Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ma'Bua, Ritual Pengorbanan Manusia pada Masa Lalu

11 Februari 2020   16:08 Diperbarui: 12 Februari 2020   03:39 5363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini tandasang ditempatkan di atas teras duduk di samping tangga. Semua orang di lantai bawah dipersenjatai dengan tongkat. Tobara lalu berbicara kepada tandasang dengan kalimat: "Jangan salahkan saya karena saya membunuhmu. Saya juga seorang manusia seperti Anda, tetapi saya telah membeli Anda dengan kerbau saya." 

Kemudian Tobara mendorong tandasang hingga jatuh ke tanah yang kemudian lalu dibantai oleh orang-orang yang telah menunggu. 

Setelah tandasang terbunuh, kepalanya lalu dipenggal, lalu dipanggang di atas api sampai bersih, yaitu, bagian rambut telah hilang atau dapat dengan mudah dihapus. Ketika telah siap, kepala lalu digantung bersama dengan tanduk kerbau yang disembelih. 

Keesokan harinya, pongkalu mengambil tengkorak tua, yaitu tengkorak orang-orang yang telah dikorbankan pada ritual-ritual sebelumnya, bersama dengan tengkorak tandasang yang baru, Pongkalu membawa tengkorak-tengkorak tersebut ke sebuah gunung dekat desa. 

Di sini Pongkalu melakukan prosesi berkorban ke dehata (dewata), setelah usai, tengkorak-tengkorak tersebut kembali dibawa ke rumah tobara, tempat asal dimana tengkorak-tengkorak tersebut di simpan. Prosesi ini disebut ma'palapa boea artinya "menutup boea".

Demikianlah, prosesi ritual Ma'Bua yang pernah berlangsung di wilayah Seko (Kabupaten Luwu Utara hari ini). Di masa lalu, prosesi ini nampaknya umum dilaksanakan di berbagai suku di pulau Sulawesi.

Setelah pengislaman yang gencar dilakukan, dimulai  di awal abad ke 17, yang didasari perintah kerajaan (kedatuan) dan karenanya dilaksanakan dengan kekuatan militer kerajaan, maka, perlahan-lahan ritual mengerikan tersebut hilang, terutama di bagian pesisir pulau Sulawesi.

Tersisa di wilayah pegunungan saja, yang nampaknya masih dilakukan hingga masa kolonial, seperti yang masih dapat dijumpai Kruyt dalam ekspedisinya di tengah pulau Sulawesi di akhir abad ke-19.

Keindahan Alam Seko

Walaupun memiliki ritual yang mengerikan pada masa lalu, Seko adalah wilayah dataran tinggi dengan panorama alam yang menakjubkan. Buktinya, keindahan alam wilayah ini telah banyak diliput berbagai TV nasional. Salah satunya adalah Kompas TV, untuk Program "Explore Indonesia".

Perjalanan Tim peliput Kompas TV ke daerah yang berada di ketinggian 1800 mdpl ini, dimuat dalam artikel kompas.com dengan judul "Naik Ojek Termahal di Indonesia Menuju Seko".

Dalam artikel tersebut, Tim peliput Kompas TV melaporkan jika ongkos ojek yang mereka gunakan dari Masamba (ibukota kabupaten Luwu Utara) menuju Seko berkisar kurang lebih 1 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun