Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Yakinkah Masbro Ahok Akan Menang Pilgub DKI 2017?

9 Maret 2016   23:56 Diperbarui: 10 Maret 2016   19:30 8662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: beritadaerah.co.id"][/caption]Seminggu lebih nggak masuk Kompasiana kecuali hanya sesekali memantau, ternyata kaget juga dengan perubahan yang ada. Ada warna yang mencolok di Kompasiana khususnya dalam 2 hari terakhir. Terasa seperti sudah masuk musim kampanye Pilgub DKI. Hahahay...

Selain itu juga gw liat dalam dua hari ini ada beberapa penulis-penulis baru yang menonjol dan bisa menghasilkan hit tinggi. Gw kurang ngeh itu penulis-penulis muda sudah lama bergabung dan gw nya yang nggak merhatiin ataukah memang mereka baru bergabung. Lumayan-lumayanlah tulisan mereka.

Jadi masbro, sebenarnya dua hari yang lalu gw pengen bikin artikel ketika Ahok memutuskan memilih jalur independen menuju DKI 1 tahun 2017. Gw terkejut dengan keberaniannya. Kalau gw pikir sih itu nekat dan mungkin juga merupakan Blunder.

Pilgub DKI 2017 seperti yang gw tulis sebelum-sebelumnya memang sangat-sangat menarik. Gw aja yang sudah tergusur dari Jekardah sejak beberapa tahun lalu juga masih merasa warga Jakarta dan pengen nimbrung kok. Hahaha.

Okelah masbro, gw ikut-ikutan bahas Pilgub DKI ini yaa. Tapi yang pasti sudut pandang gw berbeda dari kawan-kawan yang terlihat sedang dalam euphoria menyambut Ahok yang sudah pasti melaju dalam jalur independen.

MEMILIH JALUR INDEPENDEN ADALAH BLUNDER DARI AHOK

Pada tulisan-tulisan sebelumnya gw berharap Ahok mendekati PDIP dan meminta dukungannya untuk Pilgub DKI 2017. Bukan apa-apa, Ahok dengan PDIP cukup dekat hubungannya. Sejak zaman Jokowi jadi gubernur hingga Djarot jadi Wagub adalah bukti kedekatan Ahok dengan PDIP.

Andai saja Ahok mau sedikit bersabar tentu PDIP akan memberi restunya pada Ahok. PDIP punya mekanisme sendiri dalam menghadapi sebuah Pilkada. Ahok bukan kader PDIP dan ini membutuhkan trik khusus agar PDIP bisa mengusung Ahok. Dan gw yakin trik itu sedang dicari oleh PDIP. Sayangnya Ahok tidak sabar. Atau mungkin malah Ahok terlalu ditekan oleh Teman Ahok sehingga mengambil langkah duluan dan memastikan dirinya maju lewat jalur independen.

Mungkin Ahok, Teman Ahok dan banyak tokoh pendukung Ahok di belakang layar sudah mempertimbangkan segalanya untuk jalur independen tetapi menurut gw jalur ini sangat-sangat berat dan berliku. Jalur ini juga sangat beresiko karena ini Pilgub DKI bukan pilgub daerah-daerah kecil. Pilgub DKI adalah pertarungan tingkat tinggi antar politisi nasional berikut juga antar elit-elit atas parpol.

Maju dari jalur Independen dan mendeklarasikan  diri sejak awal membuat Ahok berdiri di suatu posisi yang jauh dari lingkaran elit-elit  parpol. Sengaja atau tidak sengaja, Ahok sudah melemparkan tantangan kepada parpol-parpol yang ada untuk bersaing menuju DKI 1.

Semua partai punya kepentingan di DKI Jakarta. Semua partai ingin sendirian atau bersama-sama menguasai Jakarta. Mereka tidak akan mungkin menyerahkan Jakarta kepada seseorang yang hanya didukung oleh 1-2 ormas. Ini  rumus yang tidak bisa dirubah begitu saja. Ini adalah keniscayaan.

Sengaja atau tidak sengaja, Ahok telah menantang semua Parpol kecuali Nasdem untuk bertarung dengan dirinya di Pilgub DKI 2017. Kondisi ini  berpotensi membuat Ahok akan menjadi Public Enemy. Ini akan berat sekali. Ini akan kompleks sekali  kontestasinya.

Berandai-andai Ahok bisa menang di Pilgub DKI 2017, ancaman selanjutnya tidak akan mereda.  Ahok akan bertanding melawan DPRD DKI lagi. Sesempurnanya jalan Ahok memimpin Jakarta pasti akan ada celah yang bisa dimanfaatkan DPRD DKI untuk melengserkannya lewat Interpelasi, Angket dan lainnya.

Bagaimanapun juga Parpol adalah soko guru demokrasi. Sejak Indonesia belum merdeka yang menggerakan demokrasi kita adalah partai. Kita tidak mungkin berdemokrasi tanpa partai. Negara maju seperti Amerika dan lainnya juga masih memiliki partai sebagai unsur demokrasinya.

Siapapun orangnya, sehebat apapun orangnya untuk memimpin sebuah daerah membutuhkan dukungan politik yang memadai. Dalam hal ini adalah parpol. Apalagi ini propinsi utama Indonesia. Tempat kekuasaan berada dan tempat uang besar berputar.

Gw sebenarnya juga nggak suka dengan parpol-parpol yang ada saat ini. Tentu saja ketidak-sukaan gw sebenarnya pada elit-elitnya bukan pada parpolnya. Tujuan didirikan semua parpol adalah mulia. Jadi tidak bisa dipukul rata bahwa semua elit parpol brengsek. Banyak kader parpol yang bermoral, mementingkan rakyatnya dan berprestasi. Itulah yang membuat gw menyimpulkan ide deparpolisasi itu Ide yang tidak masuk akal.

GW PESIMIS AHOK BISA MENANG

Yang ditantang Ahok bukan hanya PDIP, masbro. Sebelumnya Ahok sudah berseberangan dengan Gerindra, PKS dan PPP.  Ahok juga tidak akrab dengan Demokrat dan Golkar. Dan terakhir Ahok sepertinya menantang PDIP yang memenangkan Pemilu Legislatif DKI.

Yang terbaca kemudian, Pilgub DKI nanti PDIP akan menurunkan kader terbaiknya. Kemungkinan besar Wagub  Djarot yang diadu dengan Ahok. Bisa juga Ganjar Pranowo yang dihadirkan ke Jakarta bila memang PDIP sudah yakin Jateng tidak akan bermasalah bila ditinggal Ganjar.

Dari Gerindra dan PKS juga akan menurunkan Jagonya. Kemungkinan besar Yusril-Sandiaga. Kalau untuk Ahmad Dani, Adhyaksa Dault dan lainnya sepertinya tidak akan diajukan oleh Gerindra dan PKS sebagai partai yang memiliki massa terbanyak di DKI selain PDIP.

Bila kemudian terjadi 3 pasang Cagub yang bertanding dimana Ahok lewat independen sementara 2 pasangan lainnya lewat Parpol kemungkinan besar akan terjadi dua putaran. Sampai di sini dua lawan Ahok akan bersatu dan kemungkinan besar akan mampu mengalahkan Ahok. Ini perkiraan kasarnya. Secara detail tentu saja harus dihitung lagi.

BASIS KEKUATAN AHOK VS BASIS KEKUATAN PARPOL

Bila ingin menang tentu harus mampu menghitung basis kekuatan sendiri maupun kekuatan lawan. Dan untuk Ahok basis kekuatannya adalah Teman Ahok dan para relawan. Berapa banyak jumlahnya? Inilah yang tidak bisa kita ketahui banyaknya. Jumlah KTP yang sudah dikumpulkan Teman Ahok hingga minggu lalu adalah 770 ribu KTP.

Dari 770 ribu KTP itu apakah semuanya non partisan? Jangan sampai dari 770 ribu KTP itu sebagian besarnya milik Kader PDIP maupun milik kader  partai lain. Bila memang demikian maka harus dianggap KTP untuk Ahok dari non partisan sekitar 500 ribu KTP.  Dan bila digenjot setahun ke depan mungkin bisa mencapai 1 juta KTP (1 juta pemilih).

Bagaimana cara menambah angka 1 juta itu agar Ahok bisa menang? Inilah yang sulit. Ahok itu tidak punya charisma ke masyarakat akar rumput. Ahok popular tetapi  tidak mengakar ke masyarakat akar rumput tidak seperti Jokowi atau Tri Rismaharini di Surabaya.

Mereka mungkin suka Ahok tetapi tidak punya ikatan batin. Ahok tidak merakyat sehingga mereka akan mudah dibelokkan pilihannya bila kampanye-kampanye parpol lebih efektif dari kampanye tim sukses Ahok. Mereka ini  bisa disebut Swing Voter.

Faktor lainnya adalah Agama. Ini krusial dan tidak bisa dibilang SARA. Bagaimanapun di luar track record dan prestasi, masyarakat non muslim akan dengan senang hati memilih Ahok. Tidak bisa disalahkan seperti itu. Begitu juga sebaliknya warga Muslim akan lebih memilih Calon Muslim dibanding Ahok.  Ini juga tidak bisa disalahkan. Dan Ahok pasti kalah tipis dalam faktor ini.

Kemudian faktor Primordial dimana suku paling dominan adalah suku Jawa dan Betawi. Swing Voter dari suku mayoritas mudah diarahkan oleh para tokoh-tokohnya.  Kalah tokoh pendukung akan membuat Ahok kalah lagi dari sisi ini.

Dan berikutnya adalah Massa Parpol. Jangan Tanya deh soal massa PKS, masbro. Begitu juga dengan massa PDIP dan PPP di Jakarta. Kalau gw perhitungkan 30% penduduk Jakarta adalah basis massa ketiga parpol tersebut.

Dari gambaran itu bisa dilihat menurut gw (sekali lagi menurut gw), Ahok sangat berat sekali untuk dapat menang di Pilgub DKI tanpa dukungan Parpol yang kuat.

NASDEM YANG TIDAK BISA DIPERCAYA

Percayakan Teman Ahok pada Nasdem?  Sebaiknya jangan. Nasdem pada Pilpres 2014 juga bahasanya sama. Mendukung Jokowi tanpa syarat. Dan lihatlah hasilnya ketika Jokowi sudah menjadi Presiden.  4 Menteri/ Pejabat setingkat menteri adalah milik Nasdem.

Pilgub DKI 2017 juga bahasa Nasdem seperti itu.  Mendukung sepenuhnya tanpa syarat. Dan berandai-andai kalau Ahok menang, lihat saja apa tuntutan Nasdem untuk Ahok.  Gw nggak percaya kalau Ahok tidak tahu tentang hal tersebut.  Tetapi mungkin Ahok tidak punya pilihan lain.

Kesimpulannya kemudian, gw hanya garuk-garuk kepala masbro. Hahahaa. Kayaknya sulit sekali buat Ahok untuk berputar arah. Yang bisa kita tunggu ke depan adalah siapa cagub yang akan diusung oleh PDIP dan siapa cagub yang akan diusung oleh Gerindra dan PKS. 

Begitu aja masbro yang mau ditulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun