wajib saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Salam.


Fadly Bahari, Pare-Kediri, 21 April 2020

Baca artikel saya lainnya di:
https://www.kompasiana.com/fadlyandipa
atau website saya: https://fadlybahari.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun