Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyebutan Palung Filipina (Philippine Trench) di dalam Naskah I La Galigo (Seri Analisa Filologi Naskah I La Galigo - 1)

2 Februari 2019   16:03 Diperbarui: 2 Februari 2019   16:12 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Indonesian Throughfow. Sumber: jamstec.go.jp

Caldwell (The Journal of Southeast Asian Studies, 30 (2), 1999 : 380-81) juga tidak seberapa percaya ... "the possibility of seeking in these texts a credible picture of Bugis civilization (...) in the times before reliably established texts become available".  Namun, selanjutnya dia tulis: "In setting out his interpretation clearly and in detail, Pelras has provided a valuable service to scholars who do not agree with him, by providing a number of testable hypotheses, which he hopes archeologists will address" (...)

Demikianlah beberapa catatan Pelras terkait keberatan yang dialamatkan beberapa pihak terhadapnya, karena menggunakan I La Galigo sebagai bahan rujukan historis.

Di tempat lain, pandangan kritis mengenai studi naskah I La Galigo dapat kita temukan dalam artikel "Negeri Besi: Tafsir Historis Leluhur Masyarakat Kompleks di Sulawesi Selatan" (Ian Caldwell, David Bulbeck). Dalam artikel ini, Ian Cadwell mengatakan: 

"[Menggunakan teks La Galigo sebagai bahan sejarah] akan membutuhkan metodologi yang berbeda dari yang digunakan untuk catatan genealogi atau toponim, dan, dengan membandingkannya dengan kajian tentang epik-epik Yunani kuno, prospeknya tidak begitu menjanjikan.

Finlay (1964) memaparkan masalah-masalah besar dalam mencoba menggunakan catatan Iliad tentang perang Troya untuk menjelaskan hancurnya Troya VIIa." (Caldwell 1995: 418, catatan kaki 47.)

Lebih lanjut dalam Artikel tersebut Cadwell dan Bulbeck mengatakan: Menafsir bahan-bahan dari La Galigo harus dimulai dengan melihat La Galigo sebagai "komposisi lisan" seperti yang diperlihatkan Koolhof (Koolhof 1992). Keahlian yang dibutuhkan untuk kerja ini tidak berasal dari ilmu sejarah tetapi dari kajian khusus sastra epik yang digubah secara lisan (mis. Lord 1960). (...)

Argumen ini ditarik dari studi syair epik Eropa, seperti Nibelungenlied (Thomas 1995), Chanson de Roland (Brault 1978) dan Iliad (Mueller 1984), yang telah dievaluasi secara hati-hati dengan bantuan catatan arkeologis dan  sejarah, serta melewati uji internal yang ketat. Kajian terhadap epik-epik ini dan karya non-Eropa sejenis telah memperlihatkan bahwa komposisi teks-teks semacam ini dalam sebuah "pemilahan" kandungan teks yang bersifat informasi.

Meskipun plot secara keseluruhan tetap konsisten - umumnya terdapat konsistensi mengagumkan dalam hal struktur dan hubungan personal - para penggubah menggunakan beragam formula dan alat linguistik lain untuk menuturkan cerita.

Maka seseorang, benda atau praktik dari satu periode dapat muncul berdampingan dengan individu, benda dan praktik dari masa yang benar-benar berbeda, dalam hubungan yang bersifat kausalitas maupun temporal. Hasilnya adalah, kecuali kita tahu, dari sumber historis tertentu, kita kemungkinan besar akan disesatkan oleh teks yang kelihatan utuh.

Fakta menyebutkan bahwa kita hanya bisa menilai kebenaran sebuah epik lisan dengan bantuan sumber-sumber lain, dan ini menurut Mackhight (1993: catatan kaki 107) adalah sebuah paradoks, bahwa seseoarng hanya bisa tahu mana yang benar bila dia telah mengetahuinya dari sumber lain. Jika memperhatikan metode yang digunakan, kita akan sepakat dengan Macknight (1993:35) bahwa 'konsep "Zaman Galigo" harus dilawan dengan ketat.' (...) 

Demikianlah kurang lebih, Ikhtisar yang dapat kami urai terkait polemik yang berlangsung dalam khazanah penelitian naskah I La Galigo sejauh ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun