"Tanna Tuwa" yang hari ini dikenal dengan sebutan Republik Tuva terletak di jantung Asia. Tersembunyi di perbatasan antara Rusia dan Mongolia - di wilayah Siberia selatan yang beku dan sunyi. Tuva adalah daerah yang paling terpencil dan paling tidak dikenal dari semua Republik Rusia.
Setelah melalui sejarah yang panjang, Tuva kini merupakan wilayah otonom, merupakan subjek federal dari Negara Federasi Rusia. Berbatasan dengan Republik Altai, Republik Khakassia, Krasnoyarsk Krai, Oblast Irkutsk, dan Republik Buryatia di Rusia dan Mongolia di selatan. Ibukotanya bernama Kyzyl.Â
Ada banyak alternatif nama untuk Tuva, antara lain: Narodnaya Tuvinskaya Respublika, T'ang-nu-wu-liang-hai, Tanna Tuwa, Tannu Tuva, Tannu-Tuvinskaya Respublika, Tuva, Tuva Autonomous Region, Tuvinian People's Republic, Tuvinian People's Republic, Tuvinskaya Narodnaya Respublika, T'ang-nu-wu-liang-hai, Uriankhai. (sumber di sini)
Sejarah
Dikutip dari halaman Wikipedia, disebutkan bahwa wilayah Tuva pernah di bawah kendali Kekaisaran Xiongnu (209 SM - 93 M), menjadi negara bagian Xianbei Mongolia (93--234), Rouran Khaganate (330--555), Kekaisaran Mongol (1206--1368), Yuan Utara (1368--1691) ), Khotgoid Khanate dan Zunghar Khanate (1634--1758). (sumber di sini)
Dari 1758-1911 Tuva bagian dari Mongolia namun berada di bawah pemerintahan Manchu. Di tahun 1914, Tsar Rusia (Tsar Nicholas II) menetapkan Tuva di bawah protektorat Rusia dikenal dengan nama Uryankhay Kray.
Dari Juli 1919 hingga Februari 1920, Tentara Merah komunis mengendalikan Tuva tetapi dari 19 Februari 1920 hingga Juni 1921 ditempati oleh China (gubernurnya adalah Yan Shichao [transliterasi tradisional, Wade-Giles: Yan Shi-ch'ao]).Â
Pada 14 Agustus 1921, kaum Bolshevik mendirikan Republik Rakyat Tuvan, yang populer disebut Tannu-Tuva. Pada tahun 1926, ibukota (Belotsarsk; Khem-Beldyr sejak 1918) berganti nama menjadi Kyzyl, yang berarti "merah".Â
Tuva secara de jure adalah negara merdeka antara "Perang Dunia" (periode antara akhir Perang Dunia Pertama pada bulan November 1918 dan awal Perang Dunia Kedua pada bulan September 1939).Â
Pada tahun 1929, Perdana Menteri pertama Republik Rakyat Tuvan, Donduk, mengalami kudeta yang dilakukan oleh lima lulusan Tuvan muda dari Universitas Komunis Moskow Toilers of the East. Â Donduk Kuular dicopot dari kekuasaan dan ditangkap oleh Soviet. Lalu, Salchak Toka, pemimpin Partai Revolusi Rakyat Tuvan, menjadi penguasa de facto Tuva (setelah Donduk Kuular), ia berkuasa hingga kematiannya pada tahun 1973.Â
Tuva menjadi bagian dari Uni Soviet pada tahun 1944, dengan persetujuan dari Little Khural (parlemen) Tuva - menjadi republik otonom dalam RSFSR setelah kemenangan Soviet dalam Perang Dunia II.Â
Tuva menjadi Oblast Otonom Tuvan dan, kemudian, Tuva Otonomi Republik Sosialis Soviet pada 10 Oktober 1961. Terakhir, Republik Tuva resmi terbentuk sebagai bagian dari Federasi Rusia pada 31 Maret 1992.
Dokumen yang menggunakan nama Tanna Tuva atau Tanna Tuwwa
Pada hari ini Republik Tuva umumnya dikenal dengan nama Tannu Tuva atau Tuva saja. Namun bahwa dulunya menggunakan nama Tanna Tuva atau Tanna Tuwa dapat kita temukan dalam beberapa dokumen.Â
Seperti dokumen perdagangan berikut ini yang saya temukan dalam Buku Schedule A Statistical Classification of Commodities Imported into the United States, terbit 1960.
![(dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/27/dokumen-perdagangan-5e57d6fb097f3652de37f782.jpg?t=o&v=770)
![(dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/27/dokumen-us-tentang-nama-nama-wilayah-5e57d93f097f36476b07aa02.jpg?t=o&v=770)
![(dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/27/jurnal-ilmiah-buddha-from-space-an-ancient-object-of-art-made-of-a-chinga-iron-meteorite-fragment-5e57db46d541df037e087ff3.jpg?t=o&v=770)
Mengapa Tanna Tuwa harus dianggap nama bernuansa Melayu
Dua kata pada nama "Tanna Tuwa" jelas adalah kata dalam bahasa Melayu. "Tanna" dapat diduga artinya "tanah", sementara kata "tuwa" dapat diduga bentuk ejaan kata "tua".
Dalam peta The East Indies and Southeast Asia John Pinkerton (1818), pada peta pulau Sulawesi, di bagian wilayah Luwu terdapat toponim "batoe matoa", yang artinya: batoe  = tanah, matoa = tua, jadi artinya tanah tua.
![Pinkerton (1818) Map of the East Indies and Southeast (dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/27/peta-eastindiaislands-pinkerton-1818-5e57deeed541df71ec6dad72.jpg?t=o&v=770)
Dalam catatan James Cook maupun George Forster (dalam pelayaran mereka ke pasifik) tertulis kata "Tanna." Dalam catatannya, George Forster menulis; "They also told us, that they call their own island 'Tanna' a word signifies 'earth' in the Malay language" ( Mereka juga mengatakan kepada kami, bahwa mereka menyebut pulau mereka "Tanna" sebuah kata yang menandakan "bumi" dalam bahasa Melayu). (George Forster. voyage round the world. Vol. 2. Â 1777: 267)
 Dalam buku The Resolution Journal of Johann Reinhold Forster, 1772-1775, Volume 4, Michael E. Hoare mengomentari kata "tanna" sebagai berikut:  ...it is in fact the word for ground in the Weasisi dialect.... (...itu sebenarnya adalah kata untuk tanah dalam dialek Weasisi...)
Demikianlah, kata "tanna - tana - tanah" umum digunakan dalam komunitas masyarakat Melayu di Nusantara. Peneliti dan penjelajah Eropa seperti James Cook, George Forster, maupun Michael E. Hoare tahu hal ini.
Digunakannya dua bentuk kata melayu dalam nama "Tanna Tuwa" rasa-rasanya bukan hal yang kebetulan. Ini lebih merupakan bukti bahwa di masa kuno orang-orang di Nusantara telah mengembara hingga ke Asia Tengah. Hal ini telah saya bahas dalam beberapa tulisan saya sebelumnya, seperti di sini:Â
- Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno (2)
- Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno
Mengenai penamaan "tannu tuva", beberapa kalangan berpendapat jika etimologi nama itu terdiri dari: "Tannu" berasal dari nama sebuah gunung; sementara "tuva" adalah memang sebutan orang-orang Tuva.
Temuan Arkeologi Spektakuler di Tanna Tuva
Por-Bazhyn
![Por-Bazhyn (sumber: msn.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/27/por-bajin-5e57eae0d541df34fa4cd9f2.jpg?t=o&v=770)
Hasil penggalian yang beberapa tahun terakhir ini terus dilakukan, sejauh ini setidaknya telah memberi gambaran untuk dugaan bahwa reruntuhan tersebut adalah sebuah biara dan mengingatkan pada model penataan 'Kota Terlarang' di China.Â
Profesor Heinrich Harke, seorang spesialis dalam arkeologi Abad Pertengahan awal yang baru-baru ini mengambil bagian dalam penggalian di situs tersebut, mengatakan situs tersebut telah lama ditafsirkan sebagai tempat tinggal atau benteng kerajaan, namun menurutnya tipikal struktur yang diperlihatkan reruntuhan Por-Bazhyn tidak sesuai untuk rencana seperti itu.
Petunjuk lain tentang kemungkinan Por-Bazhyn  merupakan reruntuhan bekas monastik, berasal dari kayu di situs tersebut, penanggalan menurut dendrochronology menunjukkan periode 770 hingga 790 Masehi - yaitu era ketika Kaisar Bo-gu memeluk agama Manichaeisme, di bawah pengaruh Tiongkok, yang ia kemudian menjadikan agama resmi Kekaisaran Uighur.
Pengaruh Cina inilah, kata Heinrich, yang membuat masuk akal situs Por-Bajin sesuai dengan tata letak  dari 'Kota Terlarang' kekaisaran Cina di pusat Beijing.Â
![Reka ulang denah tata ruang Por-Bajin (sumber: wikipedia.org)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/27/por-bazhyn-plan-5e57f32a097f366e31653c52.jpg?t=o&v=770)
![Gambar rekonstruksi 3D dari Por-Bazhyn berdasarkan hasil penggalian 2007/8 (oleh R.A. Vafeev) (sumber: wikipedia.org)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/27/por-bazhyn-reconstruction-5e57f269d541df1957101b42.jpg?t=o&v=770)
Lembah Para Raja
![Tuva - Valley of the Kings (sumber: tass.com, Vladimir Smirnov/TASS)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/28/lembah-para-raja-5e57f65b097f3669290ccbd2.jpg?t=o&v=770)
 Lembah Para Raja berada di lembah Sungai Uyuk yang luas. Ada ratusan gundukan makam besar. Beberapa dari mereka mencapai diameter 100 meter dan tingginya beberapa meter. Sebagian besar monumen ini telah dirampok.
Dikutip dari halaman world-archaeology.com; Pada tahun 1971, Mikhail Gryaznov, seorang profesor arkeologi Siberia yang terkenal, dan arkeolog Tuvan, Mongush Mannai-ool, menghabiskan empat musim untuk menggali salah satu gundukan ini - sekarang dikenal sebagai Arzhan I - dan menghasilkan penemuan-penemuan yang sensasional.
Pertama, adalah temuan pemakaman 160 kuda yang dikubur secara keseluruhan. Mikhail Gryaznov menyimpulkan bahwa kuda-kuda itu adalah pengorbanan yang dilakukan oleh suku-suku yang berbeda, beberapa di antaranya tinggal jauh dari Lembah Para Raja.
Kedua, dan yang paling penting, adalah tanggalnya, karena radiokarbon secara konsisten menempatkan penguburan pada pergantian abad ke-9 dan ke-8 SM, beberapa abad lebih awal dari yang diperkirakan dan jauh sebelum penyebutan pertama Scythians nomaden dalam sumber tertulis. Karena itu perlu untuk merevisi banyak ide dan hipotesis yang telah dikembangkan.
Selanjutnya, dua dekade kemudian, pada gundukan makam besar lainnya yang sekarang disebut sebagai Arshan II, dilakukan proyek penggalian yang berlangsung dari tahun 1998 hingga 2002. Penggalian tersebut merupakan proyek kerjasama Rusia-Jerman di bawah arahan Konstantin Chugunov dari Museum Hermitage dan Hermann Parzinger dan Anatoli Nagler dari German Archaeological Institute.
Pada tahun 2001, di kedalaman lebih dari 4 meter, berhasil ditemukan ruang penguburan berisi seorang pria dan seorang wanita yang dimakamkan dengan 9.300 benda, yang 5.700 diantaranya terbuat dari emas. (sumber di sini)
![Lansekap Siberia selatan (sumber: www.world-archaeology.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/28/lanskap-siberia-selatan-5e5807ba097f363eb41cd092.jpg?t=o&v=770)
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare - Kediri, 28 Februari 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI