Mohon tunggu...
Fadli Firas
Fadli Firas Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sang Penjelajah

email: rakhmad.fadli@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Honeymoon Keliling Asean ala Backpacker (5): Mudahnya Mencari Makanan Halal di Krabi

16 Maret 2016   14:40 Diperbarui: 16 Maret 2016   15:12 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Krabi menjadi tempat berlibur favorit warga Malaysia karena mudah menemukan makanan halal"][/caption]Mentari masih setia menyapa di hari kelima perjalanan kami. Minggu, 24 Januari 2016. Selamat pagi, Krabi! Hari ini selain mengeksplorasi pusat kota, kami juga akan pelesir ke Ao Nang, kawasan favorit turis yang terkenal dengan keindahan pantainya. Sebelum ke sana, kami mengeksplorasi pusat kotanya terlebih dahulu, Krabi Town.

Sebenarnya Krabi berjarak lebih dekat dari Hatyai, hanya membutuhkan waktu 3 jam. Tetapi kami lebih memilih pilihan rute Hatyai - Phuket terlebih dahulu yang ditempuh selama 8 jam, mengingat waktu keberangkatan pada malam hari. Sehingga nantinya bisa tiba di Phuket mendekati pagi. Jika saat itu kami memilih berhenti di Krabi terlebih dahulu maka kami akan tiba di kota itu tengah malam. Tidak disarankan. Secara geografis letak Hatyai – Krabi – Phuket tidak membentuk garis lurus, melainkan membentuk huruf U dimana di tengah lengkungan itu berupa lautan. Jadi setelah dari Phuket kami akan menyeberangi laut menuju Krabi, dengan melintasi dan mampir seharian di Pulau Phi-phi.

Krabi adalah kota yang sungguh kreatif. Lihat saja jalur penyeberangan jalan atau zebra cross, tidak dipoles garis-garis putih sebagaimana umumnya. Tetapi malah digambar hewan zebra di atas aspal tersebut. Begitu juga dengan lampu lalu - lintas di persimpangan, tampak seekor gorila sedang membawa sesuatu di kedua tangannya dimana yang dibawanya adalah traffic light. Selain gorila, ada juga patung burung elang. Hm. Ada-ada saja.

[caption caption="Welcome to Krabi"]

[/caption]

[caption caption="Patung Kepiting raksasa di Krabi Town"]

[/caption]

[caption caption="Zebra Cross bergambar hewan zebra"]

[/caption]Di Krabi Town, tak jauh dari penginapan, terdapat sebuah taman yang dikonsep memanjang dan lebar. Taman ini diapit oleh jalan raya dan hutan mangrove di sebelahnya. Di taman ini terdapat sebuah replika kepiting raksasa setinggi 3 meter. Hewan inilah yang menjadi asal-usul nama Krabi dalam bahasa Inggris. Crab.

Selain ditumbuhi hutan mangrove, terdapat juga beberapa batu karst yang menjulang tinggi di sisi kota. Saat pagi hari, pesonanya terlihat begitu indah. Pusat kota Krabi tergolong sepi. Hal ini tentunya menjadi kenikmatan tersendiri. Merasakan kehidupan kota tanpa hiruk – pikuk kemacetan jalan.

Puas melihat Krabi Town, kami pun beralih menuju Ao Nang. Jarak menuju Ao Nang memakan waktu 30 menit perjalanan menggunakan motor. Bisa juga dengan menggunakan tuk-tuk berwarna putih dengan ongkos THB 50. Sebelum ke sana, kami kembali ke hotel terlebih dahulu untuk melakukan check out. Ya, sore nanti kami sudah harus meninggalkan Krabi. Ransel masih kami titipkan di hotel sampai kami kembali sore nanti.

Perjalanan menuju Ao Nang sungguh mengasyikkan. Pemandangannya terhampar indah, dikelilingi oleh perbukitan yang saling menyambung. Sama seperti di Phuket, jalanan di sini sangat lebar. Terasa lebih aman dalam berkendara.

[caption caption="Panorama di perjalanan menuju Ao Nang"]

[/caption]Penampakan Kota Ao Nang perlahan mulai terlihat. Laju motor terus saya pacu hingga berbelok ke kanan atau tepat di bibir pantai. Sepanjang jalan di sisi kiri terhampar lautan luas nan indah. Sementara di sisi kanan dipenuhi deretan pedagang souvenir, penginapan, dan ragam jasa wisata lainnya.

Waktu Dzuhur telah tiba. Sebelum menjelajahi Ao Nang, kami menunaikan sholat sejenak. Terdapat sebuah Masjid tak jauh dari sini sebagaimana informasi dari warga setempat. Kemudi motor saya belokkan lagi ke arah kanan dan bergerak sejauh 500 meter. Terdapat jalan laternatif di sisi kanan. Lalu kami membelokkan motor ke jalan tersebut dan berjalan terus hingga menemukan Masjid.

Suasana di sepanjang jalan ini tampak berbeda dengan sebelumnya. Aroma perkampungan terasa sekali di sini. Bangunannya dipenuhi rumah-rumah warga lokal. Pepohonan kelapa liar tampak tumbuh di beberapa sudut kampung. Mayoritas penduduk di sini beragama Islam. Sebuah Masjid tampak berdiri di antara persimpangan jalan. Suasana di sini tampak sedikit lebih ramai.

[caption caption="Sholat Dzuhur di Masjid kawasan Pantai Ao Nang"]

[/caption]Usai sholat, kami kembali melewati jalan yang sama. Begitu keluar dari jalan alternatif tadi para pedagang makanan ala gerobak sudah tampak berjejer rapi di seberang jalan. Mereka memang beroperasi di siang hari. Tak perlu ragu untuk mencicipinya karena semua pedagang beragama Islam. Itulah kenapa Krabi menjadi tujuan favorit wisatawan asal Malaysia.

Kami makan siang di sini. Lagi, saya memesan menu yang sama seperti di Hatyai dan Phuket, nasi goreng. Rasanya memang khas dan enak sekali. Sepertinya pengaruh dari campuran minyak ikan yang digunakan. Total makan berdua sebesar THB 100.

[caption caption="Deretan makanan halal di Ao Nang"]

[/caption]

[caption caption="Nasi Goreng Thailand enak banget"]

[/caption]Setelah mengisi perut, kami memacu motor menuju pantai yang berjarak tak sampai semenit. Motor diparkir di tepi jalan. Kami menikmati indahnya alam Ao Nang dengan berjalan kaki menyusuri sepanjang pantai. Pesonanya tak kalah cantik dengan Pantai Patong di Phuket. Pasirnya lembut berwarna kekuningan. Laut biru nan jernih terhampar di depan mata. Batu-batu karst menjulang tinggi memagari sebagian sisi pantai.

Sekilas kawasan turis Ao Nang di Krabi ini mirip seperti Patong di Phuket. Hanya saja pasirnya terlihat berwarna putih kekuningan. Selain itu, luasnya juga lebih kecil. Tidak seramai dan sepadat di Patong. Meski sama-sama kawasan Muslim, namun di sini lebih ramah dan tidak terlalu bebas. Mencari makanan halal pun lebih mudah.

[caption caption="Berjalan di bibir Pantai Ao Nang"]

[/caption]

[caption caption="Deretan kios penjual souvenir di bibir Pantai Ao Nang"]

[/caption]

[caption caption="Pantai Ao Nang yang dipagari bebatuan karst"]

[/caption]Hari semakin beranjak sore. Kami kembali ke Krabi Town. Saya lupa jalan menuju pulang. Tentu saja solusinya dengan bertanya dengan orang di sekitar. Tapi ternyata istri saya masih mengingatnya. Syukurlah. She's my google. Tak percuma pernah mengenyam ilmu di Itebe.

Kami tiba di Krabi Town pukul 4 sore. Mampir sebentar ke hotel tempat kami menginap tadi untuk mengambil tas yang kami titipkan. Kami mengembalikan motor ke tempat persewaan yang terletak persis di persimpangan Krabi Town. Sore ini kami menuju terminal dengan tuk-tuk berwarna merah yang berjarak 10 menit dengan ongkos THB 30.

Terminal Krabi tak jauh berbeda dengan di Hatyai dan Phuket. Berkonsep ruang terbuka. Bersih dan nyaman. Bis akan berangkat jam 5 sore. Tiket keberangkatan sudah siaga di genggaman yang kami beli sejak siang tadi sebelum ke Ao Nang. Harga tiketnya THB 500. Kami telah duduk manis di dalam bis. Bersiap melakukan petualangan ke kota berikutnya.

[caption caption="Terminal Bis Krabi"]

[/caption]Selama perjalanan bis mampir sekali di sebuah tempat pemberhentian yang sangat luas. Di dalamnya terdapat restoran, pusat jajanan dan oleh-oleh, hingga fasilitas lainnya. Tempat ini ramah untuk Muslim, deretan tempat makan halal ditempatkan terpisah. Tersedia juga mushola yang di atasnya justru tertera tulisan dengan bahasa Melayu, ‘Bilik Sembahyang’. Bis terus bergerak semakin menjauhi wilayah selatan. Kami pun semakin terlelap. Tak sabar untuk mengeksplorasi kota selanjutnya, Bangkok.

 

*foto pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun