Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hipotesis Letak Geografis Ho-ling di Sulawesi

8 April 2019   19:19 Diperbarui: 8 April 2019   23:47 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam peta ini terlihat bahwa hingga tahun 1905, wilayah Lore tengah masih masuk dalam klaim kedatuan Luwu. Selain itu, keberadaan toponim Loeo di wilayah itu yang identik dengan nama Luwu tentu saja mesti pula dipertimbangkan (sumber: William H. Frederick & Robert L. Worden. Indonesia: a country study. Federal Research Division Library of Congress, 2011. hlm. 32)

Perhatian dunia Internasional terhadap wilayah Kalumpang telah berlangsung sejak 1935. Ketika P.V. Van Stein Callenfels mempresentasikan hasil ekskavasinya di Bukit Kamasi pada 1933 dalam The Second Congress of Prehistorians of the Far East di Manila (Callenfels 1951).

Kemudian Callenfels melakukan penggalian di Situs Palemba yang juga terletak di Desa Kalumpang, tepatnya di sisi selatan, pada sudut pertemuan antara Sungai Karataun dan Sungai Karama.( "Petutur Austronesia Sudah Ada Sejak Sekitar 4000 Tahun Lalu di Sulawesi". Posted on Februari 12, 2016).

Penelitian di Situs Kamasi kemudian dilanjutkan oleh Heekeren pada 1949, dengan membuka kotak ekskavasi di sekitar kotak gali Stein Callenfels. Selain di Kamasi, Heekeren (1972) melakukan survei di Minanga Sipakko yang letaknya di tepi utara Sungai Karama, sekitar 4 km di selatan Desa Kalumpang dan memperoleh temuan yang serupa dengan temuan dari Kamasi.

Temuan dari hasil penelitian Stein Callenfels dan Heekeren itulah yang menjadi tonggak awal penelitian arkeologi di wilayah Kalumpang, sehingga memunculkan istilah budaya Neolitik Kalumpang. (ibid)

Truman Simanjuntak melakukan penelitian ulang terhadap Situs Minanga Sipakko pada 2004-2005, dan menemukan sisa pemukiman Neolitik awal yang masih in situ pada kedalaman 80-100 cm dari permukaan sekarang. 

Penelitian intensif di situs Neolitik Minanga Sipakko dilakukan kembali pada 2007-2008. Hasil ekskavasi di Minanga Sipakko pada 2004-2005 dan 2007, dan di Kamasi pada 2008 menunjukkan adanya lapisan hunian Neolitik dengan karakteristik relatif sama, yang dimulai sekitar 3600 tahun yang lalu. (ibid)

Dengan menimbang berbagai hal terkait Karataun di Kecamatan Kalumpang, maka dalam pembahasan selanjutnya, Karataun (kalumpang) akan dimasukkan dalam hipotesis sebagai toponim yang menunjukkan jejak sebagai pusat kedatuan di masa kuno.

Dan berikut ini peta letak keempat titik daerah bernama karatuan di pulau Sulawesi...

Beberapa wilayah dengan nama Karatuan di pulau Sulawesi. nama ini tidak saja identik dengan kata kadatuan, tetapi juga menunjukkan fakta kesejarahan yang tinggi melalui temuan benda-benda kuno di wilayah tersebut serta didiukung cerita tutur dalam tradisi masyarakat setempat. (Dokpri)
Beberapa wilayah dengan nama Karatuan di pulau Sulawesi. nama ini tidak saja identik dengan kata kadatuan, tetapi juga menunjukkan fakta kesejarahan yang tinggi melalui temuan benda-benda kuno di wilayah tersebut serta didiukung cerita tutur dalam tradisi masyarakat setempat. (Dokpri)

To-po-teng di sebelah barat Ho-ling
Untuk mengidentifikasi letak geografis To-po-teng sebagai daerah yang berbatasan dengan Ho-ling di sebelah barat, saya melihat bahwa jalan terbaik yang mesti dilakukan terlebih dahulu adalah dengan mengindentifikasi sebuah berita Cina yang menyebutkan bahwa: raja Ho-ling tinggal di kota She-p'o (She-p'o-tch'eng), tetapi leluhurnya yang bernama Ki-yen telah memindahkan pusat kerajaan ke timur, ke kota P'olu-chia-ssu.

Menurut Berita dalam Ying-huan-tchelio perpindahan itu terjadi dalam masa T'ien-pao, yakni disekitaran tahun 742-755 M (BEFEO/ 4/ 1904 - Paul Pelliot, "Deux itineraires...", hlm 225).

L-C. Damais menyebutkan bahwa berita perpindahan itu termuat dalam Yuan-che-lei-pin yang ditulis pada tahun 1669 M, dan bahwa perpindahan itu terjadi dalam masa T'ien-pao, antara tahun 742 dan 775 M atau tahun 664 dan 667 Saka (L-C. Damais, BEFEO, LII, fasc. 1, 1964, hlm. 138).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun