Namun sebelum saya membahas penyamaan Hermes dengan Henokh, terlebih mengenai ungkapan bahwa ia adalah penghuni di dataran tinggi Cina, terlebih dahulu saya ingin membahas penyamaan Hermes dengan dewa Thoth, dewa kebijaksanaan, tulisan, sains, dan seni dalam mitologi Mesir.
Hermes - Thoth
Identifikasi kesamaan Hermes yang merupakan dewa dalam agama dan mitologi Yunani Kuno dengan dewa Thoth (dewa dalam mitologi Mesir) telah dimulai ketika budaya dan pengaruh Yunani menyebar seiring penaklukan Alexander the Great.Â
Hal itu dikenal dengan periode sinkretisme - atau "interpretatio graeca" artinya "terjemahan Yunani" atau "interpretasi dengan menggunakan [model] Yunani" - adalah upaya menafsirkan atau mencoba memahami mitologi dan agama dari budaya lain, dengan membandingkannya dengan konsep Yunani kuno dalam hal praktik keagamaan, dewa, dan mitos, untuk melihat kesetaraan dan karakteristik yang sama. [Mark S. Smith: God in Translation: Deities in Cross-Cultural Discourse in the Biblical World, 2008: 39]
Dalam hal ini, dewa Thoth diidentifikasi sebagai bentuk Mesir dari Hermes. Kedua dewa itu disembah di Kuil Thoth di Khemenu, sebuah kota yang kemudian dikenal dalam bahasa Yunani sebagai Hermopolis . [DM Bailey: "Classical Architecture" dalam "The Oxford Handbook of Roman Egypt" edited by Christina Riggs, 2012: 192]
Hal senada juga terungkap dalam dokumen astrologi abad ketiga SM, di mana imam petosiris menyurati Raja Nechopso, mengatakan bahwa Hermes adalah guru dari semua kebijaksanaan rahasia, yang, bagaimanapun, dapat dialami hanya dalam keadaan ekstasi. [ Marie-Luise von Franz: Projection and Re-collection in Jungian Psychology: Reflections of the Soul, 1995: 150]
Sebagai dewa, Hermes memiliki banyak sekali peran, di antaranya, ia dianggap berfungsi sebagai utusan atau pembawa berita para dewa, pelindung pembawa berita, pelindung orang yang melakukan perjalanan, pedagang, orator. Ia dianggap mampu bergerak bebas antara dunia fana dan dunia Ilahi, serta memainkan peran sebagai "penuntun jiwa" ke alam baka.Â
Tapi atributnya sebagai dewa penerjemah atau interpretasi, atau lebih umum, dewa ilmu pengetahuan dan pembelajaran, yang nampaknya dengan mudah ditemukan kesamaannya, baik dengan Thoth ataupun dengan Henokh.
Hermes - Idris
Beberapa kalangan menyebutkan Idris dilahirkan di Mesir. Mereka menyebutnya dengan Hirmisal Haramisah, menurut Bahasa Suryani.
Sementara itu, dalam jurnal penelitian Museum Salar Jung, disebutkan sebagai berikut:
Orang pertama setelah periode Adam, yang menulis dengan pena adalah nabi suci Idris. Ia juga disebut sebagai "Hurmus Al Haramisah" dan "Al Muthallath" dengan alasan bahwa ia pernah menjadi nabi, raja, dan filsuf. Dia juga disebut "Hurmus-ul-Awwal". [Museum Salar Jung: Jurnal Penelitian SJM, Volume 6-7, 1974: 109]
Dalam hal ini, sebutan Idris sebagai "Hirmisal Haramisah" atau pun "Hurmus Al Haramisah" dapat kita lihat - jelas memiliki keidentikan dengan sebutan "hermes".