Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar Selamat Bila Berhasil Keluar Dari Cengkraman ARB dan Faksi Sulsel?

6 Januari 2016   03:36 Diperbarui: 6 Januari 2016   03:41 2318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beringin Tua itu memang sudah mau roboh. Udah miring-miring sebenarnya posisinya dalam 2 tahun terakhir. Sempat mau tegak lagi pada beberapa bulan yang lalu ketika ARB menyatakan Golkar akan bergabung dengan pemerintah. Tetapi akhirnya ARB seperti biasanya sering menarik ucapannya sendiri sehingga pohon tua itu kembali miring. Mungkin bisa diibaratkan Menara Pisa miringnya seperti itulah. Atau sekitar 14 derajat sudut kemiringannya.
Paska Pilkada serentak 2015 lalu Pohon Beringin Tua udah tambah miring sekitar 17 derajat. Kemudian setelah kasus Setya Novanto meledak miringnya Beringin Tua sudah mencapai 19 derajat. Satu gempa bumi skala 5 richter pasti membuat Beringin tua itu tumbang. Tamatlah riwayat Golkar. Hehehe..

MENGAPA ARB BEGITU KUAT DI GOLKAR?

Berbeda dengan pendapat Pengamat Politik Hanta Yuda dimana setahun lalu pernah menyebutkan dalam Golkar ada 3 Faksi yaitu Faksi ARB, Faksi JK dan Faksi Akbar Tanjung, gw sebagai Pengamat Politik dari gunung sudah lama mengamati Golkar dan menyimpulkan bahwa sebenarnya sejak paska runtuhnya Soeharto di tubuh partai Golkar ada 3 Faksi yang cukup kuat. Faksi itu adalah Faksi keluarga TNI, Faksi Akbar Tanjung dan Faksi Habibie. Untuk yang terakhir ini gw menyebutnya sebagai Faksi Sulsel dimana dulu pentolannya kurang lebih ada nama-nama AA Baramuli, Andi Galib, Bedu Amang dll hingga mantan Presiden BJ Habibie sendiri.

Faksi Sulsel ini dulu sangat dekat dengan Soeharto sehingga mampu menempatkan AA Baramuli sebagai mantan Ketua DPA, Andi Galib sebagai mantan Jaksa Agung, Bedu Amang sebagai Kabulog hingga Nurdin Halid sebagai Ketua PSSI.
Kemudian sesaat setelah jatuhnya Soeharto, Akbar Tanjung yang tangguh dan didukung oleh jaringan ICMI dan HMI ternyata mampu menguasai Golkar. Faksi Akbar cukup bersaing dengan Faksi Habibie hingga setelah Habibie lengser maka Akbar Tanjung pun kemudian menjadi “Pemilik” Golkar.

Faksi Purnawirawan TNI yang berisi nama-nama Wiranto, Prabowo dan lainnya menjadi Faksi pendamping, begitu juga Faksi Sulsel yang sempat redup karena Habibie tidak terlalu mementingkan Kedaerahannya. Faksi Sulsel ini mulai lagi berjuang dimotori Jusuf Kalla tetapi pada saat itu secara politik JK tidak mampu melawan Akbar Tanjung.

Selanjutnya perjalanan Golkar mulai berubah ketika JK berhasil mendompleng SBY dan menjadi Wakil Presiden. JK langsung mengakuisisi Golkar dan mulai saat itulah Faksi Sulsel mulai mendominasi elit Golkar.

Sejak JK menjadi Ketua Umum Golkar maka kondisi Golkar mulai berubah 180 derajat. Golkar menjadi Partai Matre dimana Uang sangat berkuasa. JK didukung kuat oleh Surya Paloh dan ARB yang memang mempunyai dana besar. Dominasi JK yang membawa Gerbong Sulsel berhasil menyingkirkan Faksi Purnawirawan TNI dan menggeser Faksi Akbar Tanjung. JK juga mampu meniupkan issue Keseimbangan Dikotomi Jawa dan Luar Jawa. Sehingga tokoh-tokoh Golkar dari Indonesia Timur mulai merapatkan barisan. Theo Sambuaga, Fadel Muhammad dan tokoh lainnya semakin mendukung Faksi Sulsel ini.

Perjalanan selanjutnya dari Golkar dimulai dengan eranya ARB. JK yang gagal total dalam Pilpres 2009 dipaksa ARB untuk menyerahkan Kursi Ketua Umumnya. ARB punya cukup uang untuk mengumpulkan dukungan dari DPD-DPD tingkat 1. Sementara JK pada saat itu sedang galau karena tidak menyangka mengalami kekalahan telak di Pilpres 2009.
Dan selanjutnya ARB memimpin Golkar dengan gaya sendiri seperti memimpin perusahaannya. Kacau sudah elit Golkar. Surya Paloh, Wiranto dan Prabowo dari faksi TNI pun kabur dari Golkar gara-gara kuatnya Faksi Sulsel berikut gaya pimpinan ARB yang semau gue.

Pileg 2014 dan Pilpres 2014 adalah masa kejatuhan Golkar yang kelam. Golkar tidak punya harga diri lagi ketika tidak ada satupun partai yang mau bergabung dengan Golkar karena elit Golkar dipaksa untuk mencapreskan ARB. ARB benar-benar menjadikan Golkar sebagai Partai abal-abal sesaat sebelum Pilpres di Gelar. Internal Golkar sudah mulai bergejolak ketika ARB membawa Golkar mendekati Capres Prabowo. Bukan apa-apa karena Elektabilitas Jokowi sangat tinggi dan merupakan langkah bodoh bergabung dengan Capres Prabowo saat itu.

Blunder Golkar itu terbukti, Prabowo kalah dan ARB siap-siap dikubur jabatannya. Tetapi kemudian posisi ARB menjadi selamat karena Gerindra, PKS dan PAN mengangkat ARB menjadi Ketua Presidium KMP. ARB punya kekuatan politik baru di luar Golkar.
Sebenarnya sejak saat Pilpres 2014 kubu JK sudah berusaha keras untuk mengambil alih kendali Golkar dari tangan ARB. JK sudah menjanjikan jabatan Ketua Umum untuk Agung Laksono bila Golkar bisa merapat ke kubu Jokowi. Tetapi dukungan eksternal dari KMP membuat ARB menjadi sangat PeDe dan terbukti mampu tetap menguasai jaringan DPD tingkat 1. Memang itulah kekuatan politik ARB selama ini berikut betapa loyalnya ARB pada para Ketua DPD.

Lagipula pada saat itu Akbar Tanjung dan Muladi sebagai tokoh senior Golkar yang mempunya jabatan di Dewan Penasihat dan Mahkamah Partai juga masih mampu ditempel oleh ARB. Akbar Tanjung sendiri sepertinya masih enggan satu kubu dengan JK mengingat JK pernah mempecundanginya di tahun 2004 setelah JK berhasil menjadi Wapres.

MUNAS BALI ADALAH BUKTI KEPERKASAAN FAKSI SULSEL DI GOLKAR

Sesuai dengan AD/ART Golkar seharusnya tahun 2015 baru akan diselenggarakan Munas untuk membentuk Kepengurusan Baru. Tetapi karena posisi ARB paska Pileg 2014 dan Pilpres 2014 begitu terancam maka ARB yang didukung sejumlah orang berusaha mensiasatinya dan mempercepat Munas tersebut dengan target ARB bisa menduduki jabatan Ketua Umum Golkar lagi.
Akhirnya kita semua melihat maneuver-manuver yang dilakukan Nurdin Halid dan Azis Syamsudin menjelang Munas Bali. Gw geli aja melihat internal Golkar lainnya bisa dipecundangi oleh Duo Sulsel ini. Dan akhirnya digelarlah Munas Bali yang terasa kental warna Bakrie Brothersnya. Hehehee.

Munas Bali itu akhirnya memicu kubu Agung Laksono membuat Munas Ancol yang didukung oleh JK. Kubu Agung cukup kuat karena ada tokoh kuat yang menyokong seperti Yoris Raweyai dan lainnya. Keberadaan Yoris membuat kubu Agung mampu menguasai Kantor DPP Golkar di Slipi Jakarta.

Kembali ke hasil Munas Bali, maka kita lihat keberhasilan Faksi Sulsel yang dipimpin Kwartet Sulsel yaitu ARB, Nurdin Halid, Idrus Marham dan Azis Syamsudiin. Mereka juga berhasil mengikat dukungan dari Setya Novanto (mantan Bendahara terproduktif Golkar) yang berhasil menjadi Ketua DPR, Roem Kono yang menjadi Ketua BURT DPR, Ahmadi Noor Supit yang menjadi Ketua Banggar DPR dan Ade Komarudin yang menjadi Ketua Fraksi Golkar di DPR.

Gw kalau inget Setnov pasti inget Papa Minta Saham, berikut kalau nama Roem Kono pasti inget Donald Trump. Roem Kono ini yang jadi Boss untuk perjalanan wisata keluarga besar Golkar ke Amerika dengan menggunakan dana DPR. Sementara kalau Ahmadi Noor Supit yang gw inget adalah ide briliannya soal Dana Aspirasi Rp.20 Milyar bagi setiap anggota Dewan.Hebat-hebat dah pengurus Golkar Munas Bali ini.

Kemudian lihatlah Wakil-wakil Ketua Golkar versi Munas Bali antara lain : Nurdin Halid, Azis Syamsudin, Theo Sambuaga dan Fadel Muhammad yang merupakan tokoh-tokoh Golkar Faksi Sulsel. Selain nama-nama itu ada juga nama-nama Wakil Ketua : Setya Novanto, Titik Prabowo, Ade Komarudin, Syarif Cicip dan Ahmadi Noor Supit.

Syarif Cicip punya hutang budi pada ARB ketika ARB bisa memaksa SBY mengangkat Syarif menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di era SBY. Begitu juga dengan Ahmadi Noor Supit yang sangat dekat dengan Nurdin Halid karena sama-sama pengurus PSSI lama. Hehehee.. mantaps dah.

Jadi kalau hitung-hitungan kekuatan politik memang kubu ARB jauh lebih unggul diatas kubu Agung Laksono. Bisa dikatakan 80% kekuatan kubu ARB ada di DPR sehingga kubu Agung selalu akan kalah.
Di sisi lain kalau pada zaman Soeharto, Faksi Sulsel di Golkar punya Andi Galib sebagai Jaksa Agung maka zaman ARB ini ada juga Hatta Ali yang satu kampung dengan ARB dan berhasil menjadi Ketua MA. Jadi nggak heran kalau ARB menang mulu di Pengadilan. :D

BAGAIMANA NASIB GOLKAR KEDEPAN?

Nah ini dia yang ruwet untuk diprediksi. Kabar terakhir Ketua Dewan Pertimbangan Partai Akbar Tanjung telah bersikeras meminta ARB melaksanakan Munas Bersama. Alasan Akbar adalah Paska Putusan MA yang memberi legitimasi Munas Riau 2009 berdampak Demisionernya kepengurusan yang ada per 31 Desember 2015. Tentu saja alasan ini sangat masuk akal tetapi disisi lain desakan Akbar ini mengganggu rencana Faksi Sulsel untuk tetap menguasai Golkar.

Beberapa hari lalu Azis Syamsudin, Ketua Komisi III dari Golkar yang sedang naik daun sempat membuat statement bahwa Kepengurusan Golkar yang sah secara hukum adalah kepengurusan Munas Bali jadi Munas 2016 ini tidak diperlukan. Azis yang berada di kubu terdepan ARB belakangan ini naik daun karena berhasil mengakomodir kepentingan PDIP yang punya hajat untuk menempatkan orang-orangnya di Jajaran Pimpinan KPK. Tentu saja sudah dibarter dengan bebasnya Setya Novanto dari jerat MKD dalam urusan Papa Minta Saham. Hehehee.

Kabar yang lebih mengejutkan sore kemarin datang dari Wakil Ketua Golkar versi Munas Bali yaitu Nurdin Halid yang menyatakan ada rekomendasi dari seluruh DPD tingkat 1 untuk menegur Ketua Dewan Pertimbangan Partai, Akbar Tanjung karena meminta penyelenggaraan Munas Rekonsilisasi. Weleh-weleh. Mantaps bro, sah aja belum jadi pengurus tetapi begitu PeDe untuk menegur seniornya yang masih sah sebagai Ketua Dewan Pertimbangan. Siapa dulu pimpinannya? Pemilik Lapindo dan PSSI gitu loh. Hahaaa..

Jadi ceritanya entah kenapa saat ini Akbar Tanjung dan Muladi sudah ogah lagi mendukung ARB menjadi Ketua Umum Golkar. Kemungkinannya sih mereka sudah sadar bahwa Pilkada Serentak kemarin memang membuat Golkar tidak punya prestasi apa-apa. Golkar rugi besar karena tidak mampu memenangkan Pilkada-pilkada yang selama ini menjadi kekuatannya. Jangankan menang, ikut berpartisipasi saja hanya separuhnya. Dan semua itu berkat kepemimpinan yang hebat dari ARB. Hehehee.

Hal yang menarik lagi ternyata di sisi lain kemelut Golkar ini juga masih saja menggoda Wapres JK. Entah kenapa JK belakangan ini masih ngurusin Partainya. Heran aja Wapres kok sempat-sempatnya ngurusin partai. Ckckckck. JK juga terlihat nggak suka dengan langkah Akbar Tanjung memfasilitasi Munas Bersama Golkar.

Bahkan sebelumnya berapa bulan lalu JK berani melawan Jokowi untuk membela PSSI. Ada apa dengan JK? Apakah JK masih terikat dengan Faksi Sulsel di Golkar atau memang JK saat ini sedang mencari dukungan partai politik lagi?
Kita tahu bahwa paska hebohnya kasus Papa Minta Saham dan Kasus Pelindo II posisi JK sudah semakin terpojok di Ring 1 Istana. Elit PDIP sudah ogah dekat-dekat dengan JK. Tinggal Jokowi aja yang masih mencoba berusaha mengangkat posisi JK. Mungkin kasihan sama orang tua itu. Hahahaaa.

Yang jelas kondisi Golkar saat ini sangat sulit diprediksi nasibnya. Faksi Sulsel yang dipunggawai Kwartet Sulsel yaitu Nurdin Halid, Azis Syamsudin, Idrus Marham dan ARB jelas akan tetap ngotot mempertahankan ARB sebagai Ketua Umum Golkar versi Munas mereka. Sementara disisi lain kubu Agung yang mulai didukung oleh Akbar Tanjung, Muladi dan barisan muda Golkar akan ngotot juga melaksanakan Munas 2016. Di sisi lain ada lagi Wapres JK yang bermanuver mencari kesempatan dalam kesempitan.

Dan akhirnya kalau gw mencoba memprediksi , kelihatannya akan ada 3 kemungkinan hasil akhir dari konflik Golkar ini. Yang pertama, Faksi Sulsel yang didukung JK akan berhasil mempertahankan ARB sebagai Ketua Umum Golkar. Dampaknya kemudian akan ada Partai Golkar Perjuangan. Hehehee.

Yang kedua, JK menarik diri dari urusan ini dan membiarkan Agung Laksono, Akbar Tanjung dan kawan-kawan berperang melawan Faksi Sulsel. Akan terjadi pertarungan sengit bahkan mungkin akan berdarah-darah. :D dengan catatan Agung bisa menang kalau Yoris kembali mendukungnya ditambah barisan muda Golkar lainnya. Tanpa Yoris dan lainnya kelihatannya Agung akan kalah dan Munas 2016 tidak akan terlaksana. Ide bagus juga kalau Agung berhasil mengajak Tommy Soeharto memihaknya.

Dan kemungkinan ketiga adalah Golkar tetap akan berkonflik hingga tahun 2017. Mungkin menunggu kekalahan yang lebih telak lagi pada Pilkada Serentak 2017 barulah Agung Laksono dan kawan-kawan bisa menggeser posisi ARB. Bagaimanapun juga saat ini posisi KMP tidak lagi berada dibelakang ARB sehingga ARB hanya bertumpu pada kekuatan DPD-DPD tingkat 1 yang selama ini sangat koorporatif berbasis simbiosis mutualisme. . Hehehe..

Udahan masbro. Capek ngetiknya nih. :D

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun