Intinya  bisa dikatakan  bahwa semua orang pada dasarnya (sejak lahir) memiliki potensi untuk menjadi Bisexual tergantung perbandingan sel X dan sel Y yang dimilikinya. Bila proporsi sel X jauh lebih banyak dari Y maka peluang untuk menjadi Bisex akan sangat kecil begitu juga sebaliknya.
Selanjutnya  setelah subjek tumbuh dan berkembang subjek tersebut  pertama kali  melihat dirinya (misalnya) berbentuk fisik sebagai  Lelaki. Sudah pasti  dia akan lebih tertarik pada sesuatu yang berbeda yaitu fisik wanita.
Kemudian dalam pertumbuhannya subjek akan menerima gambaran kehidupan dari lingkungan  secara stimulatif dan langsung terekam dalam alam bawah sadarnya. Lelaki itu jodohnya wanita. Lelaki itu lebih kuat dari wanita, dan seterusnya dan seterusnya.
Jadi dalam pertumbuhannya selama bertahun-tahun akhirnya subjek akan  memiliki mindset yang  statis dan tertanam dalam bawah sadarnya bahwa dirinya adalah Lelaki yang ditakdirkan berpasangan dengan wanita.  Begitu juga dengan subjek yang sebaliknya. Mindset itulah yang akhirnya menekan perkembangan chromosome yang tidak seharusnya muncul. Kalau dia lelaki maka Chromosom Y dalam DNA nya menjadi pasif. Karakter lelakinya menguat. Begitu pula sebaliknya.
Kesimpulannya kemudian selama tidak ada gangguan stimulasi yang hebat atau terus menerus baik melalui rangsangan fisik maupun lewat audio visual maka karakter jenis kelamin seseorang atau karakter orientasi seseorang tidak mungkin (kecil sekali kemungkinannya) untuk berubah.
Tetapi bila terjadi ada gangguan pada dirinya seperti ada stimulasi yang hebat ataupun rangsangan fisik yang hebat dan terus-menerus maka bisa terjadi karakter seksualitasnya berubah. Bisa menjadi Homoseksual  (Gay atau Lesbi) atau Biseksual.
Gangguan itu bila terjadi pada masa pertumbuhan (remaja) kemungkinan besar subjek akan menjadi Homoseksual (Gay atau Lesbi). Tetapi bila gangguan itu datang pada saat dewasa maka kemungkinannya subjek bisa menjadi Biseksual.
APAKAH LGBT ITU PENYAKIT DAN BENARKAHÂ LGBT ITU MENULAR?
LGBT Itu bukan Penyakit. Dalam jurnal ilmiah Archives of Sexual Behavior oleh para peneliti dari Queen Mary’s School of Biological and Chemical Sciences dan Karolinska Institutet di Stockholm menyimpulkan perilaku homosexual dipenggaruhi oleh 64 % faktor lingkungan , 35% faktor genetika dan 1% penyebab lainnya.
Tetapi disebut juga  dalam artikel tersebut dan banyak literatur bahwa  peluang penularan LGBT dari lingkungan ke seorang subjek mencapai potensi  sebesar 80%  sehingga bisa dikatakan prilaku LGBT memang menular.  Menular bukan melalui Virus tetapi  menular melalui rangsangan simultan dan berantai.
Seorang lelaki yang berada dilingkungan gay berpotensi hingga 80% akan menjadi Gay. Begitu juga sebaliknya untuk Lesbian. Lingkungan tersebutlah  yang akan memberi rangsangan terus menerus dan stimulatif  sehingga akhirnya mengganggu Mindset dari Karakter Seksualitas  subjek.