Setidaknya, bukan saya saja yang berpendapat seperti ini. Paul dan Fritz Sarasin pun bisa dikatakan berpendapat demikian.
dalam buku "Man: A monthly record of anthropological science - Volume VIII" (1908), dinyatakan bahwa; Â ...Perbandingan Dr. Sarasin tentang orang Toala [Sulawesi] dengan orang Veddas [Sri lanka] sangat instruktif. Perawakan pria dan wanita dari kedua bangsa itu praktis identik (...)
Kita ketahui, bahwa untuk memecahkan pertanyaan ilmiah terbuka terkait teori Evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace yang mengemuka pada saat itu, Paul dan Fritz Sarasin memilih melakukan Ekspedisi ke Ceylon (Sri Lanka) dan Sulawesi.Â
Pilihan yang spesifik itu mestinya mengundang tanya: apa dasar dan motivasi mereka hanya memilih kedua tempat ini saja? adakah informasi dari masa kuno yang mereka ketahui dan di sisi lain tidak diketahui publik, dengan kata lain sebuah informasi yang dirahasiakan?
Terlebih lagi, karena dari jurnal perjalanan mereka, kita dapat menghitung bahwa mereka menghabiskan waktu hampir 14 tahun untuk melakukan penelitian di dua pulau tersebut.Â
Yaitu bahwa setelah perjalanan pertama mereka ke Sri Lanka 1883-1886, pada tahun 1886-1893 Â mereka tinggal di Berlin untuk evaluasi dan publikasi hasil. Pada tahun 1893-1896 Â mereka ke Sulawesi. Setelah tinggal dari tahun 1896 hingga tahun 1902 di Basel, 1902-1903 untuk kedua kalinya mereka kembali Sulawesi, dan 1907 untuk Sri Lanka.
Sarasin tercatat melintas tujuh kali pada rute yang berbeda selama ekspedisi penelitiannya di pulau Sulawesi. Karena pada saat itu pulau Sulawesi hanya dikontrol secara longgar oleh administrasi kolonial Belanda, mereka harus melakukan perjalanan melalui sebagian besar wilayah yang tidak diketahui dari kerajaan Luwu , Sidenreng dan Bone.
Yang lebih menarik karena biaya ekspedisi  penelitian yang mereka lakukan selama hampir 14 tahun itu mereka danai sendiri. Itu dikarenkan mereka berasal dari  keluarga ningrat, "patrician" yang kaya dan berkuasa di kota Basel, Jerman.
Melalui hasil penelitian Paul dan Fritz Sarasin, kita dapat mengetahui adanya hubungan erat (secara genetik) antara orang di pulau Sulawesi dengan orang di pulau Sri Lanka pada masa kuno.
Di sisi lain, secara ilmu bahasa, kita juga dapat melihat adanya kemungkinan kedua pulau - nampaknya pernah disebut dengan nama yang hampir sama bunyinya.Â
Hal ini merujuk ungkapan Andi Zainal Abidin Farid, seorang guru besar ilmu hukum Universitas Hasanuddin sekaligus ahli sejarah dan kebudayaan Sulawesi Selatan, yang mengatakan bahwa di masa kuno pulau Sulawesi pernah disebut "Selangi". [ Andi Zainal Abidin: The I La Galigo Epic Cycle of South Celebes and its Diffusion - Translated and adapted by C. C. Macknight]. Berikut ini kutipannya...