Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misteri Gua Tempat Jasad Nabi Adam Disemayamkan

21 Februari 2020   18:09 Diperbarui: 31 Agustus 2023   17:35 14430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Yahudi dan Islam umumnya menganggap pemakaman atau tempat peristirahatan terakhir Adam terletak di Gua Machpelah atau biasa juga disebut  "Cave of the Patriarchs" (gua para leluhur), terletak Hebron, Tepi barat.

Sementara itu, Tradisi Kristiani umumnya menempatkannya di Yerusalem, di bawah tempat Yesus disalibkan, yang biasa disebut "Cave of Treasures". 

Meskipun pendapat tradisi Yahudi dan Islam berbeda dengan pendapat tradisi Kristiani mengenai letak makam Nabi Adam, namun Ketiga tradisi ini senada dalam mengatakan bahwa Seth bertanggung jawab atas penguburan ayahnya Adam.

Dalam naskah The Forgotten Books of Eden, tulisan-tulisan kuasi-Alkitabiah yang tidak pernah mencapai status kanonik, tapi dimasukkan dalam salah satu dari Apocrypha resmi, atau biasa juga disebut Pseudepigrapha Perjanjian Lama, ada memuat kisah hari-hari awal kehidupan Adam dan Hawa di dunia, kelahiran anak-anak mereka, hingga pula saat kematian Adam.

Pada Bab VIII The Forgotten Books of Eden, bagian di mana Adam memberikan kata-kata terakhir sebelum meninggal, terdapat kalimat yang secara spesifik menjelaskan permintaan adam kepada Seth bagaimana jasadnya mesti diperlakukan.

Yaitu bahwa setelah meninggal dunia, ia meminta agar tubuhnya dibungkus dengan Myrrh (mur), Aloes (gaharu), dan Cassia (kulit pohon cassia atau kayu manis Cina), dan tinggalkan di gua tempat ia tinggal selama ini bersama Hawa dan semua bukti tanda mata atau kenang-kenangan yang telah diberikan Tuhan.

Terdapat pula kalimat yang menunjukkan bahwa Adam telah memprediksi akan terjadi Banjir Bah, dan karena itu ia meminta agar jasadnya dibawa bersama kapal yang dibuat keturunannya pada saat itu.

Setelah menyempatkan memberi nasehat, bahwa jangan berbuat dosa, tetap suci dan berlaku adil, Percaya kepada Tuhan, hindari godaan setan, dan bahwa nasehat tersebut haruslah disampaikan secara turun temurun ke generasi-generasi selanjutnya, Adam kembali mengingatkan bagaimana jasadnya diperlakukan dan di mana jasadnya mesti diletakkan setelah banjir bah surut.

Ia mengatakan bahwa mereka yang pergi bersama kapal pada saat banjir bah terjadi, agar senantiasa menjaga keberadaan emas, dupa, dan mur ada bersama dengan tubuhnya, dan ketika banjir surut, tubuhnya beserta emas, dupa,  dan mur, agar diletakkan di tengah-tengah bumi.

Berita tentang diamankannya jasad Nabi Adam di atas kapal Nabi Nuh saat banjir bah terjadi, juga disampaikan al-Tabari. Hal ini dapat anda baca pada halaman 334, buku History of al-Tabari Vol. 1, The: General Introduction and From the Creation to the Flood, yang dialihbahasakan oleh Franz Rosenthal. 

Selain itu, disampaikan pula Ibnu Katsir dalam naskah al-Bidayah wa an-Nihayah, yang ada kemungkinan merujuk pada al Tabari, karena dalam beberapa catatan disebutkan bahwa dalam hal tertentu Ibnu Katsir mengadalkan riwayat yang disampaikan al Tabari.

Perbandingan Gua yang disebut dalam The Forgotten Books of Eden, dan Gua yang dipercaya dalam tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam, sebagai Gua makam Nabi Adam.

Jika kita merujuk pada naskah The Forgotten Books of Eden, dan secara hati-hati mencermati kalimat yang membahas gua tempat Adam dan Hawa menetap, akan tergambar pemahaman jika kondisi geografis yang dilukiskan dalam naskah tersebut berbeda dengan kondisi geografis di mana "Cave of the Patriarchs" dan "Cave of Treasures" berada.

Dalam Naskah tersebut, gua tempat Adam dan Hawa menetap digambarkan berada di sebuah kawasan puncak gunung, sementara "Cave of the Patriarchs" (yang dipercaya dalam tradisi Yahudi dan Islam sebagai tempat Adam semasa hidup dan menjadi tempat pemakamannya setelah meninggal), yang terletak di Hebron, berada di bawah ketinggian 900 mdpl dan bukan kawasan pegunungan. Begitu juga "Cave of Treasures" (tradisi Kristiani) di Nahal Mishmar, berada di bawah 100 mdpl. 

Jadi, dimanakah letak sesungguhnya gua tempat Adam dan Hawa menetap semasa hidup? jika merujuk pada naskah The Forgotten Books of Eden, gua tersebut digambarkan berada di dekat taman yang ditempatkan Tuhan di bumi di atas sebuah gunung suci. 

Hal ini misalnya diungkap dalam beberapa kalimat yang berbunyi sebagai berikut: 

"pada hari ketiga, Tuhan menempatkan taman di timur bumi, di perbatasan dunia ke arah timur, di luar itu, ke arah matahari terbit, orang tidak menemukan apa pun selain air..."

"Dan Tuhan memerintahkannya untuk tinggal di sana di sebuah gua di batu - ...di bawah taman."

Dan Allah memerintahkan Suriyel dan Salathiel untuk mengangkat Adam dan Hawa, dan membawa mereka turun dari puncak gunung yang tinggi, dan membawa mereka ke Gua... Di sana mereka meletakkan emas di sebelah selatan gua itu, dan ukupan di sebelah timur, dan mur di sebelah barat. Sebab mulut gua berada di sisi utara.

Ketika mereka keluar dari gua, mereka naik ke gunung di sebelah barat taman itu. Di sana mereka berdiri dan berdoa serta memohon supaya Tuhan mengampuni mereka dari dosa-dosa mereka.

Dan masih banyak lagi kalimat lainnya, yang menunjukkan jika gua dan taman tempat mereka tinggal berada disebuah gunung.

Bagi yang ingin membaca naskah The Forgotten Books of Eden, bisa di sini.

Tentang Pusat Tanah

Telah disebutkan di atas bahwa salah satu pesan Nabi Adam sebelum meninggal adalah bahwa setelah Banjir bah, jasadnya yang ikut dalam bahtera agar di letakkan di tengah-tengah bumi.

Istilah pusat tanah atau pusat bumi bisa dikatakan adalah pemahaman yang telah melegenda dan tersebar sejak ribuan tahun yang lalu, karena itu dapat kita temukan dalam berbagai tradisi budaya di dunia.

Salah satu ciri umum pusat tanah yang disebutkan dalam banyak tradisi, adalah bahwa di sekitarnya tidak ada pepohon besar yang tumbuh, namun tidak berarti tanah itu gersang atau tandus.

Hampir semua tradisi budaya di dunia yang mengenal istilah ini, mengklaim jika pusat tanah atau pusat bumi terdapat di wilayah mereka, dan merupakan tempat yang dikeramatkan. Bahkan, dalam tradisi Islam pun terdapat kepercayaan bahwa Ka'bah sebagai tempat yang paling disucikan adalah merupakan pusat bumi.

Terdapat pula desas desus dari masa lalu bahwa sekelompok orang telah berlayar membawa jasad manusia pertama ke bagian utara bumi, tepatnya di sebuah pulau di tengah laut antara Norwegia dan Greenland. Cerita mengenai pulau ini melegenda bukan saja di antara para penjelajah eropa, tapi juga orang-orang lokal di jalur utara (nor-way).

Mungkin saja sekelompok orang yang membawa jasad manusia pertama berlayar hingga ke ujung utara bumi yang dingin, bertujuan untuk mengawetkan jasad tersebut.

Namun, ada pula pendapat dari kalangan esoterik yang mengatakan bahwa jasad para nabi atau orang suci tidak akan hancur, dan akan dibangkitkan nanti di akhir dunia dalam kondisi seperti itu.

Saya pribadi melihat bahwa ada kemungkinan tradisi mengawetkan mayat dalam tradisi di Toraja, atau pun tradisi pembalseman raja-raja di Mesir kuno terinspirasi dari awetnya tubuh orang-orang suci, yang mungkin saja bahkan telah mereka ketahui dari semenjak awal, yaitu pada kondisi jasad Nabi Adam.

Mengenai jasad yang dibawah ke ujung utara bumi oleh sekelompok orang di masa lalu, saya belum bisa memberi tanggapan apakah benar itu jasad manusia pertama atau bukan, ataukah, hal itu memang pernah terjadi atau tidak. 

Karena memang orang-orang di masa lalu seringkali membuat semacam decoy (umpan) yang rumit dan berlapis-lapis bagi hal yang mereka ingin jaga kerahasiaannya.

Bahkan, nampaknya kesadaran akan pentingnya menjaga kerahasiaan dari esensi sejarah telah disadari sejak di masa Nabi Idris (Henokh). Hal ini setidaknya diungkap dalam kitab Henokh chapter 104:10, yang berbunyi: 

"...Dan sekarang saya mengetahui misteri ini, bahwa orang berdosa akan mengubah dan memutarbalikkan kata-kata kebenaran dalam banyak cara, dan akan mengucapkan kata-kata yang jahat, dan berbohong, dan mempraktikkan penipuan besar, dan menulis buku menurut kata-kata mereka..."

Ayat dalam kitab Henokh ini memberi gambaran bahwa dalam lintasan sejarah manusia, akan ada pihak-pihak tertentu yang akan melakukan praktek penipuan besar dengan menulis sejarah tidak sebagaimana mestinya. Mereka ini akan menulis buku sejarah sesuai kehendak dan kepentingannya.

Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.

Baca Juga: 

Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 21 Februari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun