Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tentang Buku Saya: "Nusantara Titik Awal Peradaban Manusia"

16 April 2020   22:56 Diperbarui: 22 April 2020   14:34 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Buku "Nusantara Titik Awal Peradaban Manusia - Volume 1" merupakan kumpulan tulisan-tulisan yang telah saya publish di Kompasiana, antara Februari 2019 hingga Januari 2020.

Karena pembahasan dalam buku ini adalah hal tentang seputar kesejarahan di masa awal peradaban manusia, maka, tentunya hanya artikel yang saya anggap saling terkait saja yang saya pilih untuk masuk dalam buku ini. 

Bisa dikatakan buku ini format lengkap dari artikel-artikel yang telah saya rilis di Kompasiana, yang oleh karena pertimbangan keringkasan penyajian maka beberapa data tidak saya ikutkan.

Struktur Penulisan

Secara umum, penyusunan uraian yang diajukan dalam buku ini dimulai dengan pembahasan mengenai bahasa dan aksara. Hal ini dimaksudkan, oleh karena dalam pandangan saya, bahasa sesungguhnya adalah artefak sejarah yang paling otentik. Demikian pula aksara-aksara, yang menyimpan banyak petunjuk cara menganalisa bahasa  agar dapat berfungsi sebagai artefak sejarah.

Jadi, tujuan saya menempatkan pembahasan tentang bahasa dan aksara pada bagian depan, adalah agar para pembaca dapat terlebih dahulu memahami "perangkat" terpenting yang saya gunakan dalam penjelajahan berbagai hal tentang sejarah. Karena, dalam pembahasan tulisan-tulisan selanjutnya, "perangkat" tersebut akan sering kali saya gunakan.

Selepas pembahasan mengenai bahasa dan aksara, bagian selanjutnya adalah tentang kosmologi (mikro kosmos dan makro kosmos), yang dalam pandangan saya merupakan bentuk pengenalan terawal manusia terhadap jati diri dan alam semesta.

Bagian selanjutnya adalah pembagian Zona Waktu di Masa Kuno. Bagian ini saya pikir menarik karena memperlihatkan bagaimana orang di masa kuno telah mampu membagi zona wilayah di muka bumi dengan sangat presisi. 

Dari pemahaman zona waktu ini pula, orang di masa kuno banyak mengembangkan bentuk metafora dan menjadikannya sebagai toponim (nama wilayah) di wilayah-wilayah tertentu yang dianggap sesuai dengan makna metafora tersebut.

Pembahasan Adam dan Hawa dan bentuk personifikasinya di masa kuno, menjadi pembahasan selanjutnya. Pada bagian ini saya banyak menggali asal usul kata yang kebanyakan berasal dari nama Hawa. Seperti nama banua, tana, dan sebagainya.

Uraian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai Bahtera Nabi Nuh, dan hipotesis yang saya ajukan mengenai letak di mana bahtera  Nabi Nuh berlabuh, serta pembahasan Nabi Adam menurut berbagai literatur, seperti dari tradisi Yahudi, tradisi Kristen dan tradisi Islam.

Pada bagian-bagian akhir, saya membahas Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno, dan juga di wilayah-wilayah lainnya.

Keunggulan buku ini

Buku ini memiliki keberlimpahan hipotesis-hipotesis yang belum pernah diungkap sebelumnya -- hasil dari menyisir saya pada relung-relung sejarah yang terlewatkan dari pengamatan para ahli selama ini. 

Usulan hipotesa tersebut, secara teknis, disusun setelah mencermati secara mendalam fakta-fakta yang tersebar dalam berbagai literatur, sehingga bisa dikatakan hipotesis-hipotesis tersebut merupakan hasil tindak lanjut telaah berbagai informasi yang telah manusia dapatkan dan ketahui tentang masa lalu - melalui penelitian-penelitian selama ribuan tahun, lintas bidang disiplin ilmu, dan melibatkan ribuan orang-orang yang sangat ahli dibidangnya.

Dalam perjalanannya, beberapa data ataupun teori yang telah disampaikan para peneliti sebelumnya ada yang mendapat penguatan ada pula yang saya beri tanggapan yang bersifat koreksi dengan mengajukan fakta-fakta terbaru dari temuan saya yang sekiranya layak untuk dipertimbangkan. Saya berusaha mendapatkan informasi dari sumber-sumber terawal untuk menghindari distorsi, penyimpangan makna atau ketidaklengkapan informasi.

Dengan kesemua temuan-temuan tersebut, saya pikir sudah saatnya dilahirkan beberapa poin-poin rangkuman untuk mengkondisikan suatu arah telaah sejarah yang lebih ramping dan lebih fokus di masa-masa mendatang.

Saya percaya bahwa semakin kita memperjelas bentuk sejarah manusia yang sesungguhnya, maka semakin terang pulalah jalan manusia dalam upaya memahami hakekat dirinya. Saya percaya bahwa belajar sejarah pada prinsipnya membuka ruang memahami hakekat - yaitu hal-hal yang esensi. 

Ada benarnya jika dikatakan belajar sejarah merupakan sebuah tindakan religius, karena bukankah dalam setiap kitab suci terdapat kisah-kisah tentang orang-orang di masa lalu, yang darinya, manusia dianjurkan mengambil pelajaran agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik?

Proses Riset dan Penyusunan Buku

Sejujurnya, kesemua upaya penyusunan buku ini dapat dimungkinkan dengan adanya sarana internet, di mana ribuan bahkan jutaan data informasi, dari manuskript kuno hingga buku-buku terbitan terbaru tersedia dan dapat diakses (berbayar maupun yang digratiskan). 

Dalam hal ini, mesin pencari Google, situs seperti archive.org, toko buku online, dan perpustakaan online Universitas dari berbagai penjuru dunia yang membuka beberapa koleksi dokumen dan buku-bukunya untuk dapat diakses terasa sangat membantu. 

Demikian pula portal researchgate.net dan sejenisnya yang sangat banyak berisi tulisan-tulisan yang bersifat ikhtisar tentang subjek tertentu, juga sangat membantu dalam upaya saya mencermati perkembangan penelitian tentang subjek tertentu.

Kesemua kemudahan fasilitas literasi abad 21 tersebut, kemudian disempurnakan hadirnya Fasilitas penerjemahan google yang mendukung lebih dari 100 bahasa yang semakin hari semakin mendekati tingkat penerjemahan bahasa dengan tata bahasa yang tepat -- berkat teknologi Google Neural Machine Translation (GNMT) yang Pada bulan November 2016 resmi mereka launching. 

Ini adalah kemewahan yang tak dimiliki para peneliti abad-abad sebelumnya. Pada akhirnya, bisa dikatakan -- fasilitas penerjemahan bahasa itu membuka jalan menuju berakhirnya berbagai kebingungan dan kesalahpahaman yang telah berkembang dalam kurun waktu ribuan tahun dalam peradaban manusia.

Dengan fasilitas itu semua, saya melihat bahwa tidak ada alasan lagi selain konsistensi tinggi dari individu atau kelompok manusia-lah yang menjadi penentu utama untuk membuktikan diri sebagai pihak penjelajah ilmu pengetahuan yang berhasil gemilang. Tentu saja, keberadaan minat pada setiap individu yang menjalani upaya tersebut menjadi dasar utama.

Bisa saya katakan bahwa titik awal dari buku ini bermula dari tahun 2008 (pada saat saya berdomisili di Makassar), ketika itu, saya memutuskan untuk tidak lagi terikat dalam suatu perusahaan, dan memilih memulai merintis usaha sendiri ataupun bekerja secara freelance, yang mana dengan seperti itu saya memiliki banyak waktu luang. 

Disaat itulah saya mulai menekuni bacaan-bacaan berbagai hal tentang sejarah dan budaya yang merupakan minat utama saya.

Pada saat itu, walaupun belum timbul niat untuk menulis sebuah buku, tetapi metode runut yang saya lakukan telah mengarahkan saya untuk terbiasa menulis dan menyimpan catatan-catatan kecil, yang rangkaian utuh berupa "benang merah" dari kesemua catatan-catatan kecil tersebut tersimpan dalam ingatan saya sebagai bentuk suatu pemahaman tertentu.

Barulah setelah tahun 2015 ketika memutuskan pulang ke kota kelahiran saya (Palopo), timbul keinginan saya untuk menulis sebuah buku. Dari niat awal menyusun sebuah novel berlatar sejarah, berubah menjadi keinginan untuk menyusun sebuah buku non fiksi setelah menyadari bahwa betapa banyak hal di masa lalu yang belum terungkap dan dibahas dalam buku-buku sejarah dan semacamnya.

Demikianlah, dalam kurang lebih empat atau lima tahun terakhir ini saya mencurahkan segala sesuatu yang saya miliki untuk mewujudkan lahirnya buku ini.

Secara spiritual, pada akhirnya saya menyadari bahwa segala sesuatu yang saya ketemukan dan pahami untuk kemudian saya tuangkan dalam buku ini adalah semata-mata atas berkat kehendak dan izin dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui. Saya sangat percaya bahwa seseorang tidak akan mengetahui sesuatu jika Dia tidak menghendaki seseorang itu mengetahuinya, sebagaiman firman-Nya:

Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. ( Q.S. Al Baqarah : 269 )

Karena itu, rasa terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan ke hadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan karunia-Nya yang demikian besar kepada saya.

Tidak lupa juga saya persembahkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada para ilmuwan pendahulu yang telah mewariskan begitu banyak ilmu pengetahuan, yang memungkinkan saya dapat melakukan penelusuran secara luas keberbagai literatur yang mereka wariskan.

Ucapan terima kasih juga saya persembahkan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi demi terwujudnya buku ini, yang demikian banyak hingga saya merasa tidak perlu saya sebutkan satu persatu di sini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan itu, Amin.

Tak lupa saya sampaikan bahwa  jika ada kebenaran dalam buku ini, maka itu datangnya dari Allah semata-mata, dan jika ada kesalahan terdapat dalam buku ini maka itu datangnya dari saya pribadi, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan.

Mencari Penerbit

Untuk saat ini, buku "Nusantara Titik Awal Peradaban Manusia" sifatnya masih Self Publishing (saya publikasi sendiri). Tapi, saya tetap membuka peluang kerjasama bagi penerbit yang bersedia menerbitkan buku ini.

Adapun syarat utama saya yang mesti diterima dalam kerjasama tersebut, adalah bahwa Penerbit tidak meminta saya untuk menghapus tulisan-tulisan yang telah saya publish di Kompasiana. Begitupun untuk kerjasama selanjutnya, tulisan yang saya bukukan harus terlebih dahulu dipublish di Kompasiana agar setiap orang dapat membaca secara gratis. 

Intinya, kegiatan penjualan tulisan saya dalam bentuk buku hanya menargetkan pembaca yang ingin mengoleksi tulisan saya dalam bentuk cetak. Mungkin karena prinsip ini, penjualan buku akan memberi hasil yang tidak seberapa, tetapi setidaknya itulah hal normatif yang harus ditempuh. 

....Kalau gak... bisa kualat taooo.... :)

Sekian. salam.
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 16 April 2020 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun