Perkembangan Nilai Budaya
    Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. (Ardian, 2013). Nilai nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya yaitu (1). Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas); (2) Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut; dan (3) Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
    Nilai-nilai budaya yang berlaku di sekolah ini, akan membentuk sistem budaya yang merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep – konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri. Nilai – nilai budaya ini bersifat umum, luas dan tak konkret, maka nilai–nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilainilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat.
    Pendidikan yang merupakan media pewarisan, transformisi, transfer of value, atau alat yang penting dalam fungsinya mewariskan nilai ini, menjadi sangat sulit posisinya, karena sesuatu "nilai budaya" yang ingin diwariskan ini justru dalam posisi yang transisi adanya. ' Maka istilah terhimpit tersebut merupakan posisi yang benar·benar sulit bagi Negara Nasionaltermasuk Indonesia adanya. Dan tentu saja sistem Pendidikan Nasional itu sendiri menjadi sulit juga. '
Perkembangan Seni
Â
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan hisup manusia. Malalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipt) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
Dengan memperhatikan alasan-alasan diatas maka sudah seyogianya jika dunia seni dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur  dan terprogram. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan. Disinilah timbulnya masalah pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah –sekolah saat ini menduduki kelas dua. Aktivitas kesenian mempunyai andil yang cukup besar dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya (tujuan pendidikan). Secara khusus kesenian dapat mengembangkan domain / aspek afektif dari peserta didik.
Dunia seni telah mengalami perkembangan yang pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Keadaan seperti ini, sudah barang tentu akan menimbulkan masalah baru dalam bidang pendidikan. Jika seni dikembangkan melalui sistem pendidikan, maka permasalahan baru akan muncul antara lain ketersediaan sarana dan prasarana serta ketenagaan kesenian di lembaga pendidikan (seperti sekolah).
Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak termasuk ebtanas, disamping juga sulit menyediakan  tenaga pendidiknya. Lagi pula sarana penunjang umumnya tidak tersedia secara memadai karena mahal.
Laju Pertumbuhan PendudukÂ