Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memangnya Kalau Lesbi Pasti Jessica Pembunuhnya?

4 Februari 2016   08:52 Diperbarui: 4 Februari 2016   09:08 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut gw, bokapnya (ayah) Mirna itu terlalu Over-acting.  Menurut gw, pola pikir masyarakat Indonesia  kebanyakan nonton sinetron. Dan menurut gw, Polisi itu nggak (nggak pernah bisa)  professional.  Itu menurut gw loh. Nggak tau deh kalau menurut elo. J.

Jadi sebenarnya ada 3 hal yang mau gw bahas. Yang pertama, mengapa Ayah Mirna semakin lama semakin terkesan Over Acting?  Ada motif apa sebenarnya? Lama-lama gw malah jadi curiga nih sama beliau.Hehehee.  Yang kedua adalah kenapa sih orang-orang menganggap kasus Mirna ini seperti sebuah sinetron,Tanya kenapa. Sepertinya  mutlak harus ada Tokoh yang Jahat dan harus ada Tokoh yang Baik.

Dan satu lagi itu loh. Soal Lesbi. Apakah bisa dipukul rata bahwa seorang Lesbi itu cenderung Psikopat? Siapa yang bisa membuktikan bahwa Lesbi itu identic dengan Possesive dan memiliki kecendrungan untuk menjadi Pembunuh? Sudah ada penelitiannya?

Kasus Pidana Pembunuhan itu harus memenuhi  adanya unsur bukti fisik loh. Harus ada bukti (bekas fisik) bahwa si Pembunuh memang terhubung dengan alat pembunuh. Jadi jangan sampai kita menuduh orang hanya berdasarkan Perasaan kita saja.  Jangan sampai menuduh orang membunuh hanya berdasarkan konon ceritanya  akan seperti itu.

Kayaknya untuk obrolan tentang Ayah Mirna dan soal Lesbi ini akan panjang meskipun sebenarnya kurang begitu penting. kita bahas berikutnya aja ya masbro. Gw mau konsen sama poin ketiga dulu. ini lebih penting soalnya. Cekidot yang satu ini.

BENARKAH POLISI TIDAK PROFESIONAL?

Menurut  para Pakar Kriminilog dari  berbagai Universitas terkenal Kasus Pembunuhan Mirna ini Kasus  Pelik.  Mungkin benar begitu, tetapi menurut gw  seharusnya Pemecahan Kasus itu  tidaklah terlalu sulit.  Kenapa begitu,  karena para Pakar berpikir dengan segala  pertimbangan sesuai keilmuannya. Memang sudah seharusnya begitu.  

Sementara gw adalah masyarakat umum atau tepatnya hanyalah seorang Blogger yang selalu berpikir apa adanya aja.  Berpikir sesuai dengan apa yang dilihat, apa yang didengar, ditambah mau mencari tahu fakta-fakta yang benar-benar sudah ada. Catet masbro, berpikir berdasarkan yang memang  sudah ada. Bukan mengada-adakan yang tidak ada.

Dalam banyak artikel yang gw tulis tentang kasus ini, sudah gw simpulkan  kasus ini memang sulit tetapi bukan berarti tidak bisa dipecahkan. Sebenarnya  pasti  ada (gw yakin) polisi-polisi  yang professional. Sebenarnya cukup banyak fasilitas-fasilitas / alat-alat penyidikan yang dimiliki  polisi. Bila memang dilakukan dengan perlahan dan dengan teliti dari awal gw sangat  yakin kasus ini akan terpecahkan oleh polisi meskipun  dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.

Setelah sebelumnya ada 6 artikel yang gw tulis untuk kasus ini, dalam 5 hari terakhir gw  sengaja berhenti membahasnya. Gw menunggu dan menduga setelah polisi menangkap Jessica  kasus ini akan ada titik terangnya dan tinggal menunggu proses pengadilan.  Sayangnya ternyata tidak seperti itu yang terjadi. Kasus ini masih saja menjadi polemic.

Dalam perjalanan penyidikan kasus,  fakta berbicara  ternyata Kasus ini  malah  terlihat dan terkesan  semakin bertambah  rumit saja. Terjadi lebih banyak perang opini di media. Bertambah para pakar yang berbicara.  Para analis amatir (termasuk gw) mulai  mengeluarkan teori-teori kopi terasinya (konspirasi). Hehehee. (Kenapa jadi semakin ribet begitu ya, masbro?).

Penyebabnya kemungkinan besar  polisi yang menangani kasus ini memang   tidak professional  dengan pekerjaannya.  Banyak kesalahan sejak awal.  Terlalu yakin dengan asumsinya  sejak awal.  Terlalu pede dan menganggap kasus ini  mudah dan bisa selesai dengan cepat.  Akibatnya  kemudian fakta-fakta yang ada ternyata tidak sinkron dengan asumsi semula.  Kebingungan sendiri deh jadinya.

10 hari  setelah hari kejadian polisi sudah membuat statement bahwa polisi sudah menemukan Calon kuat Tersangka. Polisi sudah mengabarkan telah berkordinasi dengan polisi Australia untuk mencari tahu riwayat Korban dan calon tersangka.  Kemudian  2 hari berikutnya polisi sesumbar sudah punya  4 alat bukti dan berjanji  1-2 hari ke depan akan menetapkan Tersangka.  Polisi  juga sudah mengamankan Saksi Kunci (Pembantu Jessica),  Tetapi faktanya, seminggu setelah statement-statement itu keluar  ternyata  polisi tidak juga berani menetapkan Tersangka. Why?

Sejak awal ada satu hal yang membuat banyak orang bingung adalah, Mengapa TKP (Café Olivier) tidak dipasangi Police Line setelah kejadian itu terjadi?  Mengapa Café Bonafit itu buka untuk umum keesokan harinya?

Umumnya penyidikan Kasus Pembunuhan, yang namanya TKP itu harus benar-benar steril sehingga polisi benar-benar mampu  mendapatkan bukti-bukti yang kuat. Jadi  bila TKP sudah dibuka kembali untuk umum, logika yang berlaku  adalah polisi sudah menemukan bukti-bukti yang sangat kuat sehingga tidak perlu lagi  langkah Olah TKP.

Tidak adanya Police Line di TKP itu sudah sangat cocok  dengan pernyataan polisi bahwa sudah ada calon tersangka, sudah ada 4 alat bukti dan sudah mengamankan Saksi Kunci.  Dengan demikian SEHARUSNYA yang terjadi  kemudian adalah POLISI  AKAN MENETAPKAN TERSANGKA PELAKU dan langsung membawanya ke Pengadilan.

Ternyata  tidak demikian saudara-saudara.  Seminggu sesudah statement-statement itu keluar, ternyata polisi masih tidak berani menetapkan Tersangka. Polisi berputar-putar lagi  untuk mencari bukti-bukti awal.  Polisi malah membuka Hot Line untuk menampung informasi dari masyarakat.  Polisi juga kembali ke TKP untuk melakukan penyidikan. Ini membingungkan.

Apa lagi yang bisa dicari polisi di TKP setelah  lebih 3 minggu setelah hari kejadian?  Apa lagi yang diharapkan polisi dengan membuka Hotline?

Tidak salah kemudian akhirnya public mulai meragukan kemampuan polisi. Tidak salah kemudian polisi didesak masyarakat untuk segera menuntaskan pekerjaannya.

Akhirnya,  tepat 25 hari setelah hari  kejadian,  polisi pun  dengan PeDe nya  menetapkan Jessica sebagai Tersangka dilanjutkan  dengan  aksi penangkapan terhadap Jessica di sebuah Hotel di Mangga Dua Jakarta.   SUDAH SELESAIKAH  PENYIDIKAN POLISI  setelah Jessica ditetapkan jadi tersangka dan tinggal tunggu pengadilan?

Ternyata (lagi) tidak saudara-saudara. Jauh dari selesai rupanya penyidikan polisi itu.  4 hari setelah penetapan Tersangka ternyata Polisi masih terus menerus memanggil saksi-saksi.  Kemarin saksi Hani malah masih diperiksa selama 11 jam hingga dini hari (semalam) di kantor polisi. (terlalu)

Polisi  masih tidak berani  menjelaskan apa  4 alat buktinya. Polisi juga tidak berani mempublish rekaman CCTV yang katanya menjadi  Bukti Kunci kasus ini. Dan satu hal yang paling krusial adalah, meskipun Jessica sudah ditetapkan sebagai tersangka tetapi POLISI TIDAK BERANI MEMBERITAHU APA MOTIF PELAKU., Catet masbro.

Di berbagai media dan di media social  yang terjadi  malah  tambah riuh pembicaraan tentang Jessica adalah lesbi berikut cerita-cerita fiktif, cerita  detektiv dan lainnya. Di media-media  yang masuk headline malah perang opini antara Ayah Mirna dengan Pengacara Jessisa.  Kenapa bisa jadi semakin ribet begitu?

Ya mau gimana lagi dengan kondisi begitu  maka akhirnya gw punya kesimpulan untuk ini :

1.Polisi terbukti tidak professional  melakukan Penyidikannya. Atau,

2.Gw akhirnya  jadi Ikut-ikutan Teori Konspirasi, Bisa saja kasus ini sebenarnya sudah selesai penyidikannya tetapi sengaja diulur-ulur oleh polisi  untuk menyita perhatian public. KASUS PENGALIHAN  ISU , masbro.

Saat ini sedang terjadi Perang di DPR dimana  45 orang anggota DPR sedang berusaha membuntungi  kaki dari KPK. UU KPK sedang diodel-odel (apa bahasanya yg benar ya), pokoknya UU KPK sedang diobok-obok oleh   anggota Dewan yang “gila”.

Ya Gila aja, UU KPK masih bagus kok. Prestasi KPK masih bagus kok, apa perlunya direvisi? Banyak UU lain yang jauh lebih penting untuk dibahas tetapi malah UU KPK yang dihajar terus-terusan.  Ada apa ini?  Apa para koruptor sudah berhasil menyusup ke polisi dan meminta polisi membuat  Pengalihan Publik sehingga 45 orang anggota mereka  bebas melakukan aksinya untuk membuntungi kaki dari KPK?

Terlepas dari  Polisi  Memang Tidak Profesional  atau memang ada Gerakan Pengalihan  Isu,  gw berharap gw salah dalam menyimpulkan 2 hal tersebut diatas.  Gw  menunggu semoga  hari ini  atau  1-2 hari kedepan akan ada langkah polisi yang bisa membuktikan bahwa penyidikan mereka sudah benar dan proporsional.  Dengan demikian langkah itu bisa meredakan pembicaraan public yang semakin liar terhadap kasus Mirna, sekaligus membantah tuduhan Polisi sedang melakukan Aksi Pengalihan Isu Publik.

Demikian masbro yang mau ditulis kali ini. Soal ayah Mirna dan Lesbi dibahas ditulisan berikut yak.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun