[caption caption="Grand Palace, Istana Raja Thailand"][/caption]Tak terasa sudah memasuki hari keenam. Senin, 25 Januari 2016. Bis memasuki Kota Bangkok. Perjalanan Krabi – Bangkok ditempuh selama 12 jam. Suasana di terminal bis masih tampak gelap. Waktu Sholat Subuh masih beberapa menit lagi. Jarum jam masih bertengger di angka empat. Suhu udara terasa menyengat di kulit. Dingin sekali. Wajar saja, mengingat pagi masih terasa pekat, pikir kami. Jaket menjadi solusi untuk menghangatkan tubuh ini.
Terminal bis yang terletak di daerah Chatuchak ini dikenal dengan nama Mo Chit. Bangunannya besar dengan tinggi empat lantai, megah. Di bagian luar terminal tepat di sisi depannya terdapat sebuah bangunan kecil terpisah yang merupakan musola. Tempat ibadah umat Islam ini dijaga oleh seorang sekuriti. Jika hendak memasukinya harus meninggalkan tanda pengenal berupa KTP atau Paspor. Kami menghampirinya untuk menunaikan Sholat Subuh.
Rencana berubah. Awalnya kami hendak menginap semalam di ibukota negara Thailand ini. Namun karena ada penambahan tempat wisata yang akan dikunjungi di kota bagian utara maka kami urung bermalam di sini dan akan beranjak lagi sore nanti ke kota berikutnya. Ya, kami menikmati Kota Bangkok secara kilat, sehari saja. Tak mengapa, tempat-tempat menarik di ibukota ini letaknya saling berdekatan. Memungkinkan untuk dijelajahi sebelum malam tiba. Sebelum berjalan, kami menitipkan ransel di tempat penitipan  di lantai satu bagian luar terminal bis dengan tarif THB 30 per item.
Tempat pertama yang kami datangi adalah Taman Queen Sirikit. Sebuah taman luas nan cantik dipenuhi aneka bunga berwarna-warni dengan dominasi warna hijau yang menyegarkan mata. Letaknya sangat dekat dengan terminal bis Mo Chit. Cukup berjalan kaki sejauh satu kilometer ke arah kanan. Memasuki taman ini mampu menghilangkan lelah selama perjalanan semalam. Sangat elok. Sejauh mata memandang hanya tampak pepohonan hijau dan ragam tanaman hias. Di dalamnya juga terdapat sebuah kolam mirip danau yang dipasang air pancur di tengahnya. Kolam-kolam ini bisa diseberangi dengan jembatan melengkung yang didesain artistik. Selain itu terdapat juga bentuk jembatan yang hanya di pasang kepingan batu-batu setapak. Seperti menyeberang di atas daun teratai saja. Sungguh menarik.
[caption caption="Santai di Taman Queen Sirikit"]
[caption caption="Taman Queen Sirikit"]
Selain karena harganya yang miring, barang-barang yang dijual di sini terbilang lengkap. Mulai dari pakaian, asesoris, peralatan rumah tangga, buku, hewan peliharaan, dll. Di sini juga terdapat tempat pengiriman paket ke berbagai negara. Jadi, sehabis memborong bisa langsung dikirim ke kampung halaman.
Selanjutnya kami beranjak menuju pusat kota Bangkok, Khaosan Road. Dari kawasan Chatuchak menuju ke sana cukup lama, sekitar 30 menit, dikarenakan trafik kendaraan di ibukota ini juga cukup padat. Kami menggunakan angkutan umum. Ongkosnya THB 13. Jangan membayangkan angkutan umum di sini seperti di Jakarta. Meski bentuknya sudah terlihat kuno namun di dalamnya sungguh nyaman dan bersih. Terdapat pendingin ruangan di dalamnya. Kondekturnya mengenakan seragam khusus dengan memegang sesuatu berbentuk tabung bambu yang bisa dibuka menyamping seperti dompet. Di dalamnya berisi uang recehan dan tiket seukuran jempol. Hm. Bis kota saja menggunakan tiket. Tertatur sekali kota ini.
[caption caption="Kondektur bis kota dengan seragam khusus"]
Hari beranjak siang. Ternyata hawa Bangkok masih tetap dingin. Tidak seperti biasanya, panas seperti Jakarta. Baru sadar bahwa ternyata di sini lagi musim dingin, berkisar antara bulan Desember hingga Maret. Di daerah Khaosan ini terdapat sebuah Masjid. Kami menuju ke sana untuk menunaikan Sholat Dzhur. Lokasinya sangat mudah dijangkau, hanya perlu memasuki sedikit gang kecil berjarak 20 meter. Di depannya terdapat sebuah plang bertuliskan Chakrapong Mosque. Halaman Masjid yang memiliki dua lantai ini cukup luas dan asri. Bentuknya terlihat artistik. Sungguh nyaman.
[caption caption="Plang penunjuk Masjid di Khaosan Road Bangkok"]
[caption caption="Masjid Chakaprong di pusat kawasan turis Khaosan"]
Kenyang mengisi perut, kami pun berjalan lagi menyusuri jalan-jalan di Khaosan. Hingga akhirnya sampai di Sungai Chao Praya. Sungai ini sangat luas, lebarnya mirip seperti Sungai Musi di Palembang. Namun airnya tidak berwarna coklat, terlihat lebih bersih. Terdapat jembatan kokoh yang melintas di atasnya. Bentuknya sedikit mirip dengan jembatan Barelang di Pulau Batam. Tidak hanya satu, ada beberapa jembatan yang menghubungi kotanya di beberapa titik. Di sungai ini terdapat transportasi umum berupa kapal kayu berkapasitas 70 orang. Namun kami belum mencobanya, karena ingin menuju Grand Palace terlebih dahulu yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
[caption caption="Jembatan di Sungai Chao Praya"]
Kami menyeberang ke Grand Palace. Istana raja ini sangat besar dan luas. Tak kalah luasnya dengan taman Sanam Luang. Para prajurit penjaga tampak berjaga-jaga di tiap-tiap pintu masuk. Tembok yang memagarinya menjulang tinggi. Atapnya menjadi pemandangan yang menarik, lancip seperti kuil. Banyak yang menjadikannya sebagai latar untuk berfoto.
[caption caption="Menyusuri Taman Sanam Luang"]
[caption caption="Bersantai di Taman Sanam Luang"]
[caption caption="Gedung-gedung tua di bibir Sungai Chao Praya"]
[caption caption="Stasiun pemberhentian kapal di Sungai Chao Praya"]
[caption caption="Penampakan gedung pencakar lakit di bibir Sungai Chao Praya"]
[caption caption="Pedagang minuman di kawasan perbelanjaan Pratunam"]
[caption caption="Sky Bridge, jembatan penyeberangan di pusat perbelanjaan Kota Bangkok"]
[caption caption="Kapal yang melintasi kanal sebagai alternatif transportasi bebas macet di pusat Kota Bangkok"]
Hari semakin gelap. Tiket bis menuju kota berikutnya -- yang kami beli saat baru tiba di terminal pagi tadi -- sudah di tangan. Tertera jadwal keberangkatan bis di tiket pukul 20.45. Kami mengambil ransel yang dititipkan di tempat penitipan terminal ini lalu sejenak menunaikan sholat yang dijamak: Maghrib dan Isya. Selanjutnya, kota yang akan kami tuju semakin menuju ke arah utara. Semakin mendekati daratan Negara Tiongkok. Semakin dingin tentunya. Menuju Chiang Mai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H