Namun demikian, nabi tersebut tidak mati, dikarenakan ada seorang budak yang diam-diam sering memberinya makan. Diceritakan bahwa setiap budak itu selesai mengumpulkan kayu bakar di hutan lalu menjualnya ke pasar, hasilnya ia belikan makan kemudian mendatangi sumur tempat nabi tersebut dimasukkan.
Ia lalu mengangkat batu penutup mulut sumur dengan pertolongan dari Allah, kemudian menurunkan makanan dan minuman untuk sang nabi. Setelah itu ia memasang kembali batu penutup tersebut seperti semula.
Hingga suatu hari, budak tersebut mengalami perasaan sangat ngantuk saat hendak membawa kayu bakarnya ke pasar. Akhirnya ia merebahkan diri dan tertidur. Â Allah lalu menidurkan budak tersebut selama tujuh tahun dengan posisi semula, lalu dia bergerak berpindah posisi ke sisi lain selama tujuh tahun pula.
Setelah terbangun, budak itu bergegas mengangkut kumpulan kayu bakarnya, menyangka hanya tidur sejenak saja. Setelah ia menjual kayu bakarnya ke pasar serta membeli makan dan minuman sebagaimana biasa, ia mendatangi sumur, namun ternyata dirinya tidak lagi menemukan nabi tersebut.
Diriwayatkan bahwa sebelum itu (tatkala sang budak lagi tertidur) telah terjadi sebuah peristiwa yang menimpa kaum Rass, hal yang kemudian menyadarkan mereka, lalu sepakat mengeluarkan nabi dari dalam sumur serta beriman dan membenarkan ajarannya. [sumber di sini]
Dalam tafir Tafsir Ibnu Katsir (6/111), Al Alusi (14/97), At Thobari (19/269), Al Qurthubi (13/32), dikutip sebuah hadist nabi Muhammad yang bersabda: "Lalu nabi kaum tersebut menanyakan keberadaan budak tentang apa yang dilakukannya? Kaumnya menjawab: Kami tidak tahu. Sampai Allah mencabut ruh nabi tersebut. Setelah wafatnya nabi tersebutlah Allah membangunkan si budak hitam tersebut dari tidurnya. Rasulullah bersabda: Budak hitam tersebut adalah orang yang pertama kali masuk surga."Â
Demikianlah sekelumit informasi tentang kaum Rass, Madyan, dan Aikah yang umumnya beredar selama ini.
***
Pendapat saya pribadi mengenai identifikasi letak wilayah dan jati diri sesungguhnya  dari kaum Madyan, telah saya bahas dalam tulisan sebelumnya: Jejak yang Hilang dari Orang Madyan, Kaum Nabi Syu'aib yang Mendapat Azab.
Dalam tulisan tersebut, saya memilih mengidentifikasi letak wilayah dan jati diri orang Madyan melalui hasil penerjemahan makna sebutan 'madyan'.
Jika selama ini, sebutan negeri 'madyan' dianggap para ahli berasal dari nama anak nabi Ibrahim, yaitu Madyan bin Ibrahim, dari istrinya yang bernama Qanthura (Ketura), yang kemudian dianggap menjadi nama kabilah yang terdiri dari keturunan anak cucu Madyan, maka saya secara pribadi berpendapat jika nama itu berasal dari kata 'Madya' yang berarti: "tengah".Â