Suasana di sepanjang jalan ini tampak berbeda dengan sebelumnya. Aroma perkampungan terasa sekali di sini. Bangunannya dipenuhi rumah-rumah warga lokal. Pepohonan kelapa liar tampak tumbuh di beberapa sudut kampung. Mayoritas penduduk di sini beragama Islam. Sebuah Masjid tampak berdiri di antara persimpangan jalan. Suasana di sini tampak sedikit lebih ramai.
[caption caption="Sholat Dzuhur di Masjid kawasan Pantai Ao Nang"]
Kami makan siang di sini. Lagi, saya memesan menu yang sama seperti di Hatyai dan Phuket, nasi goreng. Rasanya memang khas dan enak sekali. Sepertinya pengaruh dari campuran minyak ikan yang digunakan. Total makan berdua sebesar THB 100.
[caption caption="Deretan makanan halal di Ao Nang"]
[caption caption="Nasi Goreng Thailand enak banget"]
Sekilas kawasan turis Ao Nang di Krabi ini mirip seperti Patong di Phuket. Hanya saja pasirnya terlihat berwarna putih kekuningan. Selain itu, luasnya juga lebih kecil. Tidak seramai dan sepadat di Patong. Meski sama-sama kawasan Muslim, namun di sini lebih ramah dan tidak terlalu bebas. Mencari makanan halal pun lebih mudah.
[caption caption="Berjalan di bibir Pantai Ao Nang"]
[caption caption="Deretan kios penjual souvenir di bibir Pantai Ao Nang"]
[caption caption="Pantai Ao Nang yang dipagari bebatuan karst"]
Kami tiba di Krabi Town pukul 4 sore. Mampir sebentar ke hotel tempat kami menginap tadi untuk mengambil tas yang kami titipkan. Kami mengembalikan motor ke tempat persewaan yang terletak persis di persimpangan Krabi Town. Sore ini kami menuju terminal dengan tuk-tuk berwarna merah yang berjarak 10 menit dengan ongkos THB 30.
Terminal Krabi tak jauh berbeda dengan di Hatyai dan Phuket. Berkonsep ruang terbuka. Bersih dan nyaman. Bis akan berangkat jam 5 sore. Tiket keberangkatan sudah siaga di genggaman yang kami beli sejak siang tadi sebelum ke Ao Nang. Harga tiketnya THB 500. Kami telah duduk manis di dalam bis. Bersiap melakukan petualangan ke kota berikutnya.