Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Temuan Jejak Migrasi Nabi Ibrahim 4200-an Tahun Lalu

21 April 2020   17:01 Diperbarui: 31 Agustus 2023   17:06 6963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Assam yang berada di garis bujur 91 derajat (dokpri) 

Sebutan 'Sham'

Dalam Encyclopedia Of Islam Vol 9 (1997) (diedit Oleh: C. E. Bosworth, E. van Donzel, W. P. Heindichs, dan G. Lecomte), dijelaskan bahwa 'Al Sham', secara etimologis, berarti "wilayah di tangan kanan", karena dalam penggunaan bahasa Arab kuno, penutur di Arab barat atau tengah dianggap ketika menghadap ke arah matahari terbit mereka mendapatkan Suriah di sebelah kirinya (tangan kiri), dan semenanjung Arab yakni Yaman berada di sebelah kanannya (tangan kanan). 

Dalam penggunaan di awal Islam, istilah bilad al-Sham mencakup apa yang pada awal penggunaannya dalam aspek diplomatik dan politik di abad ke-20 dikenal sebagai "Suriah Besar", termasuk entitas politik modern Suriah, Lebanon, Yordania, dan Israel dan Tepi Barat Palestina, di utara menyebar ke Turki modern atau Provinsi Hatay, Gaziantep, dan Diyarbakir. 

Dalam penulisannya, 'negeri Sham' umumnya ditulis dalam dua bentuk yaitu: Bilad Al-Sham, dan Bilad Ash-Sham. 

Kelihatannya, mereka yang memahami dasar etimologi sebutan 'Sham' berasal dari makna 'utara' akan menggunakan bentuk 'Al-Sham'. Sementara itu, "mungkin" mereka yang mendasarkan pemahamannya pada sebutan 'Sham' dalam hadist nabi atau dalam Al Quran dengan bentuk 'Asy-Syams' akan memilih bentuk 'Ash-Sham'.

Apa pun itu, jika mencermati fakta bahwa sebelum abad ke 7 (sebelumnya berkembangnya Islam) wilayah levant umumnya disebut 'Suriah' baik dalam bahasa Arab kuno maupun orang Eropa, maka ada kemungkinan jika sebutan bilad Al-Sham atau bilad Ash-Sham barulah dipopulerkan penggunannya setelah berkembangnya Islam. Ini terutama terjadi setelah penaklukan Islam atas Suriah Byzantium pada abad ke-7 . 

Pada saat itu, nama wilayah levant yang dalam bahasa Arab disebut 'Syria' , kemudian menjadi Provinsi Islam dengan sebutan 'Bilad al-Sham'. Di masa ini nama 'Suriah' tidak digunakan secara resmi dalam pemerintahan Islam, tetapi tetap digunakan di Eropa, terutama dalam literatur kristen Syria. Barulah Pada abad ke-19 nama Suriah dihidupkan kembali dalam bentuk Arab modern untuk menunjukkan seluruh Bilad al-Sham. [sumber di sini]

Mencermati riwayat penggunaan sebutan 'Sham' untuk wilayah levant, secara kritis saya berpandangan bahwa ada kemungkinan jika sebutan 'bilad Al-Sham' atau bilad Ash-Sham' untuk melabeli wilayah levant, lebih berdasar pada kepentingan politik sekaligus ideologis.

Hal ini nampaknya terutama didasari oleh keyakinan yang berkembang dalam tradisi Islam bahwa negeri Sham sebagai tempat dikumpulkannya manusia pada akhir zaman. Beberapa hadist Nabi menjadi rujukannya.

Misalnya, Diriwayatkan dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma ketika menjelaskan keluarnya api, di dalamnya diungkapkan: ... kami bertanya, "Wahai Rasulullah! Apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Beliau menjawab, "Hendaklah kalian berkumpul di Syam." [HR. Al-Imam Ahmad dan at-Tirmidzi]

Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari Hakim bin Mu'awiyah al-Bahzi.... sebuah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Di tempat inilah kalian akan dikumpulkan, di tempat inilah kalian akan dikumpulkan, di tempat inilah kalian akan dikumpulkan (sebanyak tiga kali); dengan berkendaraan, berjalan dan dengan diseret di atas wajah-wajah kalian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun