Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyebutan Palung Filipina (Philippine Trench) di dalam Naskah I La Galigo (Seri Analisa Filologi Naskah I La Galigo - 1)

2 Februari 2019   16:03 Diperbarui: 2 Februari 2019   16:12 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Tondo, dibuat oleh Francisco Xavier de Herrera lo Grab untuk Survei Tanah Manila, Tahun 1819. (Sumber: https://en.wikipedia.org)

Kami juga menduga bahwa suku kata da- di depan da-vao merupakan bentuk yang sama dengan "da" dalam bahasa Portugis, atau "da" / "de la" dalam bahasa Spanyol. Dugaan ini dapat dimungkinkan dengan mempertimbangkan bahwa Filipina adalah merupakan bekas jajahan Spanyol di masa lalu.

Sayangnya, pada Wikipedia kami mendapatkan etimologi Davao dijelaskan sebagai nama yang asal usulnya berasal dari Bagobo, yakni penduduk Asli Filipina. Dijelaskan bahwa kata Davao berasal dari campuran fonetik dari tiga nama subkelompok Bagobo yang bermukim pada sungai Davao.

Penduduk asli Obos yang mendiami daerah pedalaman wilayah itu, menyebut sungai "davah" (dengan akhir yang lembut, meskipun kemudian pengucapannya dengan huruf v atau b); kelompok Clatta (atau Giangan/Diangan) menyebutnya Dawaw, dan kelompok Tagabawas menyebutnya Dabo.

Penjelasan Etimologi yang tidak spesifik sebenarnya, karena jika dicermati, nama Davao dimaksudkan sebagai berasal dari nama sungai yang melintasi wilayah tiga subkelompok penduduk asli Filipina tersebut -- dengan demikian, jika dihadapkan pada teori Wilhelm von Humboldt : "...Suara-suara tidak menjadi kata-kata sampai sebuah makna dimasukkan ke dalamnya, dan makna ini mewujudkan pemikiran suatu komunitas." Maka bisa dikatakan bentuk penjelasan etimologi tersebut belumlah menyentuh makna mendasarnya.

Sementara itu, pertimbangan kami bahwa kalimat "...lubang tempat air samudera terjun ke bawah," merujuk pada palung Filipina, didasari pemahaman bahwa topografi palung ini merupakan parit bawah laut yang memiliki kedalaman hingga mencapai 10.540 meter, panjang sekitar 1.320 kilometer, dan lebar sekitar 30 km. (Deschamps, A.; Lallemand, S. (2003). "Geodynamic setting of Izu-Bonin-Mariana boninites". In Larter, R.D.; Leat, P.T. Intra-Oceanic Subduction Systems: Tectonic and Magmatic Processes. Geological Society, London, Special Publications. 219. pp. 163--185.)

Dengan topografi bawah laut yang demikian, dan dengan keberadaan Indonesia Throughflow; yakni arus laut yang bergerak dari samudera pasifik ke Samudera Hindia, disebabkan topografi permukaan laut yang lebih tinggi di Pasifik barat dari pada di Samudera Hindia - menggerakkan air dari pasifik utara melalui rute barat selat Makassar untuk langsung keluar melalui selat Lombok atau mengalir ke timur menuju laut Banda, maka rasanya dapatlah kita memahami mengapa naskah I La Galigo mengilustrasikannya dengan kalimat "...lubang tempat air samudera terjun ke bawah." --bahwa tentulah arus laut lintas Indonesia ini yang dimaksudkan sebagai yang "...terjun ke bawah."

 

Illustrasi Indonesian Throughfow. Sumber: jamstec.go.jp
Illustrasi Indonesian Throughfow. Sumber: jamstec.go.jp
Yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana proses orang-orang di zaman Naskah I La Galigo ditulis, dapat mengetahui bahwa di dasar laut tersebut terdapat palung. Yang dapat kita bayangkan tentulah orang-orang di masa itu telah terbiasa menyelam di wilayah palung tersebut.

Besar kemungkinan bahwa orang-orang Bajaulah pelaku penyelaman tersebut. Yang oleh Hui-lin  seorang leksikografer Buddhis dari Dinasty Tang, yang hidup sekitar tahun 649 M, membahas orang bajau dalam tulisannya:. "...Mereka adalah orang-orang barbar di pulau-pulau besar dan kecil, dari Laut Selatan (...) Mereka juga disebutkan unggul ketika mereka masuk ke air, karena mereka dapat tetap di sana sepanjang hari dan tidak mati" (Ketahanan di dalam air semacam ini sangat tepat dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang Bajau).

Kutipan selanjutnya yang penting untuk dibahas, dan kami anggap memang memiliki korelasi dengan analisa dia atas, adalah kalimat: "Kedua anak yatim puatu mengembara keliling dalam hutan belantara di Tompo'tikka. Tibalah mereka pada suatu sungai besar, yang memisahkan negerinya dari kerajaan Wewangriu', akan tetapi sungai itu terlampau lebar untuk dapat diseberangi oleh mereka..."

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)

Dalam kalimat ini disebutkan adanya sungai besar yang membatasi dua kerajaan yaitu antara Tompo'tikka dan Wewangriu'. Dengan mengasumsikan bahwa pao jengki adalah Davao dan lubang dibawah bawah laut yang dimaksud pada pada kalimat sebelumnya adalah palung/parit Filipina, maka selanjutnya kami mengasumsikan bahwa kedua wilayah kerajaan (Tompo'tikka dan Wewangriu') tentulah berada di dalam wilayah pulau Mindanao itu. Secara kebetulan terdapat beberapa sungai besar di Pulau Mindanao, seperti: 

1. Rio Grande de Mindanao
juga dikenal sebagai Sungai Mindanao. Membentang sepanjang sekitar 373 kilometer (atau 232 mil), berfungsi sebagai arteri transportasi penting di pulau itu. 

(sumber: https://triptheislands.com/)
(sumber: https://triptheislands.com/)

2. Sungai Agusan
Adalah sungai terpanjang ketiga di negara itu. Dari tenggara pulau, mengalir ke utara sejauh 350 kilometer untuk memasuki Teluk Butuan di Laut Bohol. Sungai melewati sejumlah komunitas termasuk Buenavista, Butuan dan Cabadbaran. dan mendukung kawasan hutan utama di Agusan.

(sumber: https://triptheislands.com/)
(sumber: https://triptheislands.com/)
3. Sungai Pulangi
Adalah sistem sungai yang luas di Bukidnon dan merupakan salah satu anak sungai Rio Grande de Mindanao. Itu berjalan melalui panjang 320 kilometer, berliku melalui Dataran Maapag di Kota Valencia dan banyak kota lainnya dari sumbernya di Barangay Kalabugao, Impasugong, Bukidnon. Sumber lainnya adalah Gunung Kalatungan, Pegunungan Kitanglad dan Gunung Dulang-dulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun