Mohon tunggu...
Muhammad Fadly
Muhammad Fadly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta Program Studi Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Fenomena Hypebeast dan Jean Baudrillard

11 Mei 2022   23:40 Diperbarui: 11 Mei 2022   23:47 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Baudrillard menyimpulkan bahwa keadaan yang terjadi pada masyarakat konsumer pada saat ini dikendalikan dan diatur oleh para pemilik modal. Para pemilik modal "mengendalikan" masyarakat dengan berkampanye secara besar-besaran gaya hidup mewah dan prestise. 

Mereka memanfaatkan kondisi ini untuk memasarkan produk mereka seluas-luasnya ke seluruh dunia. Yang nantinya membuat orang-orang berlomba-lomba untuk membeli produk mereka yang tergolong tak masuk akal, namun dapat memberikan suatu simbol yang digunakan untuk melambangkan status sosial dari pemakainya.

            Sama halnya dengan teori-teori lainnya dalam ilmu sosial, teori konsumsi dari Jean Baudrillard tidak luput dari kritik. Karena suatu kritik dalam ilmu sosial merupakan suatu bagian dari proses sebuah teori yang diaharapkan dapat berkembang menjadi sebuah sintesis baru.

  • Jean Baudrillard dikritik karena dinilai tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena di satu sisi ia sangat kritis terhadap teori-teori sosiologi yang membuatnya cenderung mengkategorikan teori-teorinya sebagai teori sosial, dan bukan sebagai teori sosiologi. Namun di sisi lain, analisanya dalam teori konsumsi banyak bermuatan konsep-konsep dan teori sosiologi. Dan juga Baudrillard masih sering terlihat melakukan analisa sosiologis seperti menganalisa ketimpangan, dan stratifikasi sosial.
  • Kritik selanjutnya adalah biasnya Baudrillard mengenai prioritas. Apakah konsumsi lebih penting dibandingkan dengan produksi atau sebaliknya. Dalam teori konsumsinya, Baudrillard sering menekankan pentingnya konsumsi dibandingkan produksi. Akan tetapi, ia masih sering terlihat adanya logika yang tetap menekankan pentingnya produksi daripada konsumsi.
  • Selain itu, gaya penulisan Baudrillard juga dinilai sangat hiperbola dan deklaratif. Yang seringkali kurang bertahan dalam melakukan analisis sitematis.

Istilah hypebeast sendiri erat kaitannya dengan dunia fashion yang sering digaungkan oleh kaum muda. Arti dari istilah hypebeast sendiri berdasarkan dari kata hype yang diartikan sebagai sesuatu ang sedang tren atau kekinian. Sementara beast berasal dair kata untuk menyebut seorang yang terobsesi akan sesuatu, termasuk fashion.

Berdasarkan Urban Dictionary, ada dua pengertian hypebeast. Pertama, hypebeast mengacu pada anak muda yang mengoleksi pakaian, sepatu, dan aksesiru demi terlihat keren di depan orang lain. Kedua, hypebeast diartikan bagi mereka yang terobsesi (beast) dengan segala sesuatu yang kekinian (hype). Hypebeast sendiri berakar dari budaya streetwear.

Bagi kaum hypebeast, penampilan adalah segalanya. Mereka akan selalu berusaha memaksimalkan penampilan demi mencuri perhatian orang di sekitarnya. Salah satu caranya adalah tampil dengan outfit branded dari kepala hingga ujung kaki. Mereka rela membelanjakan uangnya demi pakaian ketimbang hal lainnya. Barang-barang yang mereka beli dan koleksi pun tergolong tidak murah.

Para kaum hypebeast terobses dengan jumlah likes pada akun media sosialnya yang memposting berbagai macam barang-barang fashion yang kekinian. Mereka tidak peduli dimanapun mereka berada, asalkan berpenampilan semenarik mungkin . Biasanya seorang hypebeast akan mendapatkan kepuasan tersendiri jika sudah menggunakan brand ternama walaupun belum tentu ukuran dan tampilannya cocok dibadannya.

Fenomena hypebeast yang mengedepankan tampilan akan simbol-simbol yang dikonsumsi para pemakainya, sejalan dengan pemikiran Jean Baudrillard tentang kaum konsumerisme. 

Baudrillard mengatakan pada masa kini logika konsumsi masyarakat bukan lagi berdasarkan use value atau exchange value melainkan hadir nilai baru yang disebut symbolic value". 

Hal ini berarti seseorang atau individu tidak lagi mengkonsumsi atau menggunakan sautu objek berdasarkan nilai tukar dan nilai guna dari suatu objek tersebut. Tetapi seseorang mengkonsumsi suatu objek berdasarkan nilai tanda atau simbol yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi.

Selain itu hypebeast juga merupakan budaya yang berkembang awal di Barat lalu masuk melaui arus globalisasi ke Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Baudrillard tentang arus globalisais yang menjadi salah satu penyebab adanya perubahan pola pikir masyarkat. Arus globalisai merubah masyarakat modern perkotaan melalui media yang membuat mereka berperilaku seragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun