Menurut gw, bokapnya (ayah) Mirna itu terlalu Over-acting. Menurut gw, pola pikir masyarakat Indonesia kebanyakan nonton sinetron. Dan menurut gw, Polisi itu nggak (nggak pernah bisa) professional. Itu menurut gw loh. Nggak tau deh kalau menurut elo. J.
Jadi sebenarnya ada 3 hal yang mau gw bahas. Yang pertama, mengapa Ayah Mirna semakin lama semakin terkesan Over Acting? Ada motif apa sebenarnya? Lama-lama gw malah jadi curiga nih sama beliau.Hehehee. Yang kedua adalah kenapa sih orang-orang menganggap kasus Mirna ini seperti sebuah sinetron,Tanya kenapa. Sepertinya mutlak harus ada Tokoh yang Jahat dan harus ada Tokoh yang Baik.
Dan satu lagi itu loh. Soal Lesbi. Apakah bisa dipukul rata bahwa seorang Lesbi itu cenderung Psikopat? Siapa yang bisa membuktikan bahwa Lesbi itu identic dengan Possesive dan memiliki kecendrungan untuk menjadi Pembunuh? Sudah ada penelitiannya?
Kasus Pidana Pembunuhan itu harus memenuhi adanya unsur bukti fisik loh. Harus ada bukti (bekas fisik) bahwa si Pembunuh memang terhubung dengan alat pembunuh. Jadi jangan sampai kita menuduh orang hanya berdasarkan Perasaan kita saja. Jangan sampai menuduh orang membunuh hanya berdasarkan konon ceritanya akan seperti itu.
Kayaknya untuk obrolan tentang Ayah Mirna dan soal Lesbi ini akan panjang meskipun sebenarnya kurang begitu penting. kita bahas berikutnya aja ya masbro. Gw mau konsen sama poin ketiga dulu. ini lebih penting soalnya. Cekidot yang satu ini.
BENARKAH POLISI TIDAK PROFESIONAL?
Menurut para Pakar Kriminilog dari berbagai Universitas terkenal Kasus Pembunuhan Mirna ini Kasus Pelik. Mungkin benar begitu, tetapi menurut gw seharusnya Pemecahan Kasus itu tidaklah terlalu sulit. Kenapa begitu, karena para Pakar berpikir dengan segala pertimbangan sesuai keilmuannya. Memang sudah seharusnya begitu.
Sementara gw adalah masyarakat umum atau tepatnya hanyalah seorang Blogger yang selalu berpikir apa adanya aja. Berpikir sesuai dengan apa yang dilihat, apa yang didengar, ditambah mau mencari tahu fakta-fakta yang benar-benar sudah ada. Catet masbro, berpikir berdasarkan yang memang sudah ada. Bukan mengada-adakan yang tidak ada.
Dalam banyak artikel yang gw tulis tentang kasus ini, sudah gw simpulkan kasus ini memang sulit tetapi bukan berarti tidak bisa dipecahkan. Sebenarnya pasti ada (gw yakin) polisi-polisi yang professional. Sebenarnya cukup banyak fasilitas-fasilitas / alat-alat penyidikan yang dimiliki polisi. Bila memang dilakukan dengan perlahan dan dengan teliti dari awal gw sangat yakin kasus ini akan terpecahkan oleh polisi meskipun dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.
Setelah sebelumnya ada 6 artikel yang gw tulis untuk kasus ini, dalam 5 hari terakhir gw sengaja berhenti membahasnya. Gw menunggu dan menduga setelah polisi menangkap Jessica kasus ini akan ada titik terangnya dan tinggal menunggu proses pengadilan. Sayangnya ternyata tidak seperti itu yang terjadi. Kasus ini masih saja menjadi polemic.
Dalam perjalanan penyidikan kasus, fakta berbicara ternyata Kasus ini malah terlihat dan terkesan semakin bertambah rumit saja. Terjadi lebih banyak perang opini di media. Bertambah para pakar yang berbicara. Para analis amatir (termasuk gw) mulai mengeluarkan teori-teori kopi terasinya (konspirasi). Hehehee. (Kenapa jadi semakin ribet begitu ya, masbro?).
Penyebabnya kemungkinan besar polisi yang menangani kasus ini memang tidak professional dengan pekerjaannya. Banyak kesalahan sejak awal. Terlalu yakin dengan asumsinya sejak awal. Terlalu pede dan menganggap kasus ini mudah dan bisa selesai dengan cepat. Akibatnya kemudian fakta-fakta yang ada ternyata tidak sinkron dengan asumsi semula. Kebingungan sendiri deh jadinya.
10 hari setelah hari kejadian polisi sudah membuat statement bahwa polisi sudah menemukan Calon kuat Tersangka. Polisi sudah mengabarkan telah berkordinasi dengan polisi Australia untuk mencari tahu riwayat Korban dan calon tersangka. Kemudian 2 hari berikutnya polisi sesumbar sudah punya 4 alat bukti dan berjanji 1-2 hari ke depan akan menetapkan Tersangka. Polisi juga sudah mengamankan Saksi Kunci (Pembantu Jessica), Tetapi faktanya, seminggu setelah statement-statement itu keluar ternyata polisi tidak juga berani menetapkan Tersangka. Why?
Sejak awal ada satu hal yang membuat banyak orang bingung adalah, Mengapa TKP (Café Olivier) tidak dipasangi Police Line setelah kejadian itu terjadi? Mengapa Café Bonafit itu buka untuk umum keesokan harinya?
Umumnya penyidikan Kasus Pembunuhan, yang namanya TKP itu harus benar-benar steril sehingga polisi benar-benar mampu mendapatkan bukti-bukti yang kuat. Jadi bila TKP sudah dibuka kembali untuk umum, logika yang berlaku adalah polisi sudah menemukan bukti-bukti yang sangat kuat sehingga tidak perlu lagi langkah Olah TKP.
Tidak adanya Police Line di TKP itu sudah sangat cocok dengan pernyataan polisi bahwa sudah ada calon tersangka, sudah ada 4 alat bukti dan sudah mengamankan Saksi Kunci. Dengan demikian SEHARUSNYA yang terjadi kemudian adalah POLISI AKAN MENETAPKAN TERSANGKA PELAKU dan langsung membawanya ke Pengadilan.
Ternyata tidak demikian saudara-saudara. Seminggu sesudah statement-statement itu keluar, ternyata polisi masih tidak berani menetapkan Tersangka. Polisi berputar-putar lagi untuk mencari bukti-bukti awal. Polisi malah membuka Hot Line untuk menampung informasi dari masyarakat. Polisi juga kembali ke TKP untuk melakukan penyidikan. Ini membingungkan.
Apa lagi yang bisa dicari polisi di TKP setelah lebih 3 minggu setelah hari kejadian? Apa lagi yang diharapkan polisi dengan membuka Hotline?
Tidak salah kemudian akhirnya public mulai meragukan kemampuan polisi. Tidak salah kemudian polisi didesak masyarakat untuk segera menuntaskan pekerjaannya.
Akhirnya, tepat 25 hari setelah hari kejadian, polisi pun dengan PeDe nya menetapkan Jessica sebagai Tersangka dilanjutkan dengan aksi penangkapan terhadap Jessica di sebuah Hotel di Mangga Dua Jakarta. SUDAH SELESAIKAH PENYIDIKAN POLISI setelah Jessica ditetapkan jadi tersangka dan tinggal tunggu pengadilan?
Ternyata (lagi) tidak saudara-saudara. Jauh dari selesai rupanya penyidikan polisi itu. 4 hari setelah penetapan Tersangka ternyata Polisi masih terus menerus memanggil saksi-saksi. Kemarin saksi Hani malah masih diperiksa selama 11 jam hingga dini hari (semalam) di kantor polisi. (terlalu)
Polisi masih tidak berani menjelaskan apa 4 alat buktinya. Polisi juga tidak berani mempublish rekaman CCTV yang katanya menjadi Bukti Kunci kasus ini. Dan satu hal yang paling krusial adalah, meskipun Jessica sudah ditetapkan sebagai tersangka tetapi POLISI TIDAK BERANI MEMBERITAHU APA MOTIF PELAKU., Catet masbro.
Di berbagai media dan di media social yang terjadi malah tambah riuh pembicaraan tentang Jessica adalah lesbi berikut cerita-cerita fiktif, cerita detektiv dan lainnya. Di media-media yang masuk headline malah perang opini antara Ayah Mirna dengan Pengacara Jessisa. Kenapa bisa jadi semakin ribet begitu?
Ya mau gimana lagi dengan kondisi begitu maka akhirnya gw punya kesimpulan untuk ini :
1.Polisi terbukti tidak professional melakukan Penyidikannya. Atau,
2.Gw akhirnya jadi Ikut-ikutan Teori Konspirasi, Bisa saja kasus ini sebenarnya sudah selesai penyidikannya tetapi sengaja diulur-ulur oleh polisi untuk menyita perhatian public. KASUS PENGALIHAN ISU , masbro.
Saat ini sedang terjadi Perang di DPR dimana 45 orang anggota DPR sedang berusaha membuntungi kaki dari KPK. UU KPK sedang diodel-odel (apa bahasanya yg benar ya), pokoknya UU KPK sedang diobok-obok oleh anggota Dewan yang “gila”.
Ya Gila aja, UU KPK masih bagus kok. Prestasi KPK masih bagus kok, apa perlunya direvisi? Banyak UU lain yang jauh lebih penting untuk dibahas tetapi malah UU KPK yang dihajar terus-terusan. Ada apa ini? Apa para koruptor sudah berhasil menyusup ke polisi dan meminta polisi membuat Pengalihan Publik sehingga 45 orang anggota mereka bebas melakukan aksinya untuk membuntungi kaki dari KPK?
Terlepas dari Polisi Memang Tidak Profesional atau memang ada Gerakan Pengalihan Isu, gw berharap gw salah dalam menyimpulkan 2 hal tersebut diatas. Gw menunggu semoga hari ini atau 1-2 hari kedepan akan ada langkah polisi yang bisa membuktikan bahwa penyidikan mereka sudah benar dan proporsional. Dengan demikian langkah itu bisa meredakan pembicaraan public yang semakin liar terhadap kasus Mirna, sekaligus membantah tuduhan Polisi sedang melakukan Aksi Pengalihan Isu Publik.
Demikian masbro yang mau ditulis kali ini. Soal ayah Mirna dan Lesbi dibahas ditulisan berikut yak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H