Nama asli Hermes adalah Henokh. Dia adalah seorang penghuni di dataran tinggi Cina...
Demikian penggalan bunyi sebuah surat anonim yang dibuat hampir 900 tahun yang lalu.Â
Mengidentikkan Hermes dengan Henokh (dikenal sebagai Nabi Idris dalam tradisi Islam) bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena telah banyak pemikir sejak zaman dahulu yang juga memberikan opini seperti itu.Â
Mengatakan bahwa Hermes atau Henokh sebagai penghuni di dataran tinggi Cina-lah yang membuat surat anonim itu menjadi sensasional.Â
Terlebih karena yang teridentifikasi sebagai penulis surat anonim itu adalah seorang tokoh ilmuwan besar, yang jika dipikir-pikir rasanya tidak perlu lagi membuat sesuatu yang kontroversi hanya untuk membuat dirinya menjadi terkenal.
Penulisnya diidentifikasi sebagai Ibn Arfa 'Ra's, seorang muslim spanyol yang dikenal sebagai ahli kimia dari abad ke-12. Setidaknya, demikianlah yang diungkap Joseph Needham, dalam bukunya Science in Traditional China: A Comparative Perspective - yang mengutip surat anonim tersebut.Â
Untuk lebih lengkapnya, Ibn Arfa 'Ra's, mengatakan seperti ini:
Nama asli Hermes adalah Ahnu (dengan kata lain, Henokh). Dia adalah seorang penghuni di dataran tinggi Cina, seperti yang ditunjukkan oleh penulis "Partikel Emas", di mana dia mengatakan penambangan dijaga oleh Hermes di Cina, dan Ares (mungkin Horus) menemukan cara melindungi pekerjaan itu dari genangan air. Sekarang, Ares tinggal di Cina bagian bawah dan menjadi milik orang India pertama.Â
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Ahnu, damai sejahtera atasnya, turun dari dataran tinggi ke dataran rendah Cina ke India dan naik ke lembah sungai di Serendib (yaitu Ceylon), sampai ia tiba di puncak gunung di pulau tempat Adam turun. Begitulah cara dia menemukan gua, yang disebutnya Gua Harta barang berharga.
Terlepas dari benar atau tidaknya isi tulisan tersebut, bagi saya, pernyataan tersebut layak dipertimbangan. Terlebih jika menimbang reputasi Ibn Arfa 'Ra's sebagai seorang ahli kimia dari abad ke-12, yang terkenal dengan karyanya Shudhur al-Dhahab, dianggap sebagai teks alkimia puitis terhebat di dunia Muslim - salah satu buku utama ilmu alkimia Arab.
Demikian pula Joseph Needham yang mengutip tulisan tersebut, adalah seorang ilmuwan besar dunia yang tidak diragukan kredibilitasnya. Ia ahli biokimia Inggris, sejarawan dan ahli kebudayaan Cina. Â
Dia terpilih sebagai anggota Royal Society pada tahun 1941, anggota British Academy pada tahun 1971, dan pada tahun 1992, Ratu Elizabeth II menganugerahkan kepadanya Companionship of Honor.Â
Royal Society mencatat bahwa ia adalah satu-satunya orang yang semasa hidup memegang ketiga gelar tersebut. Needham, bersama rekannya, Julian Huxley, adalah salah satu pendiri Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).Â
Namun sebelum saya membahas penyamaan Hermes dengan Henokh, terlebih mengenai ungkapan bahwa ia adalah penghuni di dataran tinggi Cina, terlebih dahulu saya ingin membahas penyamaan Hermes dengan dewa Thoth, dewa kebijaksanaan, tulisan, sains, dan seni dalam mitologi Mesir.
Hermes - Thoth
Identifikasi kesamaan Hermes yang merupakan dewa dalam agama dan mitologi Yunani Kuno dengan dewa Thoth (dewa dalam mitologi Mesir) telah dimulai ketika budaya dan pengaruh Yunani menyebar seiring penaklukan Alexander the Great.Â
Hal itu dikenal dengan periode sinkretisme - atau "interpretatio graeca" artinya "terjemahan Yunani" atau "interpretasi dengan menggunakan [model] Yunani" - adalah upaya menafsirkan atau mencoba memahami mitologi dan agama dari budaya lain, dengan membandingkannya dengan konsep Yunani kuno dalam hal praktik keagamaan, dewa, dan mitos, untuk melihat kesetaraan dan karakteristik yang sama. [Mark S. Smith: God in Translation: Deities in Cross-Cultural Discourse in the Biblical World, 2008: 39]
Dalam hal ini, dewa Thoth diidentifikasi sebagai bentuk Mesir dari Hermes. Kedua dewa itu disembah di Kuil Thoth di Khemenu, sebuah kota yang kemudian dikenal dalam bahasa Yunani sebagai Hermopolis . [DM Bailey: "Classical Architecture" dalam "The Oxford Handbook of Roman Egypt" edited by Christina Riggs, 2012: 192]
Hal senada juga terungkap dalam dokumen astrologi abad ketiga SM, di mana imam petosiris menyurati Raja Nechopso, mengatakan bahwa Hermes adalah guru dari semua kebijaksanaan rahasia, yang, bagaimanapun, dapat dialami hanya dalam keadaan ekstasi. [ Marie-Luise von Franz: Projection and Re-collection in Jungian Psychology: Reflections of the Soul, 1995: 150]
Sebagai dewa, Hermes memiliki banyak sekali peran, di antaranya, ia dianggap berfungsi sebagai utusan atau pembawa berita para dewa, pelindung pembawa berita, pelindung orang yang melakukan perjalanan, pedagang, orator. Ia dianggap mampu bergerak bebas antara dunia fana dan dunia Ilahi, serta memainkan peran sebagai "penuntun jiwa" ke alam baka.Â
Tapi atributnya sebagai dewa penerjemah atau interpretasi, atau lebih umum, dewa ilmu pengetahuan dan pembelajaran, yang nampaknya dengan mudah ditemukan kesamaannya, baik dengan Thoth ataupun dengan Henokh.
Hermes - Idris
Beberapa kalangan menyebutkan Idris dilahirkan di Mesir. Mereka menyebutnya dengan Hirmisal Haramisah, menurut Bahasa Suryani.
Sementara itu, dalam jurnal penelitian Museum Salar Jung, disebutkan sebagai berikut:
Orang pertama setelah periode Adam, yang menulis dengan pena adalah nabi suci Idris. Ia juga disebut sebagai "Hurmus Al Haramisah" dan "Al Muthallath" dengan alasan bahwa ia pernah menjadi nabi, raja, dan filsuf. Dia juga disebut "Hurmus-ul-Awwal". [Museum Salar Jung: Jurnal Penelitian SJM, Volume 6-7, 1974: 109]
Dalam hal ini, sebutan Idris sebagai "Hirmisal Haramisah" atau pun "Hurmus Al Haramisah" dapat kita lihat - jelas memiliki keidentikan dengan sebutan "hermes".
Henokh - Idris
Mengenai Henokh sendiri, Tradisi Islam dapat dikatakan dengan suara bulat mengidentifikasinya sebagai Nabi Idris. [ P. S. Alexander, "Jewish tradition in early Islam: The case of Enoch/Idrs," - in G. R. Hawting, J. A. Mojaddedi and A. Samely: Studies in Islamic and Middle Eastern texts and traditions in memory of Norman Calder, 2000: 11-29]
berikut ini beberapa komentar tentang Idris...
Al-Baizawi mengatakan: "Idris berasal dari keturunan Set dan nenek moyang Nuh, dan namanya adalah Uhnukh (Henokh). Ia disebut Idris dari kata "dars" yang artinya "mengajar", karena pengetahuannya tentang misteri ilahi, dan tiga puluh bagian tulisan suci Allah yang diungkapkan kepadanya. Ia adalah orang pertama yang belajar menulis, dan ia adalah penemu ilmu astronomi dan aritmatika.
Dalam Tarikh ath-Thabariy disebutkan bahwasanya Burd melahirkan Akhnukh yaitu Idris dan Allah mengangkatnya (Akhnukh) sebagai nabi. Saat itu, Nabi Adam telah berusia 622 tahun. Idris disebutkan menerima 30 suhuf.
Kamalan berkata, "Dalam buku Rauzatu'l-Ahbab, Ibn Jarir menceritakan bahwa Idris adalah teman istimewa dari salah satu malaikat surga, dan bahwa malaikat ini membawanya ke surga, dan ketika mereka tiba di surga keempat, mereka bertemu malaikat maut.
Malaikat itu bertanya kepada Malaikat Maut berapa tahun lagi sisa hidup Idris, dan Malaikat Maut berkata, "di mana Idris, karena aku telah menerima perintah untuk membawa kematian kepadanya? "Idris kemudian tetap di surga keempat, dan dia mati di sayap teman malaikatnya yang telah membawanya dari bumi."
Hal senada disampaikan pula oleh Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya yang meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat beliau sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat.
Abu'l-Faraj (dalam bahasa Latin , Abulpharagius) Seorang uskup Syria, filsuf, penyair, tata bahasa, tabib, komentator Alkitab, sejarawan, dan teolog, misalnya, mengatakan dalam bukunya Ta'rih muhtasar ed-duwal (ed. Salhani, hal. 11) bahwa Henokh (Hanuh) adalah identik dengan Hermes Trismegistus, yang oleh sementara orang Arab menyebutnya Idris. [Palestine Oriental Society : The journal of the Palestine Oriental Society,  1921: 198]
Literatur Islam menceritakan bahwa Idris dijadikan nabi pada sekitar usia 40, sama dengan usia Muhammad ketika diangkat sebagai Nabi. Diriwayatkan juga bahwa sebagai nabi, ia membagi waktunya menjadi dua.
Tiga hari digunakannya untuk berkhotbah dan empat hari semata-mata untuk ibadah menyembah Allah. Banyak komentator awal, memuji Idris karena memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang luar biasa.
Eksegesis menunjukkan bahwa Idris adalah di antara orang pertama yang menggunakan pena serta menjadi salah satu dari orang pertama yang mengamati pergerakan bintang-bintang dan menetapkan bobot dan ukuran ilmiah - Atribut-atribut ini dapat dilihat konsisten dengan identifikasi Henokh dengan Idris, Hermes, ataupun Thoth.
Ibn Arabi menggambarkan Idris sebagai "nabi para filosof". Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa ia adalah orang pertama yang menulis dengan pena dan bahwa ia dilahirkan ketika Adam masih memiliki 308 tahun untuk hidup.
Semasa hidupnya Idris dikatakan mendapat "tiga puluh bagian dari tulisan suci" yang dalam tradisi Islam disebut 30 suhuf untuk Idris.
Idris Dalam Al Qur'an
Nama Idris disebutkan dua kali dalam Al Qur'an:
- Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (QS. Maryam :56-57)
- Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh. (QS. al-Anbiyaa' :85-86)
Dalam tradisi Hindu
Jika dalam mitologi Mesir dikenal sebagai Thoth, di mitologi Yunani sebagai Hermes, dalam Agama samawi (Yahudi, Kristen Islam) dikenal dengan nama Henokh atau pun Idris, lalu dikenal sebagai apa dalam tradisi Hindu?
Jika mengamati menurut atributnya, maka besar kemungkinan dalam tradisi Hindu ia dipersonifikasi sebagai Varuna.
Varuna adalah dewa yang kompleks di jajaran Hindu, pada awalnya ia adalah dewa langit lalu kemudian menjadi dewa lautan. Dalam posisi awalnya sebagai dewa langit, ia dianggap memiliki pengetahuan tak terbatas. Pada akhir periode Veda, ia menjadi dewa penguasa laut dan sungai. [Tamra Andrews : Dictionary of Nature Myths: Legends of the Earth, Sea, and Sky, 1998: 215]
Umumnya literatur yang membahas mitologi India mengidentifikasi Varuna sebagai dewa yang sangat kuno dalam jajaran dewa-dewa tertinggi mitologi India.Â
Di lapisan paling awal Rigveda misalnya, Varuna memiliki tanggung jawab untuk menegakkan tatanan moral, "keadilan" (Rta), dan "kebenaran " (Satya). Sementara itu, kapasitasnya sebagai "Penguasa semua pengetahuan komprehensif" ditemukan dalam Atharvaveda.
Dalam Avesta, buku yang paling terkait dengan nabi Zoroaster, kita menemukan bahwa orang-orang Iran memandang Varuna sebagai "ahura" ('tuan'), seperti dewa tertinggi mereka Ahura Mazda.Â
Dalam Rig Veda, teks agama India tertua, ia digambarkan sebagai pemberi keadilan - memberikan hukuman keras sebagai "pengikat orang-orang yang berbuat salah".Â
Ia juga digambarkan sebagai Dewa yang maha tahu. Varuna tahu jejak burung-burung di langit, jalur kapal di lautan, begitu juga perjalanan bulan dan angin.
Demikianlah, dari beberapa uraian identifikasi mengenai dewa Varuna di atas, saya pikir telah cukup memberi kita gambaran mengapa dewa Varuna dalam mitologi India tercatat sebagai dewa yang mengalami pergeseran posisi dari dewa langit menjadi dewa air.
Hal ini menarik, karena hanya pada sosok Varuna saja hal ini terjadi.Â
Mengenai posisi awal Varuna sebagai dewa langit, dapat dilihat sebagai wujud metafora pencapaian Henokh (Nabi Idris) dalam menguasai ilmu perbintangan (astronomi).
Makanya dalam Rigveda ada ungkapan seperti: "Varuna menyiapkan Jalur matahari bagi dewa Surya (atau Mitra)" ; "Varuna tahu jejak burung-burung di langit, begitu juga perjalanan bulan dan angin".
Tugas Varuna yang kemudian beralih dari dewa langit menjadi dewa laut, merupakan metafora pencapaian Henokh selanjutnya, yang dapat mengimplementasikan ilmu astronominya sebagai petunjuk navigasi dalam pelayaran laut. Karenanya ada ungkapan seperti: Varuna tahu jalur kapal di lautan.
Hal yang senada dapat kita temukan dalam atribut Hermes yang dianggap sebagai pelindung orang yang melakukan perjalanan (musafir).
Dalam hal ini mesti dipahami bahwa ilmu perbintangan bukan saja digunakan untuk navigasi pelayaran laut, tapi juga digunakan orang-orang di masa kuno sebagai penuntun dalam perjalanan di darat.
Dalam tradisi Cina
Dalam Legenda Cina, diriwayatkan bahwa tak lama setelah menyatukan Cina, Kaisar Kuning (Huang Di) yang tidak puas dengan metode "ikatan simpul" (Quipu0), Â ia merasa bahwa menggunakan simpul untuk membuat catatan, jauh dari memenuhi persyaratan.
Ia kemudian memerintahkan sejarawannya, Cangjie, (dalam literatur lain disebut sebagai Menteri Huang Di) untuk menemukan cara membuat kata-kata. Saya melihat, di sisi lain, ini bisa dikatakan kisah yang meriwayatkan saat di mana manusia mulai berpikir cara untuk menggambar bunyi, karena pada dasarnya aksara adalah "cara kita menggambar bunyi".
Untuk memenuhi permintaan tersebut, Cangjie kemudian membangun sebuah rumah di sisi tinggi tepi selatan Sungai Huangshui pada waktu itu. Namun, meskipun ia telah bermeditasi keras untuk waktu yang lama, ia tidak mendapatkan apa-apa.Â
Hingga suatu hari, ketika Cangjie sedang berpikir, ia melihat seekor phoenix terbang dari langit, dan sesuatu di mulutnya terjatuh, tepat di depan Cangjie.Â
Cangjie mengambilnya dan melihat jejak kuku di atasnya. Namun, Cangjie tidak bisa mengenali jejak kuku binatang itu, jadi dia bertanya pada seorang pemburu yang kebetulan datang.
Pemburu itu menatapnya dan berkata, "Ini adalah tanda kuku, yang berbeda dari tanda binatang buas lainnya. Aku tahu sekilas." Cangjie mendengar kata-kata pemburu dan terinspirasi. Ia berpikir bahwa segala sesuatu memiliki karakteristiknya sendiri.
Percakapannya itu menginspirasi Cangjie. Menuntunnya untuk percaya bahwa jika ia dapat menangkap dan menggambar karakteristik khusus yang membedakan setiap hal di bumi, benar-benar akan menjadi jenis karakter yang sempurna untuk menulis.
Sejak hari itu, Cangjie memperhatikan karakteristik semua hal, termasuk matahari, bulan, bintang, awan, danau, lautan, serta segala macam burung dan binatang. Dia mulai membuat karakter sesuai dengan karakteristik khusus yang dia temukan, pada akhirnya ia berhasil menyusun daftar panjang berbagai karakter.Â
Pada saat Cangjie telah selesai menyusun daftar aksara tersebut, mitosnya mengatakan para dewa dan hantu menangis dikarenakan dengan aksara itu rahasia alam semesta dapat terbongkar. (sumber cerita di sini)
Disebutkan juga bahwa pada saat itu langit menghujani dengan millet (biji-bijian sejenas padi) - hal ini nampaknya yang kemudian menginspirasi tradisi kuno di Asia Tenggara hingga India, yakni prosesi adat "siraman beras" yang dilakukan saat sesi penyambutan ataupun pemberian restu pada seseorang.
Legenda juga mengatakan bahwa Cangjie memiliki empat mata  yang mampu menembus hingga ke kedalaman misteri terbesar sekalipun untuk memahami kebenaran. Karena kemampuan luar biasa ini, ia dipercaya sebagai penjelmaan kebijaksanaan.
Demikianlah, dari kisah legenda ini, dapat diduga bahwa ada kemungkinan personifikasi Henokh atau Idris dalam mitologi Cina kita temukan dalam sosok Changjie.Â
Dugaan ini terutama didasarkan pada pertimbangan Changjie disebut sebagai "penemu huruf -  sosok yang mampu menembus ke kedalaman misteri terbesar untuk memahami kebenaran -  serta, penjelmaan kebijaksanaan" yang mana semua itu kita ketahui juga merupakan  atribut yang melegenda pada sosok  Thoth, Hermes, Varuna, Henokh atau pun Idris.
Pengertian sesungguhnya ungkapan "Hermes Trismegistus" atau "tiga kali Hermes terhebat"
Trismegistus atau "tiga kali terhebat," adalah perkawinan bentuk superlatif yang berulang, yang dianggap merupakan gaya Mesir, contoh: megas, megas, megas (hebat, hebat, hebat). Pada akhir abad ketiga M, superlatif ini diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dengan merujuk tepat ke Hermes, membentuk superlatif yang diucapkan tiga kali. [Antoine Faivre:Â Eternal Hermes - From Greek God to Alchemical Magus. 1995 (sumber di sini)]
Fowden menegaskan bahwa kemunculan data pertama dari julukan "tiga kali besar" adalah dalam Legatio of Athenagoras of Athens dan dalam sebuah fragmen dari Philo of Byblos , sekitar 64-141 Masehi. [Fowden, G., "The Egyptian Hermes", Â 1987: 216 ]
Namun, dalam sebuah karya selanjutnya, Copenhaver melaporkan bahwa julukan ini pertama kali ditemukan dalam notulen rapat dewan kultus Ibis , yang diadakan pada 172 SM dekat Memphis di Mesir. [Copenhaver, B. P., "Hermetica", 1992: xiv]
Hart menjelaskan bahwa julukan itu berasal dari julukan Thoth yang ditemukan di Kuil Esna , "Thoth the great, the great, the great." [Hart, G., The Routledge Dictionary of Egyptian Gods and Goddesses, 2005: 158]
Penyelidikan mengenai kapan masa Hermes Trismegistus di Mesir (dalam masa ia dikenal sebagai Thoth) sejauh ini belum diketahui, tetapi telah ditetapkan pada masa-masa awal dinasti tertua Mesir, jauh sebelum zaman Musa.
Dalam perjalanannya kemudian, ada banyak interpretasi mengenai "Trismegistus" yang muncul dari berbagai kalangan.
Kalangan penganut teologi prisca (kalangan yang percaya bahwa ada satu teologi sejati - yang mengikat semua agama - dari sejak masa kuno diberikan oleh Allah kepada manusia - dan melewati serangkaian nabi) misalnya, yang menganggap Trismegistus adalah tentang tiga sosok yang terdiri dari Henokh, Nuh, dan raja imam Mesir yang dikenal sebagai Hermes Trismegistus - dengan predikat sebagai pendeta, filsuf dan raja terhebat.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa catatan lain tentang bagaimana Hermes Trismegistus menerima julukan ini berasal dari pernyataan Hermes Trismegistus dalam Tablet Zamrud, bahwa ia mengetahui tiga bagian dari kebijaksanaan seluruh alam semesta.
Saya pribadi berpendapat bahwa ada kemungkinan julukan "Trismegistus" atau "tiga kali terhebat" ini terkait tiga prestasi luar biasa yang ditorehkan Henokh. Dua diantaranya terekam dalam mitologi Hindu.
Pertama: keberhasilannya sebagai manusia pertama yang menguasai ilmu astronomi membuatnya diganjar sebagai dewa Langit.
Kedua: keberhasilannya sebagai manusia pertama yang menerapkan ilmu astronomi sebagai ilmu navigasi terutama dalam pelayaran di laut membuat diganjar sebagai dewa laut.
Dalam beberapa literatur, ia disebutkan sebagai dewa Air meliputi laut dan sungai. Ini dapat dipahami oleh karena di masa lalu pelayaran bukan hanya dilakukan di laut, tetapi juga di sungai, yang memungkinkan orang dapat terhubung dari wilayah pesisir hingga mencapai wilayah pedalaman.
Adapun prestasi luar biasa yang ketiga, yang kemungkinan lebih dahulu ia temukan (sebelum ilmu astronomi dan ilmu navigasi), adalah keberhasilannya sebagai manusia pertama yang menemukan sistem penulisan.
Hal ini terekam dalam sosok Changjie dalam mitologi Cina sebagai manusia pertama yang menemukan Aksara sebagai sistem penulisan
Atribut sebagai "penemu tulisan" sebenarnya juga terdapat dalam sosok dewa Thoth dalam mitologi Mesir, dan dewa Hermes dalam mitologi Yunani, hanya saja atribut tersebut tidak terlalu menonjol, mungkin karena terlalu banyaknya bentuk atribut yang diberikan pada kedua sosok dewa tersebut.
Istilah "Hermeneutika" yang berasal dari nama Hermes
Pada hari ini kita mengenal istilah "Hermeneutika" yaitu salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna. Yang dianggap diambil dari kata kerja dalam bahasa Yunani "hermeneuein" yang berarti: menerjemahkan, menafsirkan, atau memberi pemahaman. Apa pun itu, sangat jelas jika kata tersebut berasal dari nama Dewa Hermes.
Tapi, fakta ini setidaknya memberi kita gambaran arti sesungguhnya dari nama "hermes" yaitu: Â menerjemahkan, menafsirkan, atau memberi pemahaman.
Di sisi lain, hal ini melengkapi pemahaman kita tentang beberapa julukan Henokh. Seperti "Idris" yang berasal dari kata "dars" yang artinya "mengajar" - dan nama Dewa Thoth yang beberapa kalangan berpendapat jika makna "Thoth" dapat dilihat pada bentuk kata "thought" (bunyi: THot) yang artinya: "pikiran".
Pertanyaannya, mengapa Henokh mendapat julukan dengan makna "menerjemahkan", "menafsirkan", atau "memberi pemahaman"?
Saya melihat hal itu ada kaitannya dengan legenda Cina yang mengatakan bahwa aksara yang diciptakan Changjie dapat "mengungkap rahasia alam semesta". Hal mana membuat para dewa dan hantu menangis, sementara langit menyambut dan memberi restu dengan menghujani alam dengan biji-bijian sejenis padi.
Inilah alasan mengapa dalam tulisan tertentu, saya menggunakan aksara Hanzi untuk menerjemahkan suatu nama - untuk mencari makna yang tersembunyi di dalamnya. Misalnya pada tulisan: Ini Jawaban Misteri Bahtera Nabi Nuh.
Tapi memang, menggunakan aksara Hanzi dalam fungsinya untuk "menerjemahkan" atau "menafsirkan" suatu nama bukanlah perkara mudah, bahkan saya bisa katakan sangat sulit.
Saat ini diketahui, jumlah keseluruhan aksara Hanzi diperkirakan ada lebih dari 50.000 karakter. Kamus modern yang dianggap komprehensif jarang akan mencantumkan lebih dari 20.000, sementara orang Cina yang berpendidikan diperkirakan hanya dapat menggunakan hingga sekitar 8.000 karakter. (sumber di sini)
Di sisi lain, ketika hasil terjemahan suatu nama telah didapatkan, terkadang masalah tidak berakhir di situ - dikarenakan kata yang muncul dari hasil terjemahan tersebut menuntut untuk "ditafsirkan" lagi.Â
Inilah makna dari nama Hermes: terjemahkan - lalu, tafsirkan.
Contohnya, ketika saya menerjemahkan nama gunung "judi" sebagai nama gunung tempat bahtera Nabi Nuh mendarat, saya mendapatkan hasil terjemahan: "Ju"= krisan; dan "di"= tanah. Pekerjaan selanjutnya tentu adalah menafsirkan maksud dari kedua kata tersebut. (silahkan baca pembahasan tersebut di artikel ini: Ini Jawaban Misteri Bahtera Nabi Nuh)
Secara holistik, pembaca juga dapat melihat hal ini sebagai jawaban dari sebuah hadist Nabi Muhammad yang berbunyi: "tuntulah ilmu sampai ke negeri Cina".
Beliau nampaknya mengetahui hal ini - hanya saja tidak ingin mengatakan itu terang-terangan, dan memilih mengungkapkannya dalam bentuk kalimat ungkapan... :)
Demikianlah, di akhir pembahasan ini rasanya pembaca telah dapat melihat bahwa mungkin memang ada benarnya surat yang ditulis secara anonim oleh Ibn Arfa 'Ra's, bahwa Henokh atau Nabi Idris "menetap" atau "pernah menetap" di dataran tinggi di negeri Cina.
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
atau di website saya: https://fadlybahari.id/
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 2 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H