Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Survei Jalur Timur Gunung Latimojong via Desa Tolajuk, Kabupaten Luwu

14 Juli 2019   18:56 Diperbarui: 15 Juli 2019   16:46 2241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: hewan menjilat nutrisi mineral penting dari endapan garam dan mineral lainnya. (Sumber: Wikipedia)

Ada beberapa kali kami terpaksa istirahat malam dan menghadapi suhu malam yang sangat dingin tanpa makan terlebih dahulu, lalu pagi harinya mesti melanjutkan perjalanan tanpa sarapan pagi.

Alhamdulillah, atas berkat rahmat dan lindungan Allah SWT, serta rasa kebersamaan dan kekompakan yang tinggi dari seluruh tim, perjalanan tersebut pada akhirnya dapat kami selesaikan dengan baik.

Upaya mengumpulkan air hujan dengan Flysheet. (Dokpri)
Upaya mengumpulkan air hujan dengan Flysheet. (Dokpri)

 (Dokpri)
 (Dokpri)

Potensi "Jalur Timur Latimojong" sebagai objek wisata petualangan, Penelitian dan konservasi.
Dalam perjalanan survei pembukaan jalur timur pendakian gunung Latimojong kami banyak disuguhi keindahan alam dan keanekaragaman hayati. Hal yang cukup menghibur di sela kesulitan-kesulitan yang kami hadapi selama perjalanan.

Di kawasan Buntu Katapu dengan ketinggian 2000-2400 Mdpl, kami menemukan banyak sekali jejak Anoa gunung. Bahkan beberapa kali kami menemukan zona lick salt atau mineral lick, yakni tempat Anoa berkubang sekaligus tempat mereka menjilat nutrisi mineral penting dari endapan garam dan mineral lainnya. Di tempat ini pula banyak kami temukan kotoran mereka yang sudah mengering dan yang masih basah.

Illustrasi: hewan menjilat nutrisi mineral penting dari endapan garam dan mineral lainnya. (Sumber: Wikipedia)
Illustrasi: hewan menjilat nutrisi mineral penting dari endapan garam dan mineral lainnya. (Sumber: Wikipedia)

Di punggungan Buntu Katapu juga kami temukan banyak jenis tumbuhan langka Kantong semar (Nepenthes). 

Salah satu jenis tanaman Kantong Semar yang kami temukan di sekitar buntu Katapu. (Dokpri)
Salah satu jenis tanaman Kantong Semar yang kami temukan di sekitar buntu Katapu. (Dokpri)
Selain memiliki keunikan flora dan fauna, perjalanan menyusuri punggungan sempit Buntu Katapu yang memanjang sekitar 2 km menawarkan sensasi tersendiri tatkala sisi kiri kanannya yang merupakan jurang yang menganga tertutupi hamparan lautan awan. Ini membuat kita seakan-akan berjalan disebuah jembatan yang membelah lautan awan.

(Dokpri)
(Dokpri)

lautan awan terlihat dari punggungan bukit Katapu. (Dokpri)
lautan awan terlihat dari punggungan bukit Katapu. (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun