Dalam sistem kerajaan di Jawa, dikenal dengan konsep "kotaraja" sementara di Kedatuan Luwu dikenal dengan sebutan 'wara', yaitu pusat kedatuan yang dikelilingi oleh perkampungan rakyat atau pengikut yang disebut 'lipu'.Â
Tujuan menempatkan kediaman penguasa atau kepala suku tepat di tengah-tengah - dengan menjadikan perkampungan rakyat atau pengikut sebagai 'halangan' jelas dimaksudkan untuk mengantisipasi serangan musuh yang datang menyerang, agar mereka tidak langsung dapat mencapai kediaman kepala suku.
Di masa sekarang, konsep seperti itu sebenarnya tetap digunakan. Â Pada hari ini, kita mengenalnya dengan sebutan 'halaman' - yakni bentuk morfologi dari kata 'halangan'.Â
Kita ketahui, dalam bahasa Indonesia, ada banyak kasus dimana 'ng' terbaca 'm' atau sebaliknya, yang dalam ilmu bahasa disebut "Asimilasi" (assimilation) yaitu proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip atau sama dengan bunyi lain di dekatnya ( Kridalaksana, 1984: 17, 2015: 65)Â
Contoh bentuk asimiliasi: kata mimbar (dari kata Arab 'minbar'), mungkar (dari kata Arab 'munkar'), mungkin (dari kata Arab 'mumkin') (Syamsul Hadi, 2015: 65)Â
Baca juga: Ini Daftar Lengkap Kata Baku dan Tidak Baku Populer dan Tip Jitu agar Tak Keliru
Dalam konsep rumah sebagai tempat tinggal, sebuah halaman yang senantiasa berada di sekitar atau mengelilingi badan rumah, pada dasarnya berfungsi sebagai 'halangan' agar orang yang datang tidak langsung dapat mengakses badan rumah. Jadi, dengan kata lain, 'halaman' berfungsi sebagai 'halangan'.Â
Makna kata 'karang' sebagai 'halangan' atau 'halaman', sebenarnya tidak hanya digunakan di masyarakat pesisir. Jika anda seorang pendaki gunung, anda saya yakin akrab dengan nama 'karangan' yang biasanya menjadi nama desa terakhir di jalur pendakian sebuah gunung. Salah satunya, adalah nama desa karangan yang merupakan desa terakhir di jalur pendakian gunung Latimojong (via Enrekang).
Adanya toponim 'karangan' di bagian lereng atau kaki gunung sebuah gunung, adalah pertanda jika pada masa kuno gunung tersebut menjadi pusat "sesuatu" (bisa sebuah pemukiman kuno, bisa juga sebuah kawasan yang disakralkan dulunya). Jadi, desa karangan itu dapat dimaknai sebagai 'halaman' atau 'halangan' untuk menjaga sesuatu hal.
Demikianlah, kata 'halaman' dapat diduga berasal dari kata 'halangan' yang mengalami penghalusan makna (pergesaran makna), dan mengalami asimilasi (perubahan 'ng' menjadi 'm' atau sebaliknya) - dengan bentuk paling awalanya mungkin 'karangan'.
Susunan morfologi dari bentuk paling kunonya mungkin seperti ini: karangan - halangan - halaman.