Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Language atau Lingua, Sebuah Kata Kuno dari Indonesia

6 Februari 2019   00:49 Diperbarui: 6 Februari 2019   12:14 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika merujuk pada pendapat umum yang beredar selama ini diantara ilmuwan bahasa di barat, etimologi kata "language" adalah sebagai berikut: 

Dokpri
Dokpri
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata "lenguh", memiliki definisi (menurut KBBI) : bunyi lenguh; menguak (tentang lembu, rusa dsb). kata kerja: melenguh/me-le-nguh/ = mengeluarkan bunyi lenguh. 

Sementara itu, dalam bahasa tae' (bahasa yang digunakan sebagian besar masyarakat Luwu dan Toraja di Sulawesi Selatan) terdapat kata kerja ti-lingua ataupun ma-lingua' (dari bentuk dasar: lingua') yang kurang lebih dapat dideskripsikan seperti orang yang sedang tercengang - mulut terbuka dan mengeluarkan suara seperti lenguh pada kerbau.

Dapat kita lihat bahwa kata lenguh dan lingua' dari Nusantara lebih mendekati bentuk Latin Lingua dan Proto Indo-Eropa *dnghu-. Sumber Etimologinya pun bisa dikatakan lebih primitif karena nampaknya gagasan kata itu terlahir dari pengamatan leluhur kita terhadap alam disekitarnya. Dengan kata lain, mereka memunculkan kata dengan mencari keserupaannya di alam. 

Contoh lain untuk hal ini adalah kata mengembik/mengembek dalam bahasa Indonesia untuk menamai suara kambing yang kenyataannya memang mirip dengan suara kambing, bandingkan dengan kata mengembik dalam bahasa Inggris "bleating" yang sama sekali tidak memiliki kesamaan dengan suara kambing.

Demikianlah, dugaan etimologi kata language, lingua atau pun dnghu- sebagai kata yang berasal dari Nusantara menunjukkan fakta yang lebih mendekati jika ditinjau secara fonetis, dan berkesan lebih primitif secara historis - memperlihatkan nilai yang jauh lebih kuno dan lebih mendasar jika dibandingkan dengan etimologi yang berkembang selama ini dalam pemahaman ilmuwan barat. 

Ini semestinya dapat menjadi pertimbangan serius bagi pendapat sanggahan yang mungkin akan timbul, yang ingin mengasumsikan keberadaan kata lenguh dalam bahasa Indonesia dan lingua' dalam bahasa tae' sebagai hasil serapan setelah kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara.

Walaupun kata Lenguh ataupun lingua' terinspirasi dari suara lembu atau kerbau, namun ini tidak bisa dilihat sebagai bentuk kebenaran dari "Teori Kontinuitas," yang mana teori ini dibangun di atas gagasan bahwa bahasa menunjukkan begitu banyak kompleksitas sehingga orang tidak dapat membayangkannya muncul begitu saja dari ketiadaan dalam bentuk akhirnya; karena itu ia harus berevolusi dari sistem pra-linguistik sebelumnya di antara leluhur primata kita (James R. Hurford; Michael Studdert-Kennedy; Chris Knight, eds. Approaches to the evolution of language... - Cambridge University Press, 1998.)

Adapun "Teori diskontinuitas" mengambil pendekatan sebaliknya - bahasa tidak dapat dibandingkan dengan apa pun yang ditemukan di antara non-manusia, pasti muncul secara tiba-tiba selama evolusi manusia. Noam Chomsky adalah pendukung terkemuka teori ini. 

Secara pribadi, dalam lingkup pembahasan "asal bahasa" saya sepenuhnya sepakat dengan "Teori diskontinuitas" ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun