Tapi memang, menggunakan aksara Hanzi dalam fungsinya untuk "menerjemahkan" atau "menafsirkan" suatu nama bukanlah perkara mudah, bahkan saya bisa katakan sangat sulit.
Saat ini diketahui, jumlah keseluruhan aksara Hanzi diperkirakan ada lebih dari 50.000 karakter. Kamus modern yang dianggap komprehensif jarang akan mencantumkan lebih dari 20.000, sementara orang Cina yang berpendidikan diperkirakan hanya dapat menggunakan hingga sekitar 8.000 karakter. (sumber di sini)
Di sisi lain, ketika hasil terjemahan suatu nama telah didapatkan, terkadang masalah tidak berakhir di situ - dikarenakan kata yang muncul dari hasil terjemahan tersebut menuntut untuk "ditafsirkan" lagi.Â
Inilah makna dari nama Hermes: terjemahkan - lalu, tafsirkan.
Contohnya, ketika saya menerjemahkan nama gunung "judi" sebagai nama gunung tempat bahtera Nabi Nuh mendarat, saya mendapatkan hasil terjemahan: "Ju"= krisan; dan "di"= tanah. Pekerjaan selanjutnya tentu adalah menafsirkan maksud dari kedua kata tersebut. (silahkan baca pembahasan tersebut di artikel ini: Ini Jawaban Misteri Bahtera Nabi Nuh)
Secara holistik, pembaca juga dapat melihat hal ini sebagai jawaban dari sebuah hadist Nabi Muhammad yang berbunyi: "tuntulah ilmu sampai ke negeri Cina".
Beliau nampaknya mengetahui hal ini - hanya saja tidak ingin mengatakan itu terang-terangan, dan memilih mengungkapkannya dalam bentuk kalimat ungkapan... :)
Demikianlah, di akhir pembahasan ini rasanya pembaca telah dapat melihat bahwa mungkin memang ada benarnya surat yang ditulis secara anonim oleh Ibn Arfa 'Ra's, bahwa Henokh atau Nabi Idris "menetap" atau "pernah menetap" di dataran tinggi di negeri Cina.
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
atau di website saya: https://fadlybahari.id/
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 2 Maret 2020