Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontroversi Artikel “Waiting in The White House Looby”

8 November 2015   04:36 Diperbarui: 8 November 2015   05:29 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah sampai disini gw mulai bingung kemana arahnya ini artikel. Ini artikel aneh dan sepertinya Imam Prasetyo ingin menjelaskan bahwa Michael Buehler telah menuduh Jokowi membayar Calo agar dapat berkunjung ke Amerika dan bertemu Obama. Imam menyebut ada banyak spekulasi dan ada tudingan Jokowi cari muka, Jadi siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Imam sebagai pihak-pihak yang berspekulasi? Dan siapa sih pihak yang menuding Jokowi cari muka untuk memperpanjang Kontrak Freeport? Heheheee.. aneh.

Seluruh Indonesia juga tahu kok, yang ngemis-ngemis minta perpanjangan Freeport itu ya Freeport sendiri. Rizal Ramli aja ditawarin uang Rp.2,6 Milyar agar bersedia memproses kontrak baru Freeport sementara masa kontraknya masih masih 6 tahun lagi, Loh kok malah dibalik dibilang Jokowi yang mengemis-ngemis minta Kontrak Freeport diperpanjang? Hahahaa.

Selanjutnya gw nggak bahas lagi artikel itu. Selain ingin focus darimana asal angka USD 80 ribu tersebut diatas, gw juga ingin tahu benarkah Michael Buehler telah menuduh Jokowi? Yang jelas arah artikel Imam hanya ingin mendiskreditkan Jokowi saja. Dan gw cek sumber tulisan yang ditautkan Imam Prasetyo ternyata berasal dari situs yang bernama New Mandala.

Situs New Mandala bukanlah sebuah situs Media Berita tetapi hanya merupakan sebuah Forum besar masyarakat seperti halnya Kompasiana yang sedang anda baca ini. New Mandala memberi ruang bagi para blogger, para akademisi, para pengamat politik dan lain-lainnya untuk menyampaikan opini mereka di situs ini, khususnya isu-isu yang sedang hangat di Negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Myanmar,Indonesia, Malaysia, Laos, Kamboja dan Singapura. Untuk Brunai, Timor Timur dan Vietnam kelihatannya situs ini tidak menyediakan. Jadi sekali lagi New Mandala adalah sebuah Forum dan bukan situs berita.

ISU BERAWAL DARI PENDAPAT SEORANG PENGAMAT POLITIK YANG DIPLINTIR?

Yang jadi pertanyaan gw adalah Imam Prasetyo itu sebenarnya membaca dan memahami tulisan yang ada di New Mandala atau tidak? Jangan-jangan dia nggak memahami tetapi hanya sekedar mengambil judul tulisannya dan membuat persepsi sendiri. Hehehee.


Gw udah baca artikel dari Michael Buehler, dosen Ilmu Politik Asia Tenggara di School of Oriental and African Studies, dan atas bantuan simbah Google gw jadi tahu terjemahannya yang kurang lebih menceritakan bahwa Michael Buehler membuat judul : “Waiting in The White House Looby” dengan sub judul : Mengapa Sebuah Konsultan Singapura Membayar USD 80 ribu pada Perusahaan Lobi Las Vegas Untuk Kepentingan Lobi Politik Indonesia?

Pengamat politik ini mengawali artikelnya dengan menyebut kunjungan Jokowi ke Amerika kurang bermanfaat selain hanya dalam tatanan Perdagangan, Kerja sama bilateral dan Pertahanan. Tetapi kemudian muncul berita mengejutkan bahwa Indonesia membayar perusahaan Lobi di Las Vegas untuk kunjungan Jokowi tersebut. Padahal kalau hanya pertemuan kedua Pemimpin dalam kapasitas pembicaraan biasa saja seharusnya hal itu dapat dilakukan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Amerika tanpa harus melibatkan Perusahaan Lobi.

Buehler mengatakan dalam pengamatannya secara umum Kunjungan Jokowi disambut hangat dan sangat baik. (On all sides, the response to Widodo’s trip was lukewarm at best). Tetapi didalam negeri Jokowi diserang oleh Pihak Oposisi. Mereka mempertanyakan diversifikasi portofolio investasi asing di Indonesia senilai USD 13 Milyar dan Investasi asing untuk industry ekonomi kreatif sebesar USD 20 miliar. Sebelumnya juga pihak oposisi mempertanyakan bergabungnya Indonesia pada Kerjasama Trans-Pasific. Memang dalam setahun terakhir Pemerintahan Jokowi sering dikritik untuk berbagai kebijaksanaannya yang melindungi masyarakat. (mungkin maksud Buehler Kartu-kartu Jokowi).

Buehler melihat waktu yang diberikan Obama pada Jokowi terlalu singkat yaitu 80 menit. Sehingga tidak tercapai hasil yang maksimal dalam pertemuan tersebut. Begitu juga dengan pertemuan antar diplomat kedua Negara yang kurang berhasil karena tanpa persiapan yang matang sehingga tidak dapat menghasilkan sesuatu yang cukup berarti bagi kedua negara. Padahal kunjungan ini adalah kunjungan pertama Presiden RI dalam 10 tahun terakhir.

Buehler berpendapat ketidakberhasilan kunjungan Jokowi ke Amerika ini karena para bawahan Jokowi tidak mampu bekerja sama. Luhut Panjaitan sebagai Kepala Staff Presiden terlalu ambisius sehingga urusan Diplomatik yang sebenarnya merupakan teritori Departemen Luar Negeri yang dipimpin Retno Marsudi diambil alih Luhut. Luhut Panjaitan pada bulan Maret sebelumnya sudah ke Amerika untuk persiapan kunjungan Jokowi ini tetapi seharusnya persiapan seperti itu yang melakukannya adalah Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun