Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengembalikan Ibukota Negara ke pusat Dinasti Sailendra

2 Mei 2019   16:38 Diperbarui: 5 Mei 2019   14:53 3222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prasasti-prasasti yang dibuat wangsa Sailendra menggunakan tiga bahasa: Melayu kuno, Jawa Kuno, dan Sanskerta. Tapi Prasasti Sojomerto (ditemukan di Kabupaten Batang , Jawa Tengah. Diperkirakan berasal dari akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 Masehi) yang pertama kali menyebutkan nama "Dapunta Selendra", menggunakan bahasa Melayu kuno.

Sementara itu, Prasasti dengan penanggalan paling awal di Indonesia di mana jelas disebutkan nama "dinasti Sailendra" sebagai Sailendravamsatilaka muncul pada prasasti Kalasan (diperkirakan berasal dari tahun 778 M, menggunakan bahasa Sanskerta). 

 Jadi, jika di dalam Prasasti Sojomerto hanya menyebutkan "Dapunta Selendra", maka dalam prasasti kalasan telah dengan jelas disebutkan Sailendra sebagai suatu wangsa, dinasti, atau keluarga.

Sebutan "dapunta" dalam prasasti Sojomerto kemudian oleh para ahli dikaitkan dengan nama Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang ada disebutkan dalam prasasti kedukan bukit (prasasti ini ditemukan di Sumatera selatan, dan Dapunta Hyang Sri Jayanasa oleh para dianggap sebagai pendiri kerajaan Sriwijaya).

Fakta bahwa Prasasti Kedukan bukit dan Prasasti Sojomerto yang menggunakan bahasa melayu kuno dan belum menyebutkan Sailendra sebagai sebuah wangsa, berjarak puluhan tahun penanggalannya dengan prasasti kalasan yang menggunakan bahasa Sanskerta dan telah menyebutkan Sailendra sebagai sebuah wangsa, menunjukkan bahwa interval kurun waktu puluhan tahun tersebut adalah masa awal dimana keluarga Sailendra merintis perkembangan eksistensinya sehingga dapat jaya berkuasa dan menyebar pengaruhnya bukan hanya di Asia tenggara tapi hingga ke India dalam kurun waktu mencapai 2 abad lamanya.

Saya ingin mengatakan bahwa ini dapat menjadi fakta dan pembelajaran bagi kita semua bahwa: "tidak ada kesuksesan yang dapat diperoleh secara instant, semua pasti butuh proses panjang dan berliku", tapi saya tahu, membahas lebih jauh hal ini akan membuat kita jauh keluar dari konteks pembahasan, karena itu tidak akan saya lanjutkan.

Mencermati arti "Sailendra" dalam perspektif bahasa tae'

Suatu hal yang luput dari pencermatan para ahli sejarah terkait historiografi Asia tenggara adalah pencermatan isi prasasti (terutama yang selama ini disebut menggunakan bahasa melayu kuno) dalam perspektif bahasa tae' yang umum digunakan di Sulawesi selatan khususnya di Luwu dan Toraja.

Jika kita mengartikan nama "Sailendra" dalam perspektif bahasa tae', maka kita akan menemukan pemaknaan lain yang jika terus digali akan mengarahkan kita pada suatu bentuk pemahaman yang sangat-sangat kuno.

Melalui perspektif bahasa tae', saya melihat nama "Sailendra" sesungguhnya berasal dari kata: "sai" yang artinya "datang", dan "landra" atau "landa" yang artinya "tempa" atau "menempa."

kata "landra" bentuk bugisnya adalah "landro" atau "lanro" yang artinya tempa. Sementara aktifitas menempa besi dalam bahasa bugis disebut "malandro" atau "malanro".

Dalam kitab I La Galigo, dewata sang pencipta disebut "To Palanro" atau " To Palanroe" yang secara literal bermakna "pandai besi" sementara makna figuratifnya adalah " Dia yang menciptakan, membentuk dan menata".

jika kita mencermati berbagai mitologi yang ada di dunia, kita dapat melihat bahwa konsep "pandai besi" untuk dewa-dewa tertinggi umum digunakan. Dewa Mesir, Ptah, digambarkan sebagai sosok pencipta, pelindung pekerja logam dan pengrajin dalam budaya Mesir. Hephaestus dalam mitos Yunani yang menjadi Vulcan dalam sastra Latin, keduanya secara konsisten digambarkan dalam seni, membawa alat-alat mereka - palu dan penjepit pandai besi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun