Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makna Sakral di Balik Nama-nama Angka

11 Mei 2019   17:05 Diperbarui: 12 Mei 2019   19:24 5065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papan permainan Senet. (Sumber: touregypt.net/museum/tutl69.htm) 

Sementara itu Karrua untuk angka delapan, jika merujuk pada lampiran table di atas, terlihat hanya digunakan dalam bahasa tae'. Dalam bahasa tradisional daerah lainnya umumnya menggunakan; Walu, Wolu, Waru, Lapang, dan beberapa bentuk lainnya yang pada prinsipnya memiliki kedekatan kesamaan bunyi.

Namun jika kita jeli mencermati nama-nama angka delapan dalam berbagai bahasa daerah tersebut, kita akan dapat memahami bahwa pada dasarnya mereka memiliki kaitan satu sama lain.

Contoh pertama dapat kita lihat pada karrua dan lapang. Melalui tinjauan fonetik (perubahan fonetik r menjadi l atau pun sebaliknya), kita dapat melihat bahwa bentuk lain dari karrua adalah kallua atau kalua, yang mana dalam bahasa tae', kalllua atau kalua = luas.

Sementara itu kita ketahui bahwa dalam bahasa Indonesia kata luas dan lapang adalah sinonim. Dengan demikian, dapat kita ambil kesimpulan bahwa karrua dan lapang (sebagai bentuk bahasa daerah untuk angka delapan, pada dasarnya adalah juga sinonim.

Contoh berikutnya, yakni kaitan antara karrua/ lapang dengan Walu, Wolu atau pun Waru. Pada bagian ini kita akan sedikit bermain logika untuk mendapatkan kaitan tersebut. Bahwa jika kata karrua dan lapang memiliki makna luas, pertanyaannya, apakah sesuatu yang luas tersebut yang diwakili oleh mereka?

Jawaban pertanyaan ini tentunya harus kita temukan pada kata Walu, Wolu atau pun Waru sebagai pembuktian bahwa mereka memang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Dan ternyata tuntutan ini dapat kita penuhi. Jika kita mencermati mitologi tentang dewa-dewa, akan kita temukan bahwa nama Walu, Wolu atau pun Waru dapat kita duga berasal dari nama Dewa Waruna yakni Dewa Laut. Sifat laut yang luas-lah yang nampaknya diwakili oleh nama  karrua dan lapang.

Demikianlah Fakta di atas rasanya cukup memberi gambaran kepada kita mengapa angka delapan mewakili unsur air. 

Sementara itu, kaitannya dengan arah barat dapat kita lihat dalam kisah mitologi Hindu bahwasanya Dewa Varuna dianggap dewa penjaga dari arah barat. 

Dalam tesis Dr. Narinder Sharma dengan judul A Study Of Varuna In The Vedic Literature Paravati Chattopadhyaya, pada halaman 34, ia menjelaskan: "...no confusion or contradiction about the direction which belongs to Varuna. All the statements in the samhitas about his direction invariably, point to the west as the direction belonging to Varuna." (...tidak ada kebingungan atau kontradiksi tentang arah yang dimiliki oleh Varuna. Semua pernyataan dalam samhita tentang arahnya selalu, menunjuk ke barat sebagai arah milik Varuna).

Kassera / Siwa (Sembilan)
Siwa mudah diduga berasal dari nama Dewa Siwa. Dewa Siwa memiliki banyak nama sebutan, salah satunya adalah Girisa yang berarti gunung. Makna dari nama Girisa ini yang kelihatannya menunjukkan representasi elemen tanah.

Jika mencermati urutan angka 7 (pitu) ke 8 (waru) yang secara berurutan mewakili arah utara lalu ke barat, kita akan mudah mengasumsikan bahwa angka (siwa) tentunya mewakili arah selatan. Sayangnya, Siwa dalam konsep Dikpla (penjaga arah) menempati "pusat" yang dikelilingi oleh delapan sisi arah mata angin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun