[caption caption="Perbedaan transportasi umum di dua wilayah berdekatan namun terlihat kontras: Singapura dan Batam. (foto: batam.tribunnews.com dan vivnews.co.id)"][/caption]Menjadikan daerah-daerah maju sebagai panutan merupakan cara tepat dalam membangun suatu daerah. Meniru kesuksesan yang sudah dicapai agar berdampak bagi pembangunan di daerah lainnya. Tidak berarti harus sama persis untuk bisa dibilang berhasil. Minimal dampak pembangunan bisa dirasakan lebih baik dari sebelumnya.
                                                          [VIDEO BELAJAR DARI SINGAPURA]
Setiap keunggulan yang dimiliki suatu daerah dalam bidang apapun sudah seharusnya dijadikan rujukan oleh daerah lainnya untuk membangun daerah itu sendiri. Demi meningkatkan perekonomian daerah yang berdampak bagi kepentingan masyarakat di dalamnya. Sehingga tercipta kemakmuran yang dirasakan oleh penduduk daerah tersebut.
Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebagai salah satu provinsi termuda di negeri ini sudah semestinya banyak belajar demi kepentingan pembangunan daerah-daerah yang berada dalam naungannya.Â
Berbentuk kepulauan dengan persentase luas lautan sebesar 96% tentu memiliki strategi sendiri dalam hal pembangunan. Membangun daerah yang terbagi menjadi pulau-pulau tak terlepas dari perhatian khusus terhadap bidang kemaritiman.
Memilih lokasi kunjungan kerja sebagai daerah percontohan seyogianya diprioritaskan berdasar kedekatan jarak. Kenapa harus jauh-jauh melancong kalau di seberang sana ada daerah maju yang bisa ditiru.Â
Sungguh ironis jika harus membuang biaya besar melakukan kunjungan ke tempat nun jauh jika Jiran di sebelah juga menampakkan kemajuan serupa.
Letak wilayah Kepri yang sungguh dekat dengan 2 negara yaitu Singapura dan Malaysia menjadi nilai plus terhadap pembangunan. Singapura sebagai negeri mungil nan canggih sudah seharusnya menjadi contoh bagi Kepri untuk mengikuti jejak kemajuan tersebut.Â
Khususnya bagi Pulau Batam yang diuntungkan dari segi letak geografis maupun kemampuan ekonomi. Dari pulau ini bisa terlihat samar-samar penampakan negeri singa di seberang sana.
Coba sesekali menyempatkan diri berkunjung ke Singapura. Jelajahi tiap sudut kota sambil amati infrastruktur pembangunan di dalamnya. Perhatikan juga transportasi, tata kota, pendidikan, hingga kedisiplinan penduduknya.Â
Kemudian bandingkan dengan pulau industri milik negeri ini yang tak jauh diseberangnya. Masih jauh? Jika benar demikian, lalu mengapa harus membuang energi dan biaya berkunjung jauh ke negeri "barat"?
Jarak Batam memang sangat dekat dengan Singapura. Tetapi ironisnya pembangunan di Batam masih butuh kerja keras dalam mengejar ketertinggalan terhadap negara mungil tersebut.Â
Tidak perlu harus mencontoh persis. Minimal fasilitas publik bisa terlayani dengan baik. Coba perhatikan transportasi umum yang mengitari Kota Batam. Sungguh memprihatinkan!
Sesekali cobalah rasakan menaiki angkutan umum berjenis mini bus yang menuju Jodoh dari berbagai daerah di Batam seperti Nongsa, Batuaji, dan Punggur.Â
Setelah mencobanya maka Anda mungkin akan jera untuk menaikinya kembali. Kenapa? Karena selain ruang di dalam angkot yang sempit, kondisi kursinya sudah banyak yang "dimakan tikus". Jangankan kondisi di dalamnya, penampakan dari luar saja sudah merusak pemandangan kota.
Dari segi infrastruktur, Singapura memiliki jalan yang sungguh menawan. Jalan lebar yang mulus tak bergelombang. Bersih dari sampah, terbebas dari keberadaan pedagang kaki lima, dan hampir tak pernah dijumpai lubang di jalan.Â
Dilengkapi dengan fasilitas pejalan kaki berupa trotoar di bahu jalan sehingga terlihat lebih menarik. Tak ada jalan tanpa trotoar. Artinya hampir seluruh jalanan di Singapura dilengkapi fasilitas pejalan kaki yang saling terhubung.
Kemudian bandingkan dengan kondisi jalan di Batam. Hanya sebagian saja yang tampak sedikit kinclong. Sisanya masih belum memenuhi standar jalan yang baik.Â
Tak jarang terlihat lubang yang membahayakan bagi pengguna jalan. Selain itu tekstur bergelombang atau jalan yang tak rata juga sering dijumpai di beberapa jalan. Beberapa jalan terdapat pasir yang mengotori sehingga memunculkan debu yang beterbangan.
Dinas terkait seharusnya peka dan sigap terhadap segala fasilitas publik yang perlu dilakukan perbaikan. Sekalipun hal tersebut mungkin bagi pemerintah tergolong remeh seperti lubang jalan yang menimbulkan bahaya. Sehingga tak ada lagi kondisi jalan yang memprihatinkan di Kota Batam. Pengguna jalan pun bisa dengan nyaman dalam berkendara.
Bertahun-tahun lamanya bergandengan di samping Singapura tetapi untuk hal-hal remeh seperti infrastruktur saja masih perlu banyak pembenahan. Apakah kota industri gagasan Pak Habibie ini enggan mencontoh "tetangga" yang sudah terlanjur maju?Â
Tidak perlu jauh-jauh berkunjung ke Benua Eropa untuk alasan pekerjaan jika tetangga sendiri bisa dijadikan referensi. Tidak perlu menghamburkan uang mendatangi negara-negara jauh di ujung sana kalau jiran di seberang saja sudah memenuhi standar percontohan yang layak.
Tak perlu muluk-muluk menyulap pembangunan seperti di negara tetangga. Mencontoh infrastrukturnya saja sudah cukup. Membayangkan jalanan di Kota Batam nan menawan plus fasilitas trotoar di bahu jalan serta fasilitas transportasi umum yang nyaman dan enak dipandang sebagaimana di Singapura tentu akan membuat betah berada di dalamnya.Â
Wajah kota akan terlihat cantik. Memanjakan mata bagi siapa saja yang melihatnya. Jika fasilitas pejalan kaki mampu membuat nyaman maka bukan tidak mungkin perlahan akan banyak warga yang berlalu lalang dengan memanfaatkan fungsi kakinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H