A. Masalah-masalah Pokok Pendidikan di Indonesia
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem, pendidikan tidak mempunyai arti apaapa. Jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem social budaya sebagai suprasikstem tersebut dimana system pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi yang sedemikian rupa. Sehingga permasalahan intern system pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan intern dalam system pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar system pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya.
Pada dasarnya, setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif tentunya merupakan sebuah harapan yang diinginkan oleh setiap manusia. Dan dampak negatif adalah sesuatu yang dapat menimbulkan masalah bagi kehidupan manusia. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, penerapan pendidikan yang berjalan secara tidak baik akan menimbulkan dampak negatif. Hal ini  merupakan penghambat bagi suatu proses kelancaran dalam proses belajar mengajar. Dan peristiwa ini banyak terjadi di dalam dunia pendidikan formal. Permasalahan demi permasalahan pendidikan di Indonesia dituai tiap tahunnya.
Permasalahan pun muncul mulai dari aras input, proses, sampai output. Ketiga aras ini sejatinya saling terkait satu sama lain. Input mempengaruhi keberlanjutan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran pun turut mempengaruhi hasil output. Seterusnya, output akan kembali berlanjut ke input dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi atau masuk ke dalam dunia kerja, dimana teori mulai dipraktekkan. (Megawanti, 2012).
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini yaitu:
Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat.
  Jadi dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program program pendidikan di negara Indonesia. Adapun masalah yang rumit dalam dunia pendidikan seperti; pemerataan, mutu dan relevansi, dan efisiensi dan efektifitas. Setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya masalah tersebut adalah IPTEK, laju pertumbuhan penduduk, kelemahan tenaga pengajar dalam menangani tugas yang dihadapinya, serta ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan di Indonesia
Â
Perkembangan Nilai Budaya dan SeniÂ
Perkembangan Nilai Budaya
    Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. (Ardian, 2013). Nilai nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya yaitu (1). Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas); (2) Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut; dan (3) Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
    Nilai-nilai budaya yang berlaku di sekolah ini, akan membentuk sistem budaya yang merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep – konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri. Nilai – nilai budaya ini bersifat umum, luas dan tak konkret, maka nilai–nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilainilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat.
    Pendidikan yang merupakan media pewarisan, transformisi, transfer of value, atau alat yang penting dalam fungsinya mewariskan nilai ini, menjadi sangat sulit posisinya, karena sesuatu "nilai budaya" yang ingin diwariskan ini justru dalam posisi yang transisi adanya. ' Maka istilah terhimpit tersebut merupakan posisi yang benar·benar sulit bagi Negara Nasionaltermasuk Indonesia adanya. Dan tentu saja sistem Pendidikan Nasional itu sendiri menjadi sulit juga. '
Perkembangan Seni
Â
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan hisup manusia. Malalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipt) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
Dengan memperhatikan alasan-alasan diatas maka sudah seyogianya jika dunia seni dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur  dan terprogram. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan. Disinilah timbulnya masalah pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah –sekolah saat ini menduduki kelas dua. Aktivitas kesenian mempunyai andil yang cukup besar dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya (tujuan pendidikan). Secara khusus kesenian dapat mengembangkan domain / aspek afektif dari peserta didik.
Dunia seni telah mengalami perkembangan yang pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Keadaan seperti ini, sudah barang tentu akan menimbulkan masalah baru dalam bidang pendidikan. Jika seni dikembangkan melalui sistem pendidikan, maka permasalahan baru akan muncul antara lain ketersediaan sarana dan prasarana serta ketenagaan kesenian di lembaga pendidikan (seperti sekolah).
Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak termasuk ebtanas, disamping juga sulit menyediakan  tenaga pendidiknya. Lagi pula sarana penunjang umumnya tidak tersedia secara memadai karena mahal.
Laju Pertumbuhan PendudukÂ
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) Gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut: Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun labih cvepat yaitu sebesar  4.5 % dari turunnya tinggi kelahiran, yait6u sebesar 3,5 %. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur  penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana pendidikan serta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah. Dan juga terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekolah dasar. Jika daya tampung suatu sekolah tidak memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan pendidikan. Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pendidikan tidak akan dapat dicapai dengan baik. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke perguruan tinggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan nonformal.
Â
Penyebaran Penduduk
           Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air  tidak merata. Ada daerah yang dapat penduduk, terutama dikota-kota besar dan daerah yang padat penduduk, terutama dikotakota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu didaerah pedalaman khususnya didaerah terpencil yang berlokasi dipegunungan dan pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru. Disamping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pols yang static (di kota padat, di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terusw menerus terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan perencanaan penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran kerja yang seharunya menjadi acuan dalam pengadaan acuan dalam pengadaan tenaga kerja.
Aspirasi MasyarakatÂ
Dalam dua warsa terakhir ini, aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga social. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut? Gejala yang timbul ialah membanjinya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam penidikan nonformal. Kecendrungan aspirasi masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun sudah terlihat. Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih menjamin memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap atau akan meningkatkan status sosial mereka.
         Peningkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini akan mengakibatkan anak-anak (juga remaja dan dewasa) akan menyerbut dan membanjiri sekolah (lembaga pendidikan). Kondisi seperti ini akan menimbulkan berbagai masalah seperti sistem seleksi siswa / mahasiswa baru, ratio guru-ssiwa, waktu belajar, permasalahan akan terus berkembang karena saling kait seperti yang telah dikemukakan pada Bab terdahulu.
Keterbelakang Budaya dan Sarana KehidupanÂ
Keterbelakang budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarkat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya, kebudayaanya dipadang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar bukan harus menilainya hanya melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Â Dan bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hali ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sebagai system pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika system pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan. Keadaan seperti ini, sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi pendidikan. Masyarakat kita yang umumnya berada didaerah terpencil, yang ekonominya lemah dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Keadaan seperti ini, sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi pendidikan , permasalahannya antara lain bagaimana menyadarkan mereka akan keterbelakangan/ketinggalannya bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan dengan lebih baik, khususnya bagaimana sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut.
Â
C. Permasalahan Atual Pendidikan dan Penaggulangannya
Â
Permasalahan Aktual Pendidikan di IndonesiaÂ
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat dari proses pendidikan. Permasalahan aktual berupa kesenjangan –kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi. Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalahmasalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan. Dahulu sebuah sekoplah sudah dapat beroperasi jika ada murid , guru,dan ruangan tempat belajar dengan beberapa sarana seperlunya. Guru merupakan satu-satunya sumber , ia menjadi pusat tempat bertanya. Tugas guru memberikan ilmu pengetahuan kepada murid. Cara demikian dipandang sudah memadai karena ilmu pengetahuan guru dalam berkembang. Cakupannya masih terbatas.
Â
Guru mendudukan dirinya hanya sebagai bagian dari sumber belajar. Beraneka ragam sumber belajar yang hanya justru dapat ditemukan diluar diri guru seperti perpustakaan, taman bacaan, museum, toko buku, berbagai  media massa, lembaga-lembaga sosial, orang-orang pintar, kebun binatang, alam dan lingkungan sekitar, dan lain-lain. Sebagaimana Comenius pernah mengingatkan bahwa alam ini adalah buku besar yang sangat lengkap isinya.
Â
Masalah Pendidikan Dasar 9 TahunÂ
Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasa; 6 menyatakan tentang hak warga negara untuk mengikuti pendidikan sekurangkurangnya tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar, Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan 6 tahun di SD dan program  pendidikan 3 tahundo SLTP, pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggita masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Â
Â
Upaya PenanggulanganÂ
Beberpa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah aktual seperti telah dikemukakan pada butir 1, anatara lain sebagai berikut:Â
Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara insidental.
Pelaksanaan Ko dan ekstrakulikuler dipekerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.
Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di perguruan tinggi.
Oleh karena itu perlu disusun rancangan yang mantap untuk itu. Misalnya anatara lain sekolah menengah kejuruan tingkat atas diperbanayak denagn berbagai jenisnya . di segi lain pendirian perguruan tinggi swasta dibatasi dan akreditasi terhadap PTS diperketat.
Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberi perhatian khusus, oleh karena tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembanguanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H