Demikianlah, kata "tanna - tana - tanah" umum digunakan dalam komunitas masyarakat Melayu di Nusantara. Peneliti dan penjelajah Eropa seperti James Cook, George Forster, maupun Michael E. Hoare tahu hal ini.
Digunakannya dua bentuk kata melayu dalam nama "Tanna Tuwa" rasa-rasanya bukan hal yang kebetulan. Ini lebih merupakan bukti bahwa di masa kuno orang-orang di Nusantara telah mengembara hingga ke Asia Tengah. Hal ini telah saya bahas dalam beberapa tulisan saya sebelumnya, seperti di sini:Â
- Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno (2)
- Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno
Mengenai penamaan "tannu tuva", beberapa kalangan berpendapat jika etimologi nama itu terdiri dari: "Tannu" berasal dari nama sebuah gunung; sementara "tuva" adalah memang sebutan orang-orang Tuva.
Temuan Arkeologi Spektakuler di Tanna Tuva
Por-Bazhyn
Hasil penggalian yang beberapa tahun terakhir ini terus dilakukan, sejauh ini setidaknya telah memberi gambaran untuk dugaan bahwa reruntuhan tersebut adalah sebuah biara dan mengingatkan pada model penataan 'Kota Terlarang' di China.Â
Profesor Heinrich Harke, seorang spesialis dalam arkeologi Abad Pertengahan awal yang baru-baru ini mengambil bagian dalam penggalian di situs tersebut, mengatakan situs tersebut telah lama ditafsirkan sebagai tempat tinggal atau benteng kerajaan, namun menurutnya tipikal struktur yang diperlihatkan reruntuhan Por-Bazhyn tidak sesuai untuk rencana seperti itu.
Petunjuk lain tentang kemungkinan Por-Bazhyn  merupakan reruntuhan bekas monastik, berasal dari kayu di situs tersebut, penanggalan menurut dendrochronology menunjukkan periode 770 hingga 790 Masehi - yaitu era ketika Kaisar Bo-gu memeluk agama Manichaeisme, di bawah pengaruh Tiongkok, yang ia kemudian menjadikan agama resmi Kekaisaran Uighur.
Pengaruh Cina inilah, kata Heinrich, yang membuat masuk akal situs Por-Bajin sesuai dengan tata letak  dari 'Kota Terlarang' kekaisaran Cina di pusat Beijing.Â
Lembah Para Raja
 Lembah Para Raja berada di lembah Sungai Uyuk yang luas. Ada ratusan gundukan makam besar. Beberapa dari mereka mencapai diameter 100 meter dan tingginya beberapa meter. Sebagian besar monumen ini telah dirampok.