Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jawaban atas Pertanyaan Filosofis Khidir kepada Musa

12 Maret 2020   19:23 Diperbarui: 12 Maret 2020   19:55 2488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu juga, hikmah Surah Al-Kahfi ayat 23-24, yang Asbabun Nuzul-nya (sebab turunnya) adalah bahwa suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk menanyakan kenabian Muhammad. 

Pendeta Yahudi lalu berkata: "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika ia dapat menjawabnya, ia Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku sebagai Nabi. 

Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang roh."

Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisy. Lalu, mereka berangkat menemui Rasulullah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut di atas. Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok." Rasul menyatakan itu tanpa disertai kalimat "insya Allah".

Rasulullah SAW menunggu-nunggu wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang memberi wahyu. 

Akibatnya, orang-orang Makkah mulai mencemooh. Rasulullah sangat sedih, malu, karena tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab pertanyaan tersebut. 

Kemudian, datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi SAW karena memastikan sesuatu pada esok hari tanpa mengucapkan "insya Allah" (QS al-Kahfi : 23-24).

Dalam kesempatan pula, Jibril menyampaikan tentang pemuda-pemuda yang bepergian - yang dimaksud dalam pertanyaan itu adalah tentang beberapa orang pemuda yang ditidurkan selama beberapa ratus tahun di dalam sebuah gua oleh Allah (QS. Al-Kahfi: 9-26); seorang pengembara, yakni Dzulqarnain (QS. Al-Kahfi: 83-101); dan perkara roh (QS. Al-Isra: 85).

Demikianlah, hikmah kisah para pemuda yang ditidurkan di dalam gua, dan hikmah dari sebab turunnya ayat 23-24 surat Al-Kahfi, adalah tentang pentingnya kita berserah diri kepada Allah - sekaligus menekankan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini semata-mata atas kehendak Allah.

Jadi, jawaban atas pertanyaan: "Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" - adalah: berserah diri kepada Allah. 

secara holistik, saya melihat jika surat Al-Kahfi ini intinya adalah memang tentang arahan agar kita mampu membangun sikap berserah diri kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun